Rasa putus asa dan jatuh cinta
ternyata tak jauh berbeda ciri-cirinya, seperti telapak tangan
berkeringat, jantung berdebar, lidah sulit berucap, dan tak bisa
berpikir jernih. Semua itu terjadi begitu saja saat merasakan kedua
perasaan tersebut.
Menurut penelitian hal ini terjadi karena manusia memiliki perasaan
juga kognitif yang kompleks. Jadi ketika seseorang merasakan kondisi
tersebut otak berperan menampilkannya lewat fisik.
Seperti dikutip laman Huffington Post, Rabu (10/02/2016) lebih dari 12 area otak bekerja sama untuk menghasilkan perasaan cinta lewat fisik. Menurut penelitian "The Neuroimaging of Love", rasa cinta mengaktifkan bagian otak yang memiliki peran yang sama ketika seseorang merasakan euforia.
Sebuah studi menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI) scan yang menemukan cinta mengaktifkan sistem reward otak manusia dalam cara yang sama seperti pengaruh kokain atau nikotin.
Otak manusia yang sedang jatuh cinta seketika meningkatkan sel kimia
dalam otak seperti dopamin, oksitosin, adrenalin, dan vasopressin.
Penelitian pun menunjukkan rasa cinta terhadap pasangan dan ibu mengaktifkan area otak yang berbeda. Penelitian menggunakan Electroencephalography (EEG)
untuk mengukur aktivitas listrik otak manusia dan hasil dalam gambar
menunjukkan otak seperti mendapat rangsangan elektrik dalam 200
milidetik pada satu area otak.
Hal ini jelas menunjukkan manusia yang tengah jatuh cinta bagai tersambar petir
No comments:
Post a Comment