1. Proyek Manhattan
Ini adalah proyek yang berujung pada kematian ratusan ribu orang.
Dimulai diam-diam pada tahun 1939, Proyek Manhattan, menghasilkan bom
atom pertama di muka Bumi.
Riset dipimpin fisikawan Amerika Julius Robert Oppenheimer, kendali
proyek secara keseluruhan ada di tangan Mayor Jenderal Leslie Groves
dari US Army Corps of Engineers.
Meski melibatkan 30 tempat riset dan produksi yang berbeda, Proyek
Manhattan sebagian besar proyeknya dilaksanakan di tiga tempat rahasia:
Hanford di Washington, Los Alamos di New Mexico, dan Oak Ridge di
Tennesse yang lokasinya dirahasiakan sampai akhir Perang Dunia II.
Proyek Manhattan menghasilkan rancangan, produksi, dan peledakan dari
tiga bom nuklir pada 1945. Yang pertama, menggunakan plutonium dibuat di
Hanford, dites pada 16 Juli di Situs Trinity, tes nuklir pertama dunia,
dekat Alamogordo, New Mexico. Ledakan menciptakan awan cendawan (jamur)
yang membentang selebar 12.200 meter. Kekuatannya setara dengan 15 ribu
TNT.
Sebulan kemudian Jepang jadi lokasi uji coba. Bom uranium disebut Little
Boy diledakan pada 6 Agustus di kota Hiroshima, Jepang. Yang ketiga,
bom plutonium disebut Fat Man, diledakan pada 9 Agustus di atas kota
Nagasaki. Sebuah tragedi di akhir Perang Dunia II yang merenggut ratusan
ribu nyawa. Dua bom di Jepang adalah satu-satunya senjata nuklir,
sampai saat ini, yang digunakan dalam perang.
Hari ketika bom atom meledak, Oppenheimer bersorak atas kesuksesan
misinya. Namun beberapa bulan kemudian ia menyesal bukan main. Apalagi,
Pemerintah AS menggunakan tragedi Hiroshima untuk mempercepat perlombaan
senjata nuklir dan bukan untuk menciptakan perdamaian dunia.
Suatu hari ia bertemu Presiden Harry S. Truman di Gedung Putih dan
berkata, "Pak Presiden, aku merasa tanganku berlumuran darah," kata dia,
merujuk pada Tragedi Hiroshima-Nagasaki, seperti dimuat Daily Mail.
Pernyataan yang membuat Truman marah dan menyebut Oppenheimer sebagai
'ilmuwan cengeng'.
Pernyataan yang sama diucapkan Oppenheimer 20 tahun kemudian. "Saat ini aku menjadi Kematian. Penghancur dunia."
2. Operasi Paperclip
Pada September 1946, Presiden Harry Truman memberikan izin
berlangsungnya sebuah program yang diberi nama Operasi Paperclip yang
bertujuan 'mencuri' ilmuwan dari Nazi Jerman dan memindahkan mereka ke
AS.
Para pejabat dari Office of Strategic Services (cikal bakal CIA)
merekrut ilmuwan- ilmuwan Jerman untuk membantu pembangunan di Negeri
Paman Sam setelah perang -- sekaligus memastikan pengetahuan ilmiah yang
berharga dan strategis tak jatuh ke tangan Uni Soviet, serta Jerman
Barat dan Jerman Timur.
Kala itu, pencapaian teknologi Jerman mengejutkan para ilmuwan Sekutu yang ikut dengan pasukan invasi ke Jerman pada tahun 1945.
Roket supersonik, gas syaraf, pesawat terbang jet, rudal jelajah,
teknologi stealth dan bahan lapis baja yang lebih keras adalah beberapa
teknologi terobosan yang dikembangkan di dalam laboratorium dan pabrik
Nazi, bahkan saat Jerman hampir kalah perang.
Amerika Serikat dan Uni Soviet-lah, pada awal-awal Perang Dingin, yang
bersaing dan berpacu dengan waktu untuk menemukan rahasia ilmiah Hitler
yang belum terungkap.
Pada Mei 1945, pasukan legiun Stalin berhasil menguasai beberapa
laboratorium penelitian atom di Institut Kaiser Wilhelm yang terkenal di
pinggiran Berlin. Ini memberi mereka teknologi yang kemudian digunakan
untuk membangun gudang senjata nuklir Soviet.
Sementara, Salah satu ilmuwan yang direkrut adalah ahli roket, Wernher
von Braun, yang menjadi otak misi Apollo Badan Antariksa Amerika Serikat
(NASA). Dia mestinya tak masuk kriteria karena keterkaitannya dengan
Nazi. Von Braun adalah anggota berbagai organisasi Nazi dan memegang
jabatan di pasukan khusus Nazi, SS.
Tidak lama kemudian Mayor Jenderal Hugh Knerr, wakil panglima pada
Angkatan Udara AS di Eropa menulis: "Pendudukan lembaga ilmiah dan
industri Jerman mengungkapkan kenyataan yang mengejutkan bahwa kami
sangat terbelakang dalam banyak lapangan penelitian," demikian kutip
dari BBC.
"Kalau kami tidak meraih kesempatan ini untuk menguasai alat dan otak
yang mengembangkan teknologi itu dan mempekerjakan mereka, kami akan
tetap tertinggal bertahun-tahun."
3. Proyek Grudge
Sementara Area 51 tak secara khusus ditujukan untuk meneliti makhluk
ekstrateresterial, Angkatan Udara AS diam-diam menyelidiki eksistensi
UFO.
Proyek Grudge, adalah program jangka pendek yang diluncurkan pada 1949
untuk menyelidiki benda terbang aneh, seperti piring terbang. Misi ini
melanjutkan program sebelumnya yang dinamakan Proyek Sign yang
melaporkan pada 1949 bahwa sebagian penampakan diduga UFO sejatinya
adalah pesawat terbang yang tak ada data khusus untuk menentukan asal
usulnya.
Kritik terhadap Project Grudge, bahwa program tersebut semata-mata
ditetapkan untuk menghilangkan prasangka laporan UFO untuk menenangkan
masyarakat dan hanya sedikit penelitian aktual yang dilakukan.
Sebaliknya, banyak pula yang berkata bahwa pemerintah pernah
menutup-nutupi proyek ini dari pantauan masyarakat umum, seperti pada
awal kasus kecelakaan di Roswell, New Mexico. Pada bulan Juli 1947,
pejabat militer mengadakan siaran pers bahwa reruntuhan telah ditemukan
dari pesawat luar angkasa asing yang jatuh, namun kemudian menarik
kembali pernyataan mereka keesokan harinya.
Dalam bukunya, Edward J. Ruppelt, Kapten Angkatan Udara sekaligus
direktur proyek menulis, "Tak butuh banyak waktu saat mempelajari
dokumen UFO lama, untuk melihat bahwa prosedur standar intelijen tidak
diikuti dalam Proyek Grudge. Segala sesuatu yang dievaluasi dengan
premis bahwa UFO sejatinya tak ada. Apapun yang Anda lihat atau dengar,
jangan percaya."
Setelah bubar, Proyek Grudge bermetamorfosa menjadi "Blue Book Project"
yang pada tahun 1969 resmi diakhiri oleh pemerintah Amerika Serikat.
No comments:
Post a Comment