1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris
yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian, sektor
pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional,
hal ini terlihat dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan
bekerja disektor tersebut.Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk
meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri
dalam negeri, meningkatkan ekspor, pendapatan petani, memperluas lahan
pekerjaan dan mendorong pemerataan berusaha. Seiring dengan meningkatnya
pebangunan nasional terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan maka permintaan
bahan pangan pun meningkat, mengingat sumber daya alam yang besar pada sector
pertanian maka di masa mendatang sector ini masih merupakan sector penting
dalam memberikan konstribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional (Adiwilanga,
1992). http://serbatani.blogspot.com/http://serbatani.blogspot.com/
Tahun 2004 oleh pemerintah di canagkan
sebagai ‘‘Tahun Padi Nasional’’.Pencanagan ini dilaksanakan dalam upacara Hari
Pangan Sedunia tingkat nasional yang dipusatkan di Ambarawa Kabupaten Semarang
Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu.Pencanagan Tahun Padi Nasional ini
berkaitan erat dengan upaya pemerintah untuk mensukseskan program ketahanan
pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani (Kompas 2004).
Kabupaten Kutai Kartanegara secara
geografis terletak antara 115026’28’’ BT – 117036’43’’ BT dan 1028’21’’ LU –
1008’06’’ LS. Topografi wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit
dengan kelerengan landai sampai curam, pada wilayah pedalaman dan perbatasan
pada umumnya merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 500-2000 m
dpl.(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2011 Kabupaten Kutai Kartanegara
mempunyai luas wilayah 2.726,310 km², dengan luas areal pertanian sekitar
809,161 ha dimana potensi lahan sawah 74,362 ha. Lahan fungsional atau yang
telah dimanfaatkan 24,798 ha. Sedangkan luas panen padi sawah dari tahun
ketahun mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 37.514 ha, tahun 2010
sebesar 38.658 ha dengan produktivitas hasil panen tahun 2009 190.146 ton dan
tahun 2010 sebesar 202.746 ton yang terbagi dalam 18 Kecamatan yang mana hasil
produksi padi sawah terbesar dari kecamatan Tenggarong Seberang sebesar 41.949
ton dan selanjutnya kecamatan Loa Kulu sebesar 31.122 ton (Kutai Kartanegara
Dalam Angka.2011).
Kecamatan Loa Kulu menjadikan padi
sebagai mata pencaharian utama mereka ini dapat dilihat dari hasil produksi
mereka yang meningkat meskipun lahan pertanian juga semakin berkurang seiring berkembangnya
sector pertambangan terutama tambang batu bara di wilayah ini, secara
keseluruhan luas panen seluas 5.838 Ha, dengan produktifitas atau hasil
perhektar 51,12 ton dan produksinya sebesar 29.842,65 ton yang mana desa
Jonggon Jaya adalah desa yang mempunyai areal luas panen paling luas yaitu 900
Ha, dengan diikuti produksi padinya yang juga tinggi yaitu sebesar 4.207,65 ton
(Kecamatan Loa Kulu Dalam Angka, 2011).
Melihat luas panen dan produksi padi
sawah yang besar di Desa Jonggon Jaya ternyata masih banyak permasalahan yang
dihadapi petani di antaranya ketika saat panen tiba dengan hasil yang melimpah
pendapatan mereka masih sangat kurang dibandingkan dengan biaya pengelolaan
produksi padi sawah mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan, pestisida
dan biaya lainnya yang tidak terduga ini terjadi dikarenakan hasil panen mereka
hanya di jual pada pedagang (tengkulak) lokal yang berada di Desa Jonggon Jaya
yang mana mereka terbatas dengan modal sehingga terkadang padi yang dijual
pembayarannya setengah dari jumlah yang dijual dan akan dibayar kembali setelah
padi diolah menjadi beras dan dipasarkandan ada juga pedagang yang datang dari
luar daerah tetapi kedatangan pedagang dari luar daerah tersebut tidak menentu
kedatanganya dikarnakan sarana prasarana berupa jalan menuju Desa Jonggon Jaya
rusak berat sehingga menyebabkan biaya pengangkutan yang bertambah dan
permasalahan lainnya adalah belum adanya suatu instansi yang memfasilitasi
dalam mendistribusikan atau memasarkan hasil produksi padi sawah, sehingga
mengakibatkan belum meratanya pendapatan yang diterima oleh petani di Desa
Jonggon Jaya.
Berdasarkan uraian di atas maka
perlu melaksanakan penelitian dengan mengambil judul “Analisi Pendapatan Petani
Dalam Penjualan Hasil Produksi Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Desa Jonggon Jaya
Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara”.
1.2. Rumusan Masalah
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
penelitian di atas, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah :
- Bagaimana proses pemasaran hasil produksi padi sawah di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara ?
- Berapa pendapatan petani dalam penjualan hasil produksi padi sawah dalam satu kali periode penanaman ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah :
- Mengetahui proses pemasaran hasil produksi padi sawah ?
- Mengatahui pendapatan petani dalam penjualan hasil produksi padi sawah dalam satu kali periode ?
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut
diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
- Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya dalam hal ini adalah Desa Jonggon Jaya, dalam rangka pembinaan terhadap petani padi dalam upaya peningkatan hasil produksi dan tingkat pendapatan petani.
- Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang masalah pertanian khususnya sektor tanaman padi.
- Sebagai bahan masukan bagi instansi yang terkait untuk merumuskan kebijakan pengembangan padi sawah yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan para petani padi sawah.
- Sebagai bahan perbandingan bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian lebih lanjut.

II. TINJAUAN PENELITIAN
2.1. Tinjauan Penelitian
Sebelumnya
Putri Aprilia R (2011), meneliti
tentang Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Kelurahan
Mangkurawang Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.
Pendapatan usahatani padi sawah
diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi selama satu kali
musim tanam dengan perhitungan pendapatan per musim tanam sebesar Rp.
201.300.000,- dengan rata-rata Rp. 5.651.189,30 dengan pendapatan per bulan Rp.
1.412.972,82.
Adapun persamaan sama-sama meneliti
tentang komunditi padi sawah, sedangkan perbedaannya terletak pada tempat
penelitiannya sebelumya di lakukan di Kelurahan Mangkurawang Kecamatan
Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Sedangkan penelitian yang akan saya
laksanakan di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Sarinda Jamin (2009) meneliti
tentang Analisis Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten
Kutai Barat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan
petani karet yang di kecamatan barong tongkok Kabupaten Kutai Barat.

Hasil penelitian ini diketahui
pendapatan petani karet di Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat
adalah Rp. 124.018.000,00 atau rata-rata Rp. 2.841.319.00 per responden.
Penerimaan petani karet adalah Rp. 290.500.000,00 atau rata-rata Rp.
60602.27,00 per responden, jumlah produksi sebesar 33. 080 kg atau rata0rata
752,83 kg per responden, total biaya produksi yang dikeluarkan petani adalah
Rp. 166.212.000,00 atau rata-rata Rp. 3.777.545,00 per responden dengan
demikian tanaman karet yang dilaksanakan petani di Kecamatan Barong Tongkok
dapat dikatakan layak untuk diusahakan.
Adapun persamaan penelitian ini
dengan yang akan dilaksanakan sama-sama meneliti tentang pendapatan petani
namun perbedaanya terletak pada komonditinya dan tempat penelitian.
2.2. Tinjauan umum padi sawah
2.2.1. Sejarah Padi
Menurut sejarahnya, padi termasuk
genus Oriza L. yang meliputi lebih kurang 25 species, terbesar di daerah tropik
dan daerah subtropika seperti di Asia, Afrika, Amerika dan Australia.
Menurut Chevalier dan Neguier, padi
berasal dari dua benua : Oryza Fatua Koenig dan Oriza Satifa L berasal dari
benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza Stapfii Roschev dan Oryza
Glaberrima Steund berasal dari afrika barat (Benua Afrika). Oryza Fatua Konig
dan Oriza MinutaPresl berasal dari India (Himalaya).
Padi yang ada sekarang ini merupakan
persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza Sativa f. spontanea.Di Indonesia
pada mulanya tanaman padi di usahakan di daerah tanah kering dengan system
ladang, tanpa pengairan.Hal ini dilakukan pula di negara-negara lain (AAK,
1983).
Menurut Suparyono dan A. Setyono (1993), berdasarkan kedudukanya dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Monocotyledone
Famili : Graminaceae
Sub family : Oryzidae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
2.2.2. Proses Bercocok Tanam Padi
Menurut AAK ( 1990), bahwa tekhnik
bercocok tanaman padi yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak di lakukan
persemean tanaman itu bisa dipanen sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
1. Persemaian
Membuat persemean merupakan langkah
awal bertanam padi dimana dimulainya dengan penggunaan benih unggul.benih yang
digunakan harus sebaik-baiknya dan sehat dimana tujuannya adalah membantu
memberikan keadaan lingkungan yang baik untuk saat awal pertumbuhan. Dari umur
25 – 40 hari benih siap ditanam disawah yang telah disiapkan.
2. Persiapan dan pengolahan tanah
sawah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah
keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah
yang dikehendaki oleh tanaman, pengolahan tanah yaitu pembersihan lahan,
pencangkulan, pembajakan dan penggaruan.
3. Penanaman
Dalam penanaman yang baik harus
diperhatikan sebelumnya adalah persiapan lahan umur bibit dan tahap
penanaman.
4. Pemeliharaan
Tanaman padi ditanam dengan baik
dapat membuahkan hasil yang memuaskan, sesuai dengan yang diharapkan.Yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan adalah penyulaman dan penyiangan, pengairan
padi sawah dan pemumupukan.
5. Pengendalian organisme
tanaman
Menurut Soemartono. B. (1984) ada
beberapa cara memberantas pengganggu tanaman padi sawah yaitu:
- Cara fisik dan mekanik, misalnya dengan cara Gropyokan untuk memberantas hama tikus.
- Cara Biologis, dengan menggunakan predator atau parasit misalnya burung yang memakan ulat.
- Dengan mengatur waktu tanaman dengan carapergiliran tanaman.
- Menanam tanaman yang resisten, yaitu tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit.
- Penggunaan bahan kimia yaitu dengan cara penggunaan prestisida (Insektisida, fungsida, rodentisida, dan herbisida)
6. Panen
Panen merupakan tahap akhir
penanaman padi sawah.Bila hasil yang diharapkan telah menjadi kenyataan, berarti
bua padi sudah cukup masak dan siap untuk di panen atau di petik.Namun
pemanenan padi harus di lakukan pada waktu yang tepat, sebab ketepatan waktu
memanen berperngaruh terhadap jumlah dan mutu gabah dan berasnya.
Panen yang terlambat pada varietas
padi yang mudah rontok, dan menurunkan hasil produksi.Sedangkan panen yang
teralu awal menyebabkan mutu padi kurang baik.
7. Tahap Pascapanen
Menurut AAK (1990) bahwa tahap
pascapanen atau perlakuan pascapanen meliputi kegiatan pasca perontokan, pengangkutan,
pengeringan, pembersiahan dan penyiapan serta penggilingan.
Ditambahkan Soeparyono dan A. Setyono (1993), bahwa pasca panen hasil petani merupakan tahanan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan hasil sampai siap untuk dipasarkan.Penanganan pasca panen tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat oleh lebih lanjut melalui kegiatan industri.
2.2.3.Produksi Padi sawah
Menurut M.Fuad, dkk (2006), mendefisikan produksi adalah sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran dalam arti sempit. Pengertian produksi hanya di maksudkan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponen-komponen penunjang.
Ditambahkan Soeparyono dan A. Setyono (1993), bahwa pasca panen hasil petani merupakan tahanan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan hasil sampai siap untuk dipasarkan.Penanganan pasca panen tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat oleh lebih lanjut melalui kegiatan industri.
2.2.3.Produksi Padi sawah
Menurut M.Fuad, dkk (2006), mendefisikan produksi adalah sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran dalam arti sempit. Pengertian produksi hanya di maksudkan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponen-komponen penunjang.
Ditambahkan Aristanti dan Bambang,
(2007).Produksi adalah merupakan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa.
Pengertian produksi secara sempit adalah perbuatan atau kegiatan manusia untuk
membuat suatu barang atau mengubah suatu barang menjadi barang lain. Secara
luas produksi dapat diartikan sebagai segala perbuatan atau kegiatan manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung, yang di tunjukan untuk menambah
atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2.2.4. Biaya Produksi
Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usahatanidapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 1991).
2.2.4. Biaya Produksi
Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usahatanidapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 1991).
Biaya dapat dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu:
- Biaya tetap, biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani yang penggunaannya tidak habis dalam masa satu kali produksi, seperti membajak tanah pertanian, retribusi air, gajih karyawan tetap, premi asuransi, penyusutan alat dan bangunan pertanian.
- Biaya variabel, yaitu biaya yang besar dan kecilnya tergantung pada jumlah produksi seperti biaya pupuk, herbisida, upah langsung petani, dan alat – alat pertanian.
- Biaya semi variable, ialah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun bisa juga di anggap variabel, seperti biaya pemeliharaan dan perawatan padi sawah secara langsung bisa berpengaruh pada produksititas pertanaman dan karyawan harian (Supari, 2001)
2.2.5. Penerimaan
Menurut Sudarsono (1995), penerimaan
merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang diterima atas
penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan (total revenue)
di definisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang
peroleh dari sejumlah satuan barang yang terjual di kalikan harga penjualan
setiap satuan barang.
Penerimaan dibidang pertanian adalah
produksi yang dinyatakan dalam betuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya
pegeluaran selama kegiatan usaha tani tersebut (Daniel, 2002).Sedangkan menurut
Soeharno (2009), penerimaan adalah harga di kalikan dengan jumlah yang di jual.
Secara matematis dapat dilihat seperti :
TR = P.Q
Keterangan :
TR : Total Penerimaan (Total Revenue)
Q : Kualitas barang yang di hasilkan (Quantity)
P : Harga (Price)
TR = P.Q
Keterangan :
TR : Total Penerimaan (Total Revenue)
Q : Kualitas barang yang di hasilkan (Quantity)
P : Harga (Price)
2.2.6. Pendapatan
Menurut Adiwilanga, (1992)
pendapatan diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup ini
tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh karena itu, pendapatan yang
dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari usaha tani.Di tambahkan
oleh (Mosher, 1991), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk
uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani.
Menurut Aukley (1983), pendapatan
seseorang indifidu di definisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh
dari jasa – jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari
harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua
pendapatan individu.
Menurut Soekarwati (1995),
pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu:
- Pendapatan kotor usahatani. Sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun.
- Pendapatan bersih usahatani. Merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani.
Hubungan biaya dengan pendapatan
dapat diperitungkan untuk seluruh usaha tani sebagai satu unit selama periode
tertentu, misalnya pada musim tanam.Dalam hal ini semua biaya semua produksi
dijumlahkan kemudian di bandingkan dengan pendapatan diperoleh (Hadisaputro,
1985).
Menurut Soekarwati, dkk (1994), pendapatan
keluarga mencerminkan tingkat kekayaan besarnya modal yang dimiliki petani.
Pendapatan yang besar mencerminkan dana yang besar dalam usahatani, sedangkan
pendapatan yang rendah dapat menyebabkan menurunnya infestasi dan upaya
pemupukan modal, pendapatan bersih petani hasil kotor dari produksi yang
dinilai dengan uang kemudian hasil kotor tersebut dikurangi dengan biaya
produksi dan biaya pemasaran.
2.2.7. Pemasaran
Pengertian sehari-hari arti
pemasaran adalah aktfitas jual beli dalam bidang ekonomi pemasaran tidak
terbatas pada kegiatan jual beli saja akan tetapi semua aktifitas ekonomi uang
memungkinkan barang dan jasa bergerak dari produksen sampai ke konsumen.
Menurut Soekartawi (1993) pemasaran
atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produksen ke konsumen,
aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran. Sedangkan
menurut Mubyarto (1994) tataniaga atau pemasaran diartikan sabagai suatu
kegiatan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya pemindahan milik barang dan jasa
untuk menyalurkan distiribusi dari produksen ke konsumen.
Fungsi dan peranan tataniaga atau
pemasaran yaitu mengusahakan agar pembeli mempperoleh barang yang diinginkan
pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat. Fungsi utama dari tataniaga
atau pemasaran adalah menyangkut penyimpanan, pengolahan dan pembiayaan.
Menurut gilarso (1992) funsi-fungsi
pemasaran mencakup semua kegiatan yang perlu diselengarakan dalam proses
memasarkan barang/jasa hingga barang tersebut sampai ketangan konsumen. Pemasaran
mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha, peranan lembaga
tataniaga ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan
karakteristik aliran yang dipasarkan atau lebih di kenal dengan istilah saluran
pemasaran. Sedangkan lembaga tataniaga ini sangat tergantung dari sistem pasar
yang berlaku dan karakteristik aliran yang dipasarkan atau lebih di kenal
dengan istilah saluran pemasaran. Sedangkan lembaga tataniaga adalah orang,
badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran.
Ditambahkan oleh Soekartawi (1993)
mengemukakan bahwa saluran pemasaran dapat berbentuk secara sederhana dan dapat
pula rumit sekali, hal demikian tergantung dari macam komonditi lembaga
pemasaran dan sistem pasar (iklim pasar). Sedangkan yang dimaksud dengan
saluran pemasaran adalah suaatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari
produksen ke perantara dan sampai akhiranya ke tangan konsumen. Selanjutnya
menurut Daniel (2004)
Tataniaga atau pemasaran memerlukan
biaya, dan biaya ini makin besar dengan perkembangan pertanian maupun
peternakan dan makin kompleksnya tataniaga atau pemasaran tersebut. Menurut
Danil (2004) setiap kegiatan pemasaran memerlukan biaya mulai dari pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan pembayaran retribusi, bongkar muat dan lain-lain. Jadi
bias disimpulkan biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produksen ke
konsumen.
Menurut Daniel (2004) margin
memasaran adalah selisih antara harga yang di bayarkan oleh konsumen dengan
harga yang diterima Produksen. margin ini akan diterima oleh lembaga niaga yang
terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Sedangkan keuntungan pemasaran adalah
selisih margin pemasaran pedagang dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan
selama proses mengalirnya barang (produk) dari produksen ke konsumen.

3.1.Waktu Dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai
bulan Agustus 2012, terhitung sejak pengambilan data awal ke lapangan sampai
pengolahan data ahir.Adapun lokasi penelitian yaitu pada Petani Desa Jonggon
Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.
3.2. Devinisi Operasional
Penelitian ini diarahkan pada
perhitungan pendapatan dan produksi usahatani padi sawah di desa Jonggon Jaya.Perhitungan
ini dilakukan pada satu kali musim tanam atau 4 bulan. Untuk memudahkan ukuran
variabel – variabel, maka diberikan batasan – batasan sebagai berikut:
- Petani responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.
- Luas lahan adalah luas tanah sawah yang ditanami padi sawah oleh petani responden yang dikonversikan kedalam satuan hektar.
- Penjualan produksi adalah padi sawah berupa gabah kering, menjadi gabar kering giling, dan selanjutnya diproses menjadi beras yang dihasilkan oleh petani responden dalam satu kali musim tanam, diukur dalam satuan kilogram.
- Penerimaan merupakan hasil kali dari jumlah penjualan produksi dalam satu kilogram dikali dengan harga jual dalam satua Rupiah (Rp).
- Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar tenaga kerja yang bekerja dalam proses penjualan produksi Biaya pengangkutan padi, penjemuran, padi yang sudah kering dimasukan kedalam karung lalu dikumpulkan menjadi satu dan disusun atau di masukan ke dalam gudang.
- Biaya penyusutan padi adalah biaya berkurangnya padi yang disimpan digudang dikarnakan hama tikus dan berkurangnya kadar air yang menyebabkan berkurangnya berat padi
- Pendapatan merupakan selisih dari jumlah peneriamaan dengan biaya – biaya penjualan produksi, yang dikonversikan dalam satuan Rupiah (Rp).
- Pemasaran adalah proses penjualan hasil padi dari petani ke pedagang.
3.3. Populasi dan Sampel
Menurut Mardalis (1989), populasi
itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat – syarat tertentu yang
berkaitan dengan masalah penelitian tersebut dapat berupa orang, barang,
binatang, hal atau peristiwa. Ditambah oleh Pangestu Subagyo (2003),
keseluruhan fakta dari hal ini disebut populasi, sedangkan bagaian dari semua
fakta yang dianggap dapat mewakili seluruhnya disebut sebgai sampel.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka seluruh petani padi sawah yang berada
di Desa Jonggon Jaya diasumsikan sebagai polulasi berdasarkan profil Desa
Jonggon Jaya (2012), jumlah petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya
sebanyak 364 orang dari ke tiga belas kelompok petani.
Menurut pendapat Husein Umar (2005),
ukuran sampel minimum yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang
digunakan untuk metode deskriftif yaitu 10%-20% populasi atau minimal 30
sampel. Untuk menentukan jumlah sampel, digunakan 10% dari jumlah populasi atau
0,1 x 364 opulasi, maka didapat 30.6 sampel. Untuk memudahkan penghitungan
data, maka jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini dibulatkan menjadi
30 orang petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya.Pengambilan sampel
pada penelitian ini dengan mengunakan metode simple random sampling atau metode
acak sederhana.
3.4. Data yang diperlukan
Untuk memudahkan perhitungan, maka rincian data yang akan diperlukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Data Desa Jonggon Jaya meliputi penduduk, luas wilayah, letak geografis dan lain-lain.
- Profil responden atau petani sawah di Desa Jonggon Jaya yang meliputi keseluruhan kelompok petani, luas lahan dan status kepemilikan, komonditas yang ditanam dan umur komonditas.
- Jumlah produksi yang dihasilkan pada musim tanam bulan Agustus-september 2012.
- Biaya tenaga kerja meliputi , biaya pengangkutan, biaya penjemuran, biaya pengarungan, biaya pegumpulan padi kedalam gudang.
- Biaya pembelian alat dan mesin pertanian meliputi pembelian kipas agin, pembelian terpal, pembelian karung dan lain-lain dimana selanjutnya akan dihitung biaya penyusutannya.
- Data penunjang meliputi jumlah hasil produksi yang dikonsumsikan, jumlah yang dijual yang disimpan.
3.5. Tenik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitU:
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitU:
- Penelitian lapangan ( field work research ), yaitu melakukan wawancara langsung dengan respoden, mengunakan kuisioner dan mendatangi atau observasi langsung kelapangan.
- Penelitian kepustakaan ( library research ), yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari bahan kepustakaan dilanjutkan dengan pengutipan bagian-bagian releven yang ada hubungannya dengan peneliti.
Untuk memudahkan perhitungan maka
pengolahan data dilakukan secara manual mengunakan rumus yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan alat bantu Microsoft Office Exel 2007. Kemudian dari
perhitungan tersebut diketahui seluruh data yang diperlukan sebagai hasil
penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan.
3.6. Alat Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil
pengamatan langsung dilapangan dengan wawancara kepada petani padi sawah dengan
mengunakan pertanyaan (kuisioner) sesuai dengan tujuan penelitian maka
digunakan perhitungan sebagai berikut: untuk menghitung penerimaan mengunakan
rumus (Sudaesono, 1995), yaitu :
TR = P.Q
Keterangan :
TR = Jumlah Penerimaan / total revenue( Kg )
P = Harga / Price( Rp )
Q = Produksi / Quantity( Rp )
Pendapatan usaha tani padi dengan menggunakan konsep pendapatan dikemukakan oleh ( Mosher, 1991 ) dengan mengunakan total biaya dengan rumus :
I = TR – TC
Keterangan :
I = Pendapatan usaha tani padi / Income
TR = Total Penerimaan / Total Revenue
TC = Jumlah Biaya Produksi / Total Cost
Selanjutnya untuk mengetahui jenis saluran pemasaran hasil padi sawah dalam menyalurkan pertanian ke tangan konsumen, maka dapat digunakan pendapat Daniel (2004)
Dengan demikian kita dapat mengetahui jenis saluran pemasaran manakah yang diterapkan dalam pertanian padi sawah dalam menyalurkan produksinya ketangan konsumen akhir. Untuk menghitung biaya yang dikeluarkan oleh satuan lembaga pemasaran berlangsung kemudian menjumlahkan biaya tersebut secara keseluruhan.
Menurut Agustina dan setiajie (2008) untuk menghitung margin pemasaran di
masing-masing lembaga pemasaran mengunakan rumus sebagai berikut :
M = Hp – Hb
Keterangan :
M = Margin pemasaran.
Mp = Harga penjualan.
Mb = Harga pembelian.
Sedangkan untuk margin diperoleh dengan menjumlahkan tiap margin lembaga
pemasaran yang terlibat dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
Mt = M1 + M2
+ M3 + …………Mn
Keterangan :
Mt
= Margin total
M1,M2,
M3,……Mn = Margin pedagang.
Selanjutnya untuk menghitung keuntungan yang
diperoleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat menurut Nurasa dan
Darwis (2007; 42), digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Mt = Margin
pemasaran dengaan satuan (Rp/ Kg).
Bt =
Biaya pemasaran dengan satuan (Rp/ Kg)
DAFTAR
PUSTAKA
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi.
Kansius, Yogyakarta
Adiwilaga, A. 1992. Ilmu usahatani.
Alumni, Bandung
AAK. 1983. Dasar-dasar bercocok
tanam. Kansius, Yogyakarta
Aukley, G. 1983. Teori makro
ekonomi. Terjemahan Paul Sihothan. Unuversitas Indonesia, Jakarta
Agustian, A. Setiajie, I. 2008.
Analisis perkembangan harga dan rantai pemasaran komonditas cabai merah di
Provinsi Jawa Barat. Pusat analisis social ekonomi dan kebijakan pertanian
Departemen Pertanian.
BPS Kutai Kartanegara. 2011. Kutai
Kartanegara Dalam Angka. BPS Kutai Kartanegara, Kutai Kartanegara.
BPS Kutai Kartanegara. 2011.
Kecamatan Loa Kulu Dalam Angka. BPS Kutai Kartanegara, Kutai Kartanegara.
Bambang Dan Aristanti.2007. Mengasah
Kemanpuan Ekonomi. Citra Praya. Bandung.
Departemen Pertanian CV Yasa Guna,
Jakarta.
Daniel, M. 2004. Pengantar ekonomi
pertanian. Jakarta . PT. Bumi Aksara.
Fuad, M. dkk. 2003. Pengantar
Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gilarso,T. 1992. Pengantar ilmu
ekonomi bagian makro. Yogyakarta. Kanisius.
Hadisaputro, S. 1985. Biaya dan
pendapatan didalam usahatani. Departemen Ekonomi Pertanian. UGM Yogyakarta
Kompas. 2004. Dicanangkan sebagai
tahun padi Nasional. [www. Situs Hijau.co.id.] dikunjungi 27. Juli 2012.
Mosher, A.T. 1991. Mengerakkan dan
membangun pertanian, dinas pendidikan Departemen Pertanian CV Yusa Guna,
Jakarta.
Mubyarto. 1991. Pengantar ekonomi
pertanian, Edisi – 3 Lembaga Penelitian pendidikan dan penerangan ekonomi
social, Jakarta.
Mubyarto. 1994. Pengantar ekonomi
pertanian. Jakarta . LP3ES.
Nurasa, T. Darwis, V. 2007. Analisis
usahatani dan keragaman margin pemasaran bawang merah di Kabupaten Brebes.
Bogor. Pusat analisis social ekonomi dan kebijakan pertanian.
Soedarsono, H. 1995. Pengantar
ekonomi mikro. LP3ES, Jakarta,
Soemartono, B. dkk. 1984. Bercocok
Tanam Padi. Yasguna, Jakarta
Suparyono dkk. 1993. Padi. Penebar
Swadya, Jakarta.
Supari, D. H. 2001. Manajemen
produksi dan oprasional agribisnis hortikultura. Kelompok Gramedia, Jakarta.
Soekarwati. 1995. Analisis usaha.
UI, Jakarta.
Soekarwati Dkk. Ilmu usahatani dan
penelitian untuk pengembangan petani kecil. UI Press, Jakarta.
Soekartawi, A. 1993. Prinsip dasar
ekonomi pertanian. Jakarta . PT. Raja Grafindo Persada.
Pertanian di Indonesia masih perlu banyak dukungan dari berbagai pihak agar hasil dari pertanian ini dapat mencukupi kebutuhan pangan warga Indonesia dan juga mensejahterakan para petaninya. Salah satunya dengan menyediakan berbagai peralatan yang memadai untuk para petani seperti arit cangkul garpu sorok caping dan masih banyak lagi
ReplyDelete