Wednesday, November 6, 2013

PENGENALAN DAN PEMANFAATAN MUSUH ALAMI

Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga.
Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi
serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Untuk menjelaskan kepadatan populasi serangga dan memprediksi terjadinya outbreaks.
Dalam pest management program, kita perlu memahami musuh alami untuk memanipulasinya di lapangan sebagai pengendali hama.

Pengendalian hayati (biological control) adalah taktik pengendalian hama yang melibatkan manipulasi musuh alami hama yang menguntungkan untuk memperoleh pengurangan jumlah populasi dan status hama di lapangan.
Biological control berbeda dengan natural control, natural control dalam prakteknya melibatkan agen lain selain musuh alami, misalnya cuaca atau makanan. Beberapa author mengungkapkan bahwa biological control dalam arti luas termasuk semua metode yang melibatkan organism hidup sebagai bagian dari taktik pengendalian, seperti penggunaan inang yang resisten, pelepasan serangga steril, atau manipulasi genetic.
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada musuh alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh alami memiliki peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu musuh alami dapat mempertahankan populasi hama di sekitar aras keseimbangan umum.
Setiap spesies serangga hama sebagai bagian dari komplekskomunitas dapat diserang oleh serangga lain atau oleh patogen penyebab penyakit pada serangga. Ditinjau dari segi fungsinya musuh alami dapat dikelompokan menjadi predator, parasitoid dan patogen.
Musuh Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan Patogen) yang dapat mengendalikan hama penyakit dan gulma (OPT)
Predator / Pemangsa :Adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.
Parasitoid : Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.
Patogen : Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.
AGENS ANTAGONIS :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan
PENGENDALIAN ALAMI (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaay yang dilakukan oleh manusia
PENGENDALIAN HAYATI (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT
CARA KERJA MUSUH ALAMI (AGENS HAYATI)
Predator :
> Memakan mangsanya secara langsung
Parasitoid :
> Meletakan telur pada tubuh hewan sasaran, kemudian setelah menetas larvanya menghisap cairan tubuh hewan sasaran tersebut hingga mati
Patogen :
> Jamur tersebut masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh
> Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikala
> Didalam tubuh serangga hifa berkembang dan selanjutnya memasuki pembuluh darah, melalui beberapa proses lebih lanjut di dalam tubuh menyebabkan kematian serangga
Sejarah Pengendalian secara Biologi
Biological control merupakan salah satu cara pengendalian hama yang tertua. Pada abad empat sudah digunakan semut untuk menekan populasi hama pada jeruk di China.
Kesuksesan yang cukup fenomenal dari aplikasi biological control ini adalah introduksi serangga predator yaitu Rodolia cardinalis (kumbang vedalia) untuk mengendalikan Icerya purcasi ( hama pada jeruk )
Kemudian juga ditemukan lalat parasit. Kemudian berkembang pada penggunaan serangga untuk mengendaliakan beberapa gulma pada pertanaman kaktus berduri, di australi dan Klamath di bagian barat amerika serikat.
602 percobaan pengendalian biologi klasik ditemukan di seluruh dunia. Rata – rata kesuskesan mencapai 16 persen, dan partial success (mengurangi dan tidak menghilangkan permasalahan hama) adalah sebanyak 58 %. Pada survey ini, kesuksesan pengendalian hama didapati pada ordo homoptera (30%), hemiptera (15%), lepidoptera (6%) dan coleopteran (4%).
Teori Pengendalian Biologi
Teori biological control pada dasarnya tidak berbeda dengan prinsip – prinsip ekologi dan dinamika populasi. Seperti yang didiskusikan sebelumnya, banyak factor lingkungan yang mengatur kepadatan populasi, juga batas – batas fluktuasi serangga. Hal ini termasuk density – independent dan perfectly and imperfectly density dependent factor. ]
Pada konteks pengendalian biologi, telah terdapat pengaturan populasi hama dan hubungan serangga dengan musuh alaminya bersifat imperfectly density dependent factor (ada factor – factor yang tidak bebas, kadang – kadang membatasi jumlah individu dalam populasi contohnya parasitoid/predator mempunya luasan tertentu untuk mengatur populasi mangsa). Tujuan dari biological control : salah satunya adalah untuk mengintroduksi musuh alami atau memanipulasi jumlah musuh alami yang ada yang sehingga menyebabkan terjadinya fluktuasi kepadatan hama sampai dibawa ambang luka ekonomi,
Goal dari program biological control ini adalah terciptanya suatu self sustaining sytem (system pertahanan diri). Sebagai contoh, musuh alami yang diintroduksikan ke dalam suatu area dengan harapan akan stabil pada area tersebut, Karena jumlah hama berfluktuasi dibawah ambang luka ekonomi (EIL), dan dilanjutkan pada penurunan kepadatan populasi tanpa adanya manipulasi lebih jauh. Tentu saja, dengan menerapkan system ini tidak mengeliminasi keseluruhan jumlah populasi hama yang ada di lapangan karena jika menghabiskan semua populasi hama, makan akan memutus ketersediaan makanan bagi musuh alami.
Mekanisme dari self sustaining system, secara teori, berdasarkan pada ketersediaan makanan yang ada dan kemamampuan reproduksi Dari musuh alami. Dalam hal ini, peningkatan populasi hama yang ada di area berarti ketersediaan makanan bagi musuh alami juga semakin banyak,sehingga populasi musuh alami juga mengalami peningkatan (Ekspansi). Ketika ekpansi terjadi, peningkatan proporsi dari populasi hama akan mengalami gangguan, sehingga mengurangi juga ketersediaan pakan bagi musuh alami. Kekurangan pakan ini akan berakibat pada penurunan tingkat reproduksi, menyebabkan penurunan populasi musuh alami. Ketika jumlah musuh alami menurun, maka tekanan terhadap populasi hama semakin menurun, sehingga jumlah hama di lapangan akan meningkat, ketika jumlah hama di lapangan meningkat, makan populasi musuh alami juga akan meningkat. (not so imperfectly dependable or smoothly operating)
Respon yang terjadi antara hama dan musuh alami, adalah respon numeric, dimana peningkatan jumlah populasi hama di lapangan juga meningkatkan jumlah populasi musuh alami di lapangan/
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa organisme lain. Predator bersifat polifag memangsa berbagai jenis mangsa dan memiliki daya cari (searching capacity) yang tinggi. Hampir semua ordo serangga memiliki jenis yang menjadi predator misalnya Coleoptera, Neuroptera, Hymenoptera, Diptera, dan hemiptera.
Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga lain. Parasitoid debedakan mejadi ektoparasitoid (berkembang dari luar tubuh inang) dan endoparasitoid (berkembang di dalam tubuh inang). Apabila lebih dari satu individu parasitoid berkembang dalam satu inang maka disebut parasitoid gregarius. Ordo serangga yang anggotanya menjadi parasitoid meliputi Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Neuroptera dan Strepsitera.
Serangga dapat diserang pula oleh patogen berupa jamur, bakteri, virus, protozoa, atau nematoda yang dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan kematian dan menurunkan populasi hama. Beberapa patogen serangga yang terkenal misalnya jamur Materhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, Entomopthora sp., Beauveria basiana, bakteri Bacillus thuringiensis, B. popilliae, nematoda Neoaplectana carpocapsae, Mermis sp., Heterorhabditis sp.
Musuh Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan Patogen) yang dapat mengendalikan hama, penyakit dan gulma (OPT)
Predator / Pemangsa :
Adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.
Parasitoid :
Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.
Patogen :
Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.
AGENS ANTAGONIS :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan
PENGENDALIAN ALAMI (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia
PENGENDALIAN HAYATI (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman )
B. Pengendalian hayati dengan musuh alami dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(1) Secara alami dengan melindungi, melestarikan atau memberi kesempatan kepada musuh alami untuk berkembang biak lebih banyak, juga diusahakan untuk memelihara dan
melakukan pelepasan musuh-musuh alami,
(2) Secara klasik dengan mengimpor musuh-musuh alami dari daerah asal hama, kemudian mengembangkannya secara massal dan melepaskan ke lapangan untuk menekan populasi serangga hama sasaran.
C. Contoh Aktivitas Serangga Pemangsa Hama Tanaman Yang Disebut Musuh-Musuh Alami (Predator Dan Parasitor).
1. Salah satu contohnya yaitu pada hama yang menyerang tanaman tebu. Pada tebu biasanya terdapat lubang. Lubang tersebut dilubangi oleh sejumlah hama penggerek tebu (Chilo sachariphagus). Hama penggerek ini bertelur pada lubang batang tebu dan larva yang menetas berwujud ulat. Ulat ini menghisap cairan gula sampai tanaman tebu menurun kadar gulanya sehingga berakibat pada turunnya produksi gula.
2. Sementara itu ada sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat Jatiroto). Begitu ada batang tebu berdiri di kebun maka betinanya biasanya langsung mencari lubang yang sebelumnya sudah digerek oleh ulat Chilo. Lalat Jatiroto bertelur di dalam lubang tersebut. Jumlahnya dapat mencapai antara 10 500 butir setiap ekor betina dan dalam tempo 5 hari berubah menjadi ulat putih. Ulat itu dalam beberapa menit saja sudah agresif mencari mangsa. Dengan gerak cepat ulat putih menyerang penggerek Chilo yang berada dalam lubang tebu danmenghisap darahnya sampai mati kering. Ulat putih selanjutnya berkepompong dalam lubang tersebut, kemudian menjelma menjadi lalat dewasa seperti nenek moyangnya dahulu. Dengan matinya penggerek Chilo, batang tebu sehat kembali dan sari tebunya dapat diselamatkan.
3. Di suatu areal persawahan, wereng coklat (Nilaparvata lugens) dengan ganasnya menghisap cairan sel jaringan padi bagian batang dan menaruh cairan ludah yang beracun sehingga tanaman padi menguning lalu mati. Selain itu, wereng coklat ini menularkan virus penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa sehingga produksi padi turun bahkan gagal panen. Sementara itu ada serangga Coccinella sp., sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan berbintik hitam yang aktif berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika bertemu wereng coklat, kumbang itu dengan gerak cepat menangkapnya dengan menggunakan kaki bagian depan dari arah belakang dan langsung memakannya.
D. Penggunaan bahan kimia yang dapat membahayakan musuh alami
1. Sebagai contoh, penggunaan insektisida organofosfat yang persisten untuk mengendalikan kutu daun pada tanaman alfalfa (Therioaphis trifolli) ternyata juga membunuh kumbang predator (Hipodemia sp). Akibatnya populasi kutu daun meningkat dengan cepat. Sebagai akibat musnahnya musuh-musuh alami oleh pestisida, beberapa serangga yang tadinya tidak membahayakan dapat berubah statusnya menjadi hama utama yang membahayakan. Inilah yang disebut ledakan hama sekunder.
2. Contoh lain adalah kutu tempurung berlilin (Gascardia destructor) merupakan hama sekunder pada tanaman jeruk di Afrika Selatan. Setelah penggunaan insektisida organofosfat yang persisten, musuh-musuh alami musnah. Akibatnya, populasi hama utama (kutu tempurung merah) dan hama sekunder (kutu tempurung berlilin) meningkat cepat.
E. Macam-macam musuh alami
Musuh-musuh alami banyak sekali jenisnya di alam, seperti kumbang tanah, capung,
undur-undur, kelabang, belalang sembah, tungau, kepik, laba-laba, kalajengking, burung
dan lain-lain. Beberapa musuh alami dari hama-hama tanaman pada berbagai jenis
tanaman antara:
(1) Belalang bertanduk panjang, kumbang coccinella, kumbang mirid, kumbang
carabit, labah-labah bermata jalang, labah-labah berahang empat, laba-laba
harimau, dan capung merupakan predator hama wereng coklat, wereng hijau, dan
wereng punggung putih pada tanaman padi. Kumbang coccinella juga pemangsa
hama putih dan penggerek batang padi.
(2) Semut hitam menyerang hama Helopeltis pada buah kakao.
(3) Parasit Thripoctenus membunuh hama putih (Thrips tabaci) pada tanaman
bawang merah.
(4) Tawar kemit (Apanteles artonase) merupakan pemangsa hama ulat Artona yang
merusak tanaman kelapa, sagu, enau, pinang, salak, kelapa sawit, tebu.
(5) Kepik merah (Diadyanus) merupakan pemangsa hama bubuk kopi
(Hypothenemus) yang menyerang buah kopi di pertanaman.
(6) Larva Chrysopa dan kumbang Coccinella memangsa kutu dan persik pada
tanaman kentang.
(7) Kumbang Coccinella juga memangsa kutu daun, kutu perisai, dan tungau pada
tanaman singkong dan waloh siam.
(8) Parasit Trichogama menyerang ulat buah (Heliothis) dan pengisap daun (Aphis)
pada tanaman kapas.
(9) Kepik (Rhinocoris) memangsa ulat Prodenia, Heliothis, dan kutu daun pada
tanaman tembakau, serta masih banyak lagi musuh-musuh alami dari berbagai
jenis hama tanaman yang tidak mungkin disebut satu persatu.
F. Beberapa contoh pengendalian hayati yang telah dikembangkan antara lain
1. pengendalian hama Armona caffeazia yang banyak merusak daun teh di Sailan dengan parasit Macrocentrus yang sengaja didatangkan dari Pulau Jawa pada tahun 1935 berhasil memuaskan,
2. juga pengendalian hama kutu tempurung (Icerya purchasi) pada tanaman jeruk di Amerika Serikat dengan menggunakan sejenis kumbang Vedelia.
3. Di Indonesia, pengendalian hayati yang telah dilaksanakan antara lain pengendalian hama kumbang daun kelapa (Brontispa longisima) di Sulawesi Selatan dengan parasitoid Tetrasistichus pada tahun 1930an mencapai sukses besar.
4. Demikian pula pengendalian hama Plutula xylostella yang banyak merusak tanaman kubis dengan parasitoid Diadegma eucerophaga,
5. dan di Jawa Barat juga pernah digalakkan pengendalian hama kutu loncat (Heterophylla sp) pada tanaman lamtorogung dengan sejenis predator Eurinus coerucus, serta usaha-usaha pengendalian hayati lainnya yang kini terus diteliti dan dikembangkan.
G. Keuntungan dari penggunaan musuh alami
Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan
berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman,
relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa musuh-musuh alami mempunyai peranan yang sangat besar dalam membantu kita untuk menekan perkembangan hama tanaman. Pengendalian hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan
secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu

No comments:

Post a Comment