Thursday, November 7, 2013

Diciptakan, Parfum untuk Turunkan Berat Badan

 
 Menyerah dengan segala cara diet yang selalu gagal? Mungkin ini waktunya Anda mencoba sudut pandang lain. Parfum baru ciptaan pebisnis Alex Fountaine, bisa dicoba. Sebab, parfum itu sengaja diciptakan untuk menurunkan berat badan.

Alex menamai parfum itu Slim. Ia dikemas dengan gambar binatang sigung sebagai ikonnya. Gambar itu seakan menandakan, cairan dalam botol itu berbau menyengat seperti tubuh sigung sendiri. Memang, tak seperti pewangi lain, parfum itu punya aroma yang berbeda.
Alih-alih mengharumkan tubuh, parfum itu justru memunculkan bau tak sedap. Bau itulah yang diharapkan mampu mematikan nafsu makan. Sehingga, berat badan seseorang bisa menurun.
Mulanya, ide menciptakan parfum itu muncul dalam benak Alex saat dirinya menghadiri sebuah pesta. Ia menemukan, bau busuk adalah satu-satunya cara yang bisa mengekang keinginannya makan cokelat.
“Bau menjijikkan menyambut saya di sebuah pesta. Itu berasal dari salah satu hidangan, semacam sup. Karena baunya sangat menyengat, kami tidak bisa makan sepotong pun dalam pesta itu,” ujarnya, seperti dilansir laman Daily Mail.
Ia kemudian berpikir, mengapa bau busuk tak dimanfaatkan dalam bisnis. Ia pun mencari bukti bahwa bau bisa mengurangi nafsu makan. Ternyata, menurut ahli biologi, bau busuk bisa mengurangi nafsu makan sampai 10 persen. Jika diteruskan selama seminggu, berat badan turun sekitar dua pound.
Alex menghubungi beberapa perusahaan parfum, dan meminta menggabungkan bau-bau busuk yang ada. Bau limbah dan kapur barus, termasuk di dalamnya. Ia kemudian dikirimi sampel. Setelah beberapa bulan, Alex menemukan formula yang tepat. Aromanya seperti kol busuk.
“Setiap kali tergoda untuk makan, saya mengendus baunya. Itu seperti mendapat sengatan listrik, saya jadi mendapat dorongan ekstra keras untuk mengatakan tidak pada makanan,” lanjutnya. Selama enam bulan, Alex turun hampir 10 kilogram.
Satu botol parfum itu, berisi 250 mililiter, dibanderol dengan harga sekitar Rp550 ribu.
Namun, produk itu juga memiliki kelemahan. Profesor Tim Jacob, seorang ahli bau-bauan dari Cardiff University School of Biosciences menyebutkan, reseptor bau pada manusia bisa bersifat adaptif. Dalam waktu singkat, ia bisa menyesuaikan dengan bau yang ada di sekelilingnya, sebusuk apapun itu.
“Saya menemukan, manusia bisa beradaptasi dengan bau busuk. Kita bisa mematikan indera terhadap bau-bau itu. Inilah mengapa patolog dapat dengan nyaman melakukan autopsi, atau ilmuwan forensik tak mual saat memeriksa lokasi pembunuhan

No comments:

Post a Comment