Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh
serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian
pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam
biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan
memakan individu serangga.
Untuk
beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika
populasi
serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Untuk menjelaskan kepadatan populasi serangga dan memprediksi terjadinya outbreaks.
serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Untuk menjelaskan kepadatan populasi serangga dan memprediksi terjadinya outbreaks.
Dalam pest
management program, kita perlu memahami musuh alami untuk memanipulasinya di
lapangan sebagai pengendali hama.
Pengendalian
hayati (biological control) adalah taktik pengendalian hama yang melibatkan
manipulasi musuh alami hama yang menguntungkan untuk memperoleh pengurangan
jumlah populasi dan status hama di lapangan.
Biological
control berbeda dengan natural control, natural control dalam prakteknya
melibatkan agen lain selain musuh alami, misalnya cuaca atau makanan. Beberapa
author mengungkapkan bahwa biological control dalam arti luas termasuk semua
metode yang melibatkan organism hidup sebagai bagian dari taktik pengendalian,
seperti penggunaan inang yang resisten, pelepasan serangga steril, atau
manipulasi genetic.
Organisme
dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam
suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme
tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat
antagonistik ini dapat dilihat pada musuh alami yang merupakan agen hayati
dalam pengendalian hama. Musuh alami memiliki peranan dalam pengaturan dan
pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang bekerjanya tergantung kepada
kepadatan, dalam kisaran tertentu musuh alami dapat mempertahankan populasi
hama di sekitar aras keseimbangan umum.
Setiap
spesies serangga hama sebagai bagian dari komplekskomunitas dapat diserang oleh
serangga lain atau oleh patogen penyebab penyakit pada serangga. Ditinjau dari
segi fungsinya musuh alami dapat dikelompokan menjadi predator, parasitoid dan
patogen.
Musuh
Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan
Patogen) yang dapat mengendalikan hama penyakit dan gulma (OPT)
Predator / Pemangsa :Adalah
binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau
menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian.
Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman.
Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.
Parasitoid : Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.
Patogen : Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.
AGENS ANTAGONIS :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan
PENGENDALIAN ALAMI (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaay yang dilakukan oleh manusia
PENGENDALIAN HAYATI (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT
CARA KERJA MUSUH ALAMI (AGENS HAYATI)
Predator :
> Memakan mangsanya secara langsung
Parasitoid :
> Meletakan telur pada tubuh hewan sasaran, kemudian setelah menetas larvanya menghisap cairan tubuh hewan sasaran tersebut hingga mati
Patogen :
> Jamur tersebut masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh
> Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikala
> Didalam tubuh serangga hifa berkembang dan selanjutnya memasuki pembuluh darah, melalui beberapa proses lebih lanjut di dalam tubuh menyebabkan kematian serangga
Parasitoid : Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.
Patogen : Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.
AGENS ANTAGONIS :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan
PENGENDALIAN ALAMI (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaay yang dilakukan oleh manusia
PENGENDALIAN HAYATI (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT
CARA KERJA MUSUH ALAMI (AGENS HAYATI)
Predator :
> Memakan mangsanya secara langsung
Parasitoid :
> Meletakan telur pada tubuh hewan sasaran, kemudian setelah menetas larvanya menghisap cairan tubuh hewan sasaran tersebut hingga mati
Patogen :
> Jamur tersebut masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh
> Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikala
> Didalam tubuh serangga hifa berkembang dan selanjutnya memasuki pembuluh darah, melalui beberapa proses lebih lanjut di dalam tubuh menyebabkan kematian serangga
Sejarah Pengendalian secara Biologi
Biological
control merupakan salah satu cara pengendalian hama yang tertua. Pada abad
empat sudah digunakan semut untuk menekan populasi hama pada jeruk di China.
Kesuksesan
yang cukup fenomenal dari aplikasi biological control ini adalah introduksi
serangga predator yaitu Rodolia cardinalis (kumbang vedalia) untuk
mengendalikan Icerya purcasi ( hama pada jeruk )
Kemudian
juga ditemukan lalat parasit. Kemudian berkembang pada penggunaan serangga
untuk mengendaliakan beberapa gulma pada pertanaman kaktus berduri, di australi
dan Klamath di bagian barat amerika serikat.
602
percobaan pengendalian biologi klasik ditemukan di seluruh dunia. Rata – rata
kesuskesan mencapai 16 persen, dan partial success (mengurangi dan tidak
menghilangkan permasalahan hama) adalah sebanyak 58 %. Pada survey ini,
kesuksesan pengendalian hama didapati pada ordo homoptera (30%), hemiptera (15%),
lepidoptera (6%) dan coleopteran (4%).
Teori Pengendalian Biologi
Teori
biological control pada dasarnya tidak berbeda dengan prinsip – prinsip ekologi
dan dinamika populasi. Seperti yang didiskusikan sebelumnya, banyak factor
lingkungan yang mengatur kepadatan populasi, juga batas – batas fluktuasi
serangga. Hal ini termasuk density – independent dan perfectly and imperfectly
density dependent factor. ]
Pada
konteks pengendalian biologi, telah terdapat pengaturan populasi hama dan
hubungan serangga dengan musuh alaminya bersifat imperfectly density dependent
factor (ada factor – factor yang tidak bebas, kadang – kadang membatasi jumlah
individu dalam populasi contohnya parasitoid/predator mempunya luasan tertentu
untuk mengatur populasi mangsa). Tujuan dari biological control : salah satunya
adalah untuk mengintroduksi musuh alami atau memanipulasi jumlah musuh alami
yang ada yang sehingga menyebabkan terjadinya fluktuasi kepadatan hama sampai
dibawa ambang luka ekonomi,
Goal dari
program biological control ini adalah terciptanya suatu self sustaining sytem
(system pertahanan diri). Sebagai contoh, musuh alami yang diintroduksikan ke
dalam suatu area dengan harapan akan stabil pada area tersebut, Karena jumlah
hama berfluktuasi dibawah ambang luka ekonomi (EIL), dan dilanjutkan pada
penurunan kepadatan populasi tanpa adanya manipulasi lebih jauh. Tentu saja,
dengan menerapkan system ini tidak mengeliminasi keseluruhan jumlah populasi
hama yang ada di lapangan karena jika menghabiskan semua populasi hama, makan
akan memutus ketersediaan makanan bagi musuh alami.
Mekanisme
dari self sustaining system, secara teori, berdasarkan pada ketersediaan
makanan yang ada dan kemamampuan reproduksi Dari musuh alami. Dalam hal ini,
peningkatan populasi hama yang ada di area berarti ketersediaan makanan bagi
musuh alami juga semakin banyak,sehingga populasi musuh alami juga mengalami
peningkatan (Ekspansi). Ketika ekpansi terjadi, peningkatan proporsi dari
populasi hama akan mengalami gangguan, sehingga mengurangi juga ketersediaan
pakan bagi musuh alami. Kekurangan pakan ini akan berakibat pada penurunan
tingkat reproduksi, menyebabkan penurunan populasi musuh alami. Ketika jumlah
musuh alami menurun, maka tekanan terhadap populasi hama semakin menurun,
sehingga jumlah hama di lapangan akan meningkat, ketika jumlah hama di lapangan
meningkat, makan populasi musuh alami juga akan meningkat. (not so imperfectly
dependable or smoothly operating)
Respon
yang terjadi antara hama dan musuh alami, adalah respon numeric, dimana peningkatan
jumlah populasi hama di lapangan juga meningkatkan jumlah populasi musuh alami
di lapangan/
Predator
merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa organisme
lain. Predator bersifat polifag memangsa berbagai jenis mangsa dan memiliki
daya cari (searching capacity) yang tinggi. Hampir semua ordo serangga memiliki
jenis yang menjadi predator misalnya Coleoptera, Neuroptera, Hymenoptera,
Diptera, dan hemiptera.
Parasitoid
merupakan serangga yang memarasit serangga lain. Parasitoid debedakan mejadi
ektoparasitoid (berkembang dari luar tubuh inang) dan endoparasitoid
(berkembang di dalam tubuh inang). Apabila lebih dari satu individu parasitoid
berkembang dalam satu inang maka disebut parasitoid gregarius. Ordo serangga
yang anggotanya menjadi parasitoid meliputi Coleoptera, Diptera, Hymenoptera,
Lepidoptera, Neuroptera dan Strepsitera.
Serangga dapat diserang pula oleh patogen berupa jamur, bakteri, virus,
protozoa, atau nematoda yang dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan kematian
dan menurunkan populasi hama. Beberapa patogen serangga yang terkenal misalnya
jamur Materhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, Entomopthora sp., Beauveria
basiana, bakteri Bacillus thuringiensis, B. popilliae, nematoda Neoaplectana
carpocapsae, Mermis sp., Heterorhabditis sp.
Musuh
Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan
Patogen) yang dapat mengendalikan hama, penyakit dan gulma (OPT)
Predator / Pemangsa :
Adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.
Adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.
Parasitoid :
Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.
Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.
Patogen :
Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.
Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.
AGENS ANTAGONIS :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan
PENGENDALIAN ALAMI (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia
PENGENDALIAN
HAYATI (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman )
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman )
B. Pengendalian hayati dengan musuh alami dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
(1) Secara
alami dengan melindungi, melestarikan atau memberi kesempatan kepada musuh
alami untuk berkembang biak lebih banyak, juga diusahakan untuk memelihara dan
melakukan
pelepasan musuh-musuh alami,
(2) Secara
klasik dengan mengimpor musuh-musuh alami dari daerah asal hama, kemudian
mengembangkannya secara massal dan melepaskan ke lapangan untuk menekan
populasi serangga hama sasaran.
C. Contoh Aktivitas Serangga Pemangsa Hama Tanaman
Yang Disebut Musuh-Musuh Alami (Predator Dan Parasitor).
1.
Salah satu contohnya yaitu pada hama yang menyerang tanaman tebu. Pada tebu
biasanya terdapat lubang. Lubang tersebut dilubangi oleh sejumlah hama
penggerek tebu (Chilo sachariphagus). Hama penggerek ini bertelur pada
lubang batang tebu dan larva yang menetas berwujud ulat. Ulat ini menghisap
cairan gula sampai tanaman tebu menurun kadar gulanya sehingga berakibat pada
turunnya produksi gula.
2.
Sementara itu ada sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat
Jatiroto). Begitu ada batang tebu berdiri di kebun maka betinanya
biasanya langsung mencari lubang yang sebelumnya sudah digerek oleh ulat
Chilo. Lalat Jatiroto bertelur di dalam lubang tersebut.
Jumlahnya dapat mencapai antara 10 500 butir setiap ekor betina dan
dalam tempo 5 hari berubah menjadi ulat putih. Ulat itu dalam beberapa
menit saja sudah agresif mencari mangsa. Dengan gerak cepat ulat putih
menyerang penggerek Chilo yang berada dalam lubang tebu
danmenghisap darahnya sampai mati kering. Ulat putih selanjutnya
berkepompong dalam lubang tersebut, kemudian menjelma menjadi lalat
dewasa seperti nenek moyangnya dahulu. Dengan matinya penggerek Chilo,
batang tebu sehat kembali dan sari tebunya dapat diselamatkan.
3. Di
suatu areal persawahan, wereng coklat (Nilaparvata lugens) dengan
ganasnya menghisap cairan sel jaringan padi bagian batang dan menaruh cairan
ludah yang beracun sehingga tanaman padi menguning lalu mati. Selain
itu, wereng coklat ini menularkan virus penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa
sehingga produksi padi turun bahkan gagal panen. Sementara itu ada serangga Coccinella
sp., sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan berbintik hitam yang aktif
berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika bertemu wereng coklat, kumbang itu
dengan gerak cepat menangkapnya dengan menggunakan kaki bagian depan dari arah
belakang dan langsung memakannya.
D. Penggunaan bahan kimia yang dapat membahayakan
musuh alami
1.
Sebagai contoh, penggunaan insektisida organofosfat yang persisten untuk
mengendalikan kutu daun pada tanaman alfalfa (Therioaphis trifolli)
ternyata juga membunuh kumbang predator (Hipodemia sp). Akibatnya
populasi kutu daun meningkat dengan cepat. Sebagai akibat musnahnya musuh-musuh
alami oleh pestisida, beberapa serangga yang tadinya tidak membahayakan dapat
berubah statusnya menjadi hama utama yang membahayakan. Inilah yang disebut
ledakan hama sekunder.
2.
Contoh lain adalah kutu tempurung berlilin (Gascardia destructor)
merupakan hama sekunder pada tanaman jeruk di Afrika Selatan. Setelah
penggunaan insektisida organofosfat yang persisten, musuh-musuh alami musnah.
Akibatnya, populasi hama utama (kutu tempurung merah) dan hama sekunder (kutu
tempurung berlilin) meningkat cepat.
E. Macam-macam musuh alami
Musuh-musuh
alami banyak sekali jenisnya di alam, seperti kumbang tanah, capung,
undur-undur,
kelabang, belalang sembah, tungau, kepik, laba-laba, kalajengking, burung
dan
lain-lain. Beberapa musuh alami dari hama-hama tanaman pada berbagai jenis
tanaman
antara:
(1)
Belalang bertanduk panjang, kumbang coccinella, kumbang mirid, kumbang
carabit,
labah-labah bermata jalang, labah-labah berahang empat, laba-laba
harimau,
dan capung merupakan predator hama wereng coklat, wereng hijau, dan
wereng
punggung putih pada tanaman padi. Kumbang coccinella juga pemangsa
hama putih
dan penggerek batang padi.
(2) Semut
hitam menyerang hama Helopeltis pada buah kakao.
(3)
Parasit Thripoctenus membunuh hama putih (Thrips tabaci) pada
tanaman
bawang
merah.
(4) Tawar
kemit (Apanteles artonase) merupakan pemangsa hama ulat Artona yang
merusak
tanaman kelapa, sagu, enau, pinang, salak, kelapa sawit, tebu.
(5) Kepik
merah (Diadyanus) merupakan pemangsa hama bubuk kopi
(Hypothenemus)
yang menyerang buah kopi di pertanaman.
(6) Larva Chrysopa
dan kumbang Coccinella memangsa kutu dan persik pada
tanaman
kentang.
(7)
Kumbang Coccinella juga memangsa kutu daun, kutu perisai, dan tungau
pada
tanaman
singkong dan waloh siam.
(8)
Parasit Trichogama menyerang ulat buah (Heliothis) dan pengisap
daun (Aphis)
pada
tanaman kapas.
(9) Kepik
(Rhinocoris) memangsa ulat Prodenia, Heliothis, dan kutu
daun pada
tanaman
tembakau, serta masih banyak lagi musuh-musuh alami dari berbagai
jenis hama
tanaman yang tidak mungkin disebut satu persatu.
F. Beberapa contoh pengendalian hayati yang telah
dikembangkan antara lain
1.
pengendalian hama Armona caffeazia yang banyak merusak daun teh di
Sailan dengan parasit Macrocentrus yang sengaja didatangkan dari Pulau
Jawa pada tahun 1935 berhasil memuaskan,
2.
juga pengendalian hama kutu tempurung (Icerya purchasi) pada tanaman
jeruk di Amerika Serikat dengan menggunakan sejenis kumbang Vedelia.
3.
Di Indonesia, pengendalian hayati yang telah dilaksanakan antara lain
pengendalian hama kumbang daun kelapa (Brontispa longisima) di Sulawesi
Selatan dengan parasitoid Tetrasistichus pada tahun 1930an mencapai
sukses besar.
4.
Demikian pula pengendalian hama Plutula xylostella yang banyak merusak
tanaman kubis dengan parasitoid Diadegma eucerophaga,
5.
dan di Jawa Barat juga pernah digalakkan pengendalian hama kutu loncat (Heterophylla
sp) pada tanaman lamtorogung dengan sejenis predator Eurinus coerucus,
serta usaha-usaha pengendalian hayati lainnya yang kini terus diteliti dan
dikembangkan.
G. Keuntungan dari penggunaan musuh alami
Pengendalian
hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan
berspektrum
sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman,
relatif
permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan
menyebabkan pencemaran lingkungan.
Dari
uraian di atas, jelaslah bahwa musuh-musuh alami mempunyai peranan yang sangat
besar dalam membantu kita untuk menekan perkembangan hama tanaman. Pengendalian
hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan
terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi. Oleh karena itu dalam
pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan
pestisida hendaknya dilakukan
secara
bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu
No comments:
Post a Comment