PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kenakalan tawuran siswa di SMA N 1 Arso saat
sekarang ini sudah menjadi masalah sosial, yang mana hal ini perlu perhatian
serius baik dari pihak sekolah SMA N 1 Arso terutama bagi guru Pendidika Agama
Islam dan orang tua murid itu sendiri. Kenakalan
siswa pada SMA N I Arso terlihat sudah melanggar norma-norma agama, hal itu
terjadi dikarenakan pengajaran yang dilakukan oleh guru PAI di SMA N I Arso
kurang terfokus pada sikap dan akhlak tersebut kurang menyentuh sehingga
berdampak pada kurangnya etika agama bagi siswa yang ada di SMA N I Arso. Keadaan
ini sangat mengkhawatirkan apabila tidak ditindaklanjuti maka kenakalan siswa dapat
memberikan citra yang kurang baik bagi pihak sekolah serta dunia pendidikan dan
merugikan siswa itu sendiri.
Kenakalan tawuran ternyata membuat resa
masyarakat. Siswa SMA itu berumur 16 sampai 18 tahun yang menginjak masa remaja merupakan suatu
masa transisi menuju dewasa dan merupakan suatu masa mencari identitas diri.
Dalam masa tersebut tidak sedikit siswa mengalami kebimbangan dalam diri
masing-masing siswa dalam menentukan sikap dan prilaku sehari-hari.Sehingga
tidak sedikit pula siswa melakukan suatu perbuatan yang melanggar baik
norma-norma yang berlaku ditengah masyarakat termasuk melanggar agama dan norma
hukum.
Kurangnya
kompetensi kinerja seorang guru PAI di SMA N I Arso membawa pengaruh besar dalam
membentuk kepribadian, tingka laku maupun Akhlak para para siswa dan
siswi.
Kemampuan seorang guru
dalam merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran merupakan
faktor utama dalam
mencapai tujuan pengajaran. Keterampilan merencanakan
dan melaksanakan proses
belajar mengajar sesuatu
yang erat kaitannya
dengan tugas dan tanggung
jawab guru sebagai pengajar yang
mendidik. Guru sebagai
pendidik mengandung arti
yang sangat luas, tidak
sebatas memberikan bahan-bahan
pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam
menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat.
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses
belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan
berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang
diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu
faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di
dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.[1]
Sebagai
pengajar, guru hendaknya
memiliki perencanaan (planing) pengajaran yang
cukup matang. Perencanaan
pengajaran tersebut erat
kaitannya dengan berbagai unsur
seperti tujuan pengajaran,
bahan pengajaran, kegiatanbelajar, metode
mengajar, dan evaluasi.
Unsur-unsur tersebut merupakan
bagian integral dari keseluruhan tanggung jawab guru dalam proses
pembelajaran.
Kompetensi merupakan
salah satu kualifikasi
guru yang terpenting.
Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan
berkompeten dalam melakukan tugasnya
dan hasilnya pun
tidak akan optimal.
Dalam syariíat Islam, meskipun
tidak terpaparkan secara
jelas, namun terdapat
hadits yang menjelaskan bahwa
segala sesuatu itu
harus dilakukan oleh
ahlinya (orang yang berkompeten dalam tugasnya tersebut).
Dengan komptensi
yang dimiliki, selain
menguasai materi dan
dapat mengolah program belajar mengajar,
guru juga dituntut dapat melaksanakan evaluasi dan pengadministrasiannya.
Kemampuan guru dalam melakukan evaluasi merupakan kompetensi
guru yang sangat
penting. Evaluasi dipandang
sebagai masukan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan
berbagai komponen yang
terdapat dalam suatu proses
belajar mengajar. Sedemikian pentingnya evaluasi ini sehingga kelas yang baik
tidak cukup hanya
didukung oleh perencanaan
pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan
proses pembelajaran serta
penguasaannya terhadap bahan ajar,
dan juga tidak
cukup dengan kemampuan
guru dalam menguasai kelas,
tanpa diimbangi dengan
kemampuan melakukan evaluasi terhadap perencanaan
kompetensi siswa yang
sangat menentukan dalam
konteks perencanaan
berikutnya, atau kebijakan
perlakuan terhadap siswa
terkait dengan konsep belajar
tuntas. Atau dengan
kata lain tidak
ada satupun usaha
untuk memperbaiki mutu proses
belajar mengajar yang
dapat dilakukan dengan
baik tanpa disertai langkah evaluasi.
Kinerja guru atau biasa
disebut perfomance guru merupakan hasilkerja atau unjuk kerja atas suatu
aktifitas mengajar yang diberikan sesuai dengan petunjuk atau pedoman.
Indikator kinerja guru dapat dilihat pada kemampuan guru dalam merencanakan
pengajaran. Merencanakan KMB, menguasai bahan pelajaran, mengelolah kelas,
menggunakan fasilitas pendidikan dan penilaian hasil belajar.[2]
Dampak dari
kurangnya materi Pendidikan Agama Islam yang menyebabkan siswa SMA kurang dalam
menjalankan nilai agama sehingga pertanyaan saya apakah model materi dan
fasilitas pengajaran yang kurang atau masyarakat sudah kurang peduli lagi
dengan Agama
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah
yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
pelaksanaan pembelajaran di SMA N1 Arso?
2.
Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di SMA N 1 Arso?
C.
Tujuan Penelitian
Berpedoman pada perumusan masalah penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a.
Untuk mengetahui materi yang di ajarkan guru PAI dalam
pembentukan Ahklak di SMA N I Arso?
b.
Untuk mengetahui kompetensi Guru Pendidikan
Agama Islam dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA N I
Arso?
D.
Manfaat Penelitian
Secara rinci kegunaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. 1.Manfaat
Praktis
(a) Memberikan gambaran bagi pengambil kebijakan dalam
pengembangan sistem manajemen kinerja guru Pendidikan Agama Islam yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(b) Memberikan bahan penyempurnaan kebijaksanaan dalam
pembinaan dan pengembangan karir guru PAI yang sesuai dengan kebijakan
pemerintah daerah setempat dan lingkungan kerjanya dalam upaya meningkatkan
kinerja guru PAI.
2.2. Manfaat
Akademis
(a) Memperluas dan memperbanyak khazanah ilmiah keilmuan
guru PAI khususnya dalam bidang manajemen dan administrasi guru yang dapat
dijadikan acuan dalam pengembangan kebijakan pengembangan sumberdaya manusia
guru.
(b) Menjadikan pendorong bagi
studi lebih lanjut untuk mengembangkan model peningkatan kinerja guru dalam
cakupan yang lebih luas
E.
Defenisis Operasional
Guna
menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap apa yang penulis sajikan disini
penulis menjelaskan maksud dari judul tersebut sebagai berikut:
Kompetensi
Menurut Finch dan Crunkilton
dalam Mulyasa (2004: 38) bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah
penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi
mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki seorang
guru pendidikan agama islam untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran
sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Sedangkan menurut Broke dan Stone (Uzer Usman, 2007:14) kompetensi merupakan
gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang
tampak sangat berarti.
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi
siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat
seorang manusia
serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian
yang mirip dengan pengajaran, namun mempunyai arti yang berbeda. Pengajaran memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Guru
berceramah sedangkan siswa hanya sebagai pendengar sehingga interaksi antara
guru dengan siswa dalam proses pengajaran masih belum maksimal.
F.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik
yang digunakan dalam
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
1.
Observasi
Saya melakukan observasi dengan cara mengamati linkungan sekolah secara
menyeluruh, selain itu juga saya memperhatiakan tingkah laku para siswa siswi dalam
lingkungan sekolah,sehingga saya dapat mengumpulkan data sesuai yang
diinginkan. Observasi saya lakukan selama seminggu
2.
Wawancara
Sebelum saya melakukan wawancara
kepada guru PAi di SMA N I Arso pertama-tama yang saya lakukan adalah mendekati
dan selanjutnya saya memperkenalkan nama setelah itu baru saya menyampaikan
maksud dan tujuan saya datang kesekolah tempat dia mengajar, setelah saya
sampaikan barula saya memulai wawancara.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan
dalam peneitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif
yang ditunjang oleh
data yang diperoleh
melalui penelitian kepustakaan,
dan penelitian lapangan.
Adapun penelitian kepustakaan
adalah menelaah, mengkaji dan
mempelajari berbagai literatur
(referensi) yang erat
kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.
Penelitian lapangan, penulis
terjun langsung ke lapangan atau dilakukan di sekolah dengan melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi, guna memperoleh data yang jelas dan representative
G.
SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I pendahuluan yang menguraikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Ruang
Lingkup dan Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Defenisi
Operasional, Metode Penelitian yang meliputi lokasi penelitian, jenis, data dan
teknik pengumpulan data, teknik analisa
data, dan sistematika pembahasan.
Bab II kajian Teori, membahas tentang
pengertian kompetensi guru,
manajemen kinerja guru, serta
macam-macam kompetensi guru.
Bab III Gambaran umum lokasi penelitian
yang menguraikan Deskripsi singkat SMA Negeri 1 Arso, letak geografis, sarana
dan prasarana, Kondisi Guru, kondisi staf tata usaha dan kondisi siswa.
Bab IV Pembahasan dan hasil penelitian tentang penyebab kenakalan
tawuran yang terjadi serta metode dan materi yang di ajarkan seorang Guru
Pendidika Agama Islam di SMA N I Arso yang memuat tentang pembahasan penelitian,
hasil penelitian.
Bab V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
KOMPETENSI GURU PAI
1.
Pengertian Kompetensi Guru
Pendidikan merupakan
sesuatu yang penting
dan utama dalam
konteks pembangunan bangsa dan
negara. Hal ini
dapat terlihat dari
tujuan nasional bangsa Indonesia
yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang menempati posisi
yang strategis dalam
pembukaan UUD 1945.
Dalam situasi pendidikan,
khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan komponen yang penting
dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Ini disebabkan
guru berada di barisan
terdepan dalam pelaksanaan
pendidikan. Dengan kata
lain, guru merupakan komponen
yang paling berpengaruh
terhadap terciptanya proses
dan hasil pendidikan yang
berkualitas. Dengan demikian
upaya perbaikan apapun yang
dilakukan untuk meningkatkan
pendidikan tidak akan
memberikan sumbangan yang signifikan
tanpa didukung oleh
guru yang profesional
dan berkompeten. Oleh karena
itu, diperlukanlah sosok
guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi
dan dedikasi yang
tinggi dalam menjalankan
tugas profesionalnya.[3]
Pengertian kompetensi
ini, jika digabungkan dengan
sebuah profesi yaitu guru
atau tenaga pengajar,
maka kompetensi guru
mengandung arti kemampuan seseorang guru
dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara
bertanggung jawab dan layak
atau kemampuan dan
kewenangnan guru dalam
melaksanakan profesi
keguruannya. Pengertian kompetensi
guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.[4]
2.
Urgensi Kompetensi Guru
Proses belajar mengajar merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan
kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar.
Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka
guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam mengantarkan peserta
didiknya mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya
guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan
tanggungjawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan menjadikan guru profesional,
baik secara akademis maupun non akademis.
Masalah kompetensi guru merupakan
hal urgen yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun.
Guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan
mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat. Kompetensi guru sangat
penting dalam rangka penyusunan kurikulum. Ini dikarenakan kurikulum pendidikan
haruslah disusun berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Tujuan,
program pendidikan, system penyampaian, evaluasi, dan sebagainya, hendaknya
direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru
secara umum. Dengan demikian diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas
dan tanggung jawab sebaik mungkin[5]
Dalam hubungan dengan kegiatan dan
hasil belajar siswa, kompetensi guru berperan penting. Proses belajar mengajar
dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur
dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi
guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten akan lebih
mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat
optimal.[6]
3.
Macam-macam Kompetensi Guru
Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional.[7]
a.
Kompetensi Personal
Dalam kompetensi
personal ini telah mencakup kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang
merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugas dan keguruannya secara
profesional. Kompetensi personal guru menunjuk perlunya struktur kepribadian
dewasa yang mantap, susila, dinamik (reflektif serta berupaya untuk maju), dan
bertanggung jawab. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi ini juga
sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guru menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat,
kemajuan negara dan bangsa pada umumnya.
Sedangkan
kompetensi sosial dimaksudkan bahwa guru mampu memfungsikan dirinya sebagai
makhluk sosial di masyarakat dan lingkungannya sehingga mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, serta masyarakat sekitar.
Menurut A.S Lardizabal,
kompetensi personal-sosial adalah sebagai berikut:[8]
1.
Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk
nilai moral dan
keimanan)
2.
Guru hendaknya mampu bertindak jujur dan bertanggungjawab
3.
Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di lingkup
sekolah maupun
luar sekolah
4.
Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan
siapapun demi
tujuan yang baik.
5.
Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan
pengembangan
budaya masyarakatnya.
6.
Dalam persahabatan dengan siapapun, guru hendaknya tidak
kehilangan
prinsip serta nilai hidup yang diyakininya.
7.
Bersedia ikut berperan serta dalam bebagai kegiatan sosial.
8.
Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil
9.
Guru tampil secara pantas dan rapi.
10. Guru mampu berbuat
kreatif dengan penuh perhitungan
11. Guru hendaknya
mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian
tugas-tugasnya.
12. Guru hendaknya
dapat menggunakan waktu luangnya secara bijaksana dan
produktif
b. Kompetensi Profesional
Dalam standar nasional pendidikan, kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
standar nasional pendidikan.
Terdapat sepuluh kemampuan dasar keguruan yang menjadi tolok
ukur kinerjanya sebagai pendidik profesional, diantaranya adalah sebagai
berikut:[9]
1.
Guru dituntut menguasai bahan ajar. Penguasaan bahan ajar
dari para guru sangatlah menentukan keberhasilan pengajarannya. Guru hendaknya
menguasai bahan ajar wajib (pokok), bahan ajar pengayaan dan bahan ajar penunjang
dengan baik untuk keperluan pengajarannya, mampu menjabarkan serta
mengorganisasikan bahan ajar secara sistematis, relevan dengan tujuan instruksional
khusus (TIK), selaras dengan perkembangan mental siswa, selaras dengan tuntutan
perkembangan ilmu serta tekhnologi (mutakhir) dan dengan memperhatikan kondisi
serta fasilitas yang ada di sekolah dan atau yang ada di lingkungan sekolah.
2.
Guru mampu mengolah
program belajar mengajar. Guru diharapkan menguasai secara fungsional tentang
pendekatan sistem pengajaran, asas pengajaran, prosedur-metode, strategi-teknik
pengajaran, menguasai secara mendalam serta berstruktur bahan ajar, dan mampu
merancang penggunaan fasilitas pengajaran.
3.
Guru mampu mengelola kelas, usaha guru menciptakan situasi
sosial kelasnya yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin.
4.
Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran.
Kemampuan guru dalam membuat, mengorganisasi, dan merawat serta menyimpan alat pengajaran
dan atau media pengajaran adalah penting dalam upaya meningkatkan mutu
pengajaran
5.
Guru menguasai landasan-landasan kependidikan. Guru yang
menguasai dasar keilmuan dengan mantap akan dapat memberi jaminan bahwa
siswanya belajar sesuatu yang bermakna dari guru yang bersangkutan.
6.
Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar, guru mampu
berperan sebagai motivator, inspirator, organisator, fasilitator, evaluator,
membantu penyelenggaraan administrasi kelas serta sekolah, ikut serta dalam
layanan B.K di sekolah. Dalam pengajaran guru dituntut cakap dalam aspek
didaktismetodis agar siswa dapat belajar giat.
7.
Guru mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran. Keahlian guru dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa
mempunyai dampak yang luas, data penilaian yang akurat sangat membantu untuk
menentukan arah perkembangan diri siswa, memandu usaha, optimalisasi dan
integrasi perkembangan diri siswa. Yang pertama-tama perlu dipahami oleh guru
secara fungsional adalah bahwa penilaian pengajaran merupakan bagian integral
dari sistem pengajaran. Jadi kegiatan penilaian yang meliputi penyusunan alat
ukur (tes), penyelenggaraan tes, koreksi jawaban siswa serta pemberian skor, pengelolaan
skor, dan menggunakan norma tertentu, pengadministrasian proses serta hasil penilaian
dan tindak lanjut penilaian hasil belajar berupa pengajaran remedial serta
layanan bimbingan belajar dan seluruh tahapan penilaian tersebut perlu
diselaraskan dengan kemampuan sistem pengajaran.
8.
Guru mengenal fungsi serta program pelayanan BK. Mampu
menjadi partisipan yang baik dalam pelayanan B.K di sekolah, membantu siswa
untuk mengenali serta menerima diri serta potensinya membantu menentukan pilihan-pilihan
yang tepat dalam hidup, membantu siswa berani menghadapi masalah hidup, dan
lain-lain
9.
Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi
sekolah, guru dituntut cakap atau mampu bekerjasama secara terorganisasi dalam pengelolaan
kelas.
10. Guru memahami
prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran. Tuntutan kompetensi
dibidang penelitian kependidikan ini merupakan tantangan kualitatif bagi guru
untuk masa kini dan yang akan datang.
Untuk keberhasilan dalam
mengemban peran sebagai guru, diperlukan adanya standar kompetensi. Berdasarkan
UU Sisdiknas No. 14 tentang guru dan dosen pasal 10, menentukan bahwa
kompetensi guru meliputi kompetensi padagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
a.
Kompetensi Paedagogik
Yang dimaksud dengan
kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi
paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:[10]
1. Pemahaman wawasan /
landasan kependidikan
2. Pemahaman terhadap peserta
didik
3. pengembangan
kurikulum / silabus
4. Perancangan
pembelajaran
5. Pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6. Pemanfaatan
tekhnologi pembelajaran
7. Evaliasi Hasil
Belajar (EHB)
8. Pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
b.
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.26 Dalam
standar nasional pendidikan, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi
kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan
fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan
dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) serta mensejahterakan masyarakat,
kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.
c.
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua / wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang
sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
1.
Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat
2.
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
3.
Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik; dan Bergaul
secara santun dengan masyarakat sekitar
d.
Kompetensi Profesional
Yang dimaksud
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi, pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Adapun
ruang lingkup kompetensi profesional sebagai Berikut :[11]
1.
Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik
filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya
2.
Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
peserta didik
3.
Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung
jawabnya
4.
Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi
5.
Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan
6.
Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pembelajaran
7.
Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik
8.
Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik
Dengan
diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) saat ini, dalam hal
penilaian atau evaluasi, ditinjau dari sudut profesionalisme tugas kependidikan
maka dalam melaksanakan kegiatan penilaian yang merupakan salah satu ciri yang
melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik profesional selalu
menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal
tersebut dilakukan karena salah satu indicator keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Dengan
demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses
pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan. Adanya komponen-komponen yang menunjukkan kualitas
mengevaluasi akan lebih memudahkan para guru untuk terus meningkatkan kualitas
menilainya. Dengan demikian, berarti bahwa setiap guru memungkinkan untuk dapat
memiliki kompetensi menilai secara baik dan menjadi guru yang bermutu.
1.
Mempelajari fungsi penilaian
2.
Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian
3.
Menyusun teknik dan prosedur penilaian
4.
Mempelajari kriteria penilaian teknik dan proseur penialaian
5.
Menggunakan teknik dan dan prosedur penilaian
6.
mengolah dan menginterpretasikan hasil penilaian
7.
menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar
mengajar
8.
menilai teknik dan prosedur penilaian
9.
menilai keefektifan program pengajaran
B.
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
1.
Pengertian
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur
sedemikian rupa menurut langkah – langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai
hasil yang diharapkan (Nana Sudjana, 2010 : 136 ). Menurut Syaiful Bahri dan
Aswan Zain ( 2010 : 1) pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
bernilai edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan beberapa
tahap pelaksanaan pembelajaran antara lain:
a. Mebuka pelajaran
Kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan siswa siap
secara mental untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.pada kegiatan ini guru
harus memperhatikan dan memenuhi kebutuhan siswa serta menunjukan adanya
kepedulian yang besar terhadap keberadaan siswa. Dalam membuka pelajaran guru
biasanya membuka dengan salam dan presensi siswa, dan menanyakan tentang materi
sebelumnya ,Tujuan membuka pelajaran adalah :
1)
Menimbulkan perhatian dan memotifasi siswa
2)
Menginformasikan cakupan materi yang akan dipelajari dan batasan
– batasan tugas yang akan dikerjakan siswa
3)
Memberikan gambaran mengenai metode atau pendekatan – pendekatan
yang akan digunakan maupun kegiatan pembelajaran yang akn dilakukan siswa.
4)
Melakukan apersepsi, yakni mengaitkan materi yangtelah dipelajari
dengan materi yang akan dipelajari.
5)
Mengaitkan peristiwa aktual dengan materi baru
b. Penyampaian
Materi Pembelajaran
Penyampaian materi pembelajaran merupakan
inti dari suatu proses
pelaksanaan pembelajaran. Dalam
penyampaian materi guru menyampaikan
materi berurutan dari
materi yang paling mudah
terlebih dahulu,untuk
memaksimalakan penerimaan siswa terhadap
materi yang disampaikan guru maka guru menggunakan metode mengajar
yang sesuai dengan
materi dan menggunakan media sebagai
alat bantu penyampaian
materi pembelajaran. Tujuan
penyampaian materi pembelajaran adalah :
1)
Membantu siswa memahami
dengan jelas semua permasalahan dalam kegiatan
pembelajaran.
2)
Membantu siswa untuk memahami suatu konsep atau dalil.
3)
Melibatkan siswa untuk berpikir
4)
Memahami tingkat pemahaman
siswa dalam menerima pembelajaran.
c. Menutup
Pembelajaran
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengahiri kegiatan inti
pembelajaran. Dalam kegiatan
ini guru melakukan evaluasi
tterhadap materi yang
telah disampaikan. Tujuan kegiatan menutup pelajaran adalah :
1)
Mengetahui
tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pembelajaran.
2)
Mengetahui tingkat
keberhasilan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
3)
Membuat rantai kompetensi
antara materi sekarang
dengan materi yang akan datang.
Bardasarkan beberapa pembahasan
di atas maka
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah berlangsungnya
proses interaksi siswa dengan guru pada suatu lingkungan belajar[12]
2.
Komponen
Pelaksanaan Pembelajaran
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses sudah tentu harus
dapat mengembangkan dan
menjawab beberapa persoalan
yang mendasar. Keempat persoalan
( tujuan, bahan, metode dan alat, serta
penilaian ) menjadi
komponen utama yang
harus dipenuhi dalam proses
belajar – mengajar. Secara
skematis keempat komponen tersebut dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut :
![]() |
|
||||
|
||||

![]() |
|||
![]() |
|||
Diagram 1 :
Interelasi komponen pengajaran
( Nana Sudjana,
2010 : 30 )
a) Tujuan
Tujuan dalam proses
belajar – mengajar merupakan
komponen pertama yang harus
ditetapkan dalam proses
pengajaran yang berfungsi sebagai
indikator keberhasilan pengajaran.
Tujuan ini pada dasarnya
adalah rumusan tingkah
laku dan kemampuan
yang harus dicapai dan
dimiliki siswa seteleh mereka
menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar
dalam proses pengajaran.
Isi tujuan pengajaran pada intinya adalah hasil belajar
yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan
pembelajaran maka ada
tujuan yang dibuat oleh
guru, untuk mencapai
tujuan pembelajaran maka
guru harus memperhatikan beberapa
hal antara lain ( Nana Sudjana, 2010 : 63 ) :
1) Luas dan dalamnya bahan yang akan di ajarkan.
2) Waktu yang tersedia
3) Sarana belajar seperti buku pelajaran, alat bantu dan lain – lain
4) Tingkat kesulitan bahan dan tingkat permasalahan siswa
Ada beberapa ketentuan
yang harus dipenuhi
dalam merumuskan tujuan
pembelajaran antara lain :
1) Rumusan tujuan harus berpusat pada perubahan tingkah laku siswa
2) Rumusan tujuan pembelajaran
harus berisikan tingkah
laku oprasional, yang artinya dapat diukur saat itu juga
3) Rumusan tujuan berisikan
tentang makana dari
pokok bahasan yang akan diajarkan
saat itu
b)
Bahan
Tujuan yang jelas
dan oprasional dapat
ditetapkan bahan pelajaran yang harus
menjadi isi kegiatan
belajar – mengajar. Bahan
pelajaran inilah yang diharapkan
dapat mewarnai tujuan,
mendukung tercapai tujuan atau
tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki siswa.
Menurut nana sudjana
( 2010 :
69 ), adabebrapa
hal yang perlu diperhatikan dalammenetapkan bahan
pembelajaran antara lain :
(1) Bahan harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
(2) Bahan yang ditulis
dalam perencanaan mengajar
terbatas pada konsep saja
sehingga tidak perlu ditulis secara rinci
(3) Menetapkan bahan pembelajaran
harus sesuai dengan
urutan tujuan.
(4) Urutan bahan hendaknya
memperhatikan kesinambungan antara bahan yang satu dengan bahan yang
lain.
(5) Bahan disusun dari
yang sederhana menuju
yang kompleks, dari yang
mudah menuju yang
sulit, dari yang
konkrit menuju yang abstrak.
(6) Sifat bahan ada yang faktual dan ada yang konseptual, Bahan yang faktual
sifatnya konkret dan mudah diingat, sedangkan bahan yang konseptual berisikan
konsep – konsep abstrak
dan memerlukan pemahaman.[13]
c)
Metode
Metode dan alat yang
digunakan dalam pengajaran
dipilih atas dasar tujuan
dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan
alat berfungsi sebagai jembatan
atau media transformasi
pelajaran terhadap tujuan yang inhgin dicapai. Metode dan alat yang
digunakanharus betul – betul efektif dan efisien.
(1)
Metode ceramah
Langkah
– langkah dalam penggunnaan metode caramah menurut Nana sudjana ( 2010 : 77 ) :
a) Tahap persiapan, artinya
guru menciptakan kondisi
yang baik sebelum mengajar
dimulai.
b) Tahap penyajian, artinya
tiap guru menyampaikan
bahan ceramh.
c) Tahap asosiasi, artinya
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menghubungkan
dan membendingkan bahan
ceramah yang telah diterimanya.
d) Tahap generalisasi atau
kesimpulan.pada tahap ini
kelas menyimpulkan hasi ceramah,
umumnya siswa mencatat
bahan yang telah diceramahkan.
e) Tahap evaluasi. Tahap
terahir ini diadakan
penilaian terhadap pemahaman
siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru.
(2)
Metode demonstrasi Petunjuk
penggunaan
metode demonstrasi menurut Nana sudjana ( 2010 : 84 ) adalah sebagi
berikut :
a) Persiapan / perencamaan, tetapkan tujuan demonstrasi, tetapkan
langkah – langkah pokok
demonstrasi dan siapkan
alat – alat yang diperlukan.
b) Pelaksanaan demonstrasi, usahakan
demonstrasi dapat diamati oleh
seluruh siswa, tumbuhkan
sikap kritis siswa,
beri kesempatan kepada siswa untuk mencoba sehingga siswa yakin
akan kebenaran suatu
proses, buat penilaian
dari kegiatan siswa.
c) Tindak lanjut demonstrasi,
setelah demonstrasi selesai
berikan siswa tugas baik secara tertulismaupun lisan
(3) Metode latihan
Menurut
Nana sudjana (
2010 : 86
) prinsip dan
petunjuk penggunaan metode latihan adalah :
(a) Siswa harus diberi
pengertian yang mendalam
sebelum diberi latihan tertentu.
(b) Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis.
(c) Latihan tidak perlu lama asal serimg dilakukan.
(d) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
(e) Proses latihan hendaknya
mendahulukan hal – hal
yang esensial dan berguna.
(4) Metode pemberian tugas
Langkah – langkah menggunakan metode pemberian
tigas menurut Nana sudjana ( 2010 : 81 ) adalah sebagai berikut :
(a) Fase pemberian tugas
Tugas yang
diberikan kepada siswa
hendaknya mempertimbangakan:
·
Tujuan yang akan dicapai
·
Jenis tugas jelas dan tepat.
·
Sesuwai dengan kemampuan siswa.
·
Ada petunjuk
/ sumber yang
dapat membantu pekerjan siswa
·
Sediakan waktu
yang cukup untuk
mengerjakan tugas tersebut.
(b) Langkah pelaksanaan tugas
·
Diberikan bimbingan dan pengawasan
oleh guru.
·
Diberikan dorngan sehingga siswa
mau bekerja.
·
Diusahakan / dikerjakan oleh siswa
sendiri.
·
Dianjurkan siswa
mencatat hasil – hasil
yang diperoleh dengan baik
(c) Fase mempertanggung jawabkan tugas
·
Laporan siswa
baik lisan /
tulisan dari apa
yang sudah dikerjakan.
·
Ada tanya jawab diskusi kelas
·
Penilaian hasil
belajar siswa baik
secara tes maupun
non tes
(d) Alat
Alat peraga
dalam mengajar memegang
peranan penting untuk
membantu menciptakan kegiatan belajar mengajar
yang efektif. Sebab
dengan adanya alat peraga, bahan yang akan
disapaikan kepada siswa
akan lebih mudah diterima dan dipahami siswa.
Prinsip – prinsip menggunakan alat
peraga menurut Nana
sudjana ( 2010 : 104 ) adalah :
1) Menentukan jenis alat peraga dengan tepat.
2) Menetapkan atau memperhitunghkan subjek dengan tepat.
3) Menyajikan alat peraga dengan tepat.
4) Menempatkan atau memperliahatkan alat
peraga pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.
“
seorang guru harus pandai dalam menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran sehingga proses pembelajaran berlangsung epektif dan lancar”.
(e) Penilaian
Untuk menetapkan
apakah tujuan belajar
telah tercapai atau
tidak maka penilaianlah yang
harus memainkan peran
dan fungsinya. Dengan perkataan
lain bahwa penilaian
berperan sebagai barometer untuk mengukur
tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran. Itulah sebabnya
fungsi penilaian pada dasarnya untuk mengukur tujuan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan
guru dalam penilaian
menurut nana sudjana ( 2010 : 117 ) antara lain :
1) Penilaian harus dilakukan secara berlanjut.
2) Dalam proses mengajar
penilaian dapat dilakukan
dengan tiga tahap yaitu
Pre-test yaitu tes
kepada siswa sebelum
pelajaran dimulai, Mid-test yaitu
tes yang diberikan
pada pertengahan pelaksanaan pembelajaran
dan Post-test yaitu
tes yang diberikan setelah proses pembelajaran
berlangsung.
3) Penilaian dilakukan tidak
hanya didalam kelas
melainkan juga diluar kelas terutama pada tingkah laku.
4) Untuk memperoleh gambaran
objektif penilaian sebaiknya dilakukan penilaian tes dan non tes.
Gagne berpendapat
bahwa belajar dapat
dilihat dari segi
proses dan segi hasil, dari segi
proses menurut gagne ada delapan tipe
perbuatan belajar sebagai berikut :
a. Belajar signal. Bentuk
belajar ini merupakan
yang paling sederhana yaitu
memberikan reaksi terhadap perangsang.
b. Belajar mereaksi perangsang
melalui penguatan., yaitu membarikan reaksi yang
berulang – ulang manakala
terjadi reinforcement atau
penguatan.
c. Belajar membentuk rangkaian,
yaitu belajar menghubung
–
hubungkan gejala
/ faktor / yang satu
dengan yang lain,
sehingga menjadi satu kesatuan yang berarti.
d. Belajar asosiasi variabel, yaitu memberikan reaksi
dalam bentuk kata – kata, bahasa,
terhadap perangsang yang diterimanya.
e. Belajar membedakan hal
yang majemuk, yaitu
memberikan reaksi yang berbeda
terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya.
f. Belajar konsep, yaitu
menempatkan objek menjadi
satu klasifikasi tertentu.
g. Belajar kaidah atau
belajar prinsip, yaitu menghubung – bhubungkan beberapa konsep.
h. Bebelajar memecahkan masalah,
yaitu menghubungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan
persoalan.
Sedangkan belajar yang
berkaitan dengan hasil,
Gagne mengemukakan ada lima jenis atau lima tipe, antara lain :
a) Belajar kemahiran intelektual ( cognitif )
Dalam
tipe ini termasuk belajar belajar konsep dan belajar kaidah.
Belajar
diskriminasi adalah kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri
–ciri tertantu. Untuk itu dibutuhkan pengamatan yang cermat dari
ciri – ciri objek
tersebut seperti bentuknya,
ukuranya, warna dan lain –
lain. Kemampuan membedakan
objek dipengaruhi oleh
kematangan, pertumbuhan dan pendidikan.
Belajar konsep adalah
kesanggupan menempatkan objek
yang
mempunyai ciri
yang sama menjadi
stu kelompok (
klasifikasi ) tertentu. Konsep
diperoleh dari interaksi
dengan lingkungan dan banyak
terjadi dalam realitas
kehidupan. Konsep dinyatakan
daalam bentuk simbol bahasa.
Contoh keluarga, masyarakat
pendidikan dan lain – lain.
Belajar kaidah pada hakekatnya menghasilkan beberapa konsep. Misal konsep
keluarga terdiri dari ibu, ayah dan anak. Belajar kaidah melaui simbol bahasa
baik lisan maupun tulisan.
b) Belajar informasi verbal
Pada
umumnya belajar berlangsung melalui informasi
verbal, apalagi belajar di sekolah,
seperti membaca, mengarang,
bercerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan menyatakan pendapat
dalam bahasa tulisan / lisan,
berkomunikasi, kesanggupan memberi arti
dari kata / kalimat dan lain-lain
c) Belajar mengatur kagiatan intelektual
Tipe belajar
ini menekankan pada
aplikasi kognitif pada
pemecahan persoalan , ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini,
yaitu prinsip pemecahan masalah dan langkah berfikir dalam pemecahan masalah (
Problem solving ).
Prinsip pemecahan masalah
merupakan landasan bagi
terealisasinya langkah berfikir.
Pemecahan masalah memerlukan keahlian
intelektual seperti belajar diskriminasi,
belajar konsep dan belajar
kaidah.kemahiran intelektual tersebut
pada akhirnya akan membentuk suatu
kemampuan intelektual yang
lebih tinggi, yaitu langkah – langkah berpikir dalam
penyelesaian masalah. Dengan kata lain
kemampuan memecahkan masalah
merupakan aspek kognitif tingkat tinggi.
d) Belajar sikap
Sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk menerima
atau menolak suatu
objek berdasarkan penilaian
terhadap objek itu., apakah berarti atau tidak bagi dirinya
itu sebabnya sikap berhubungan dengan
pengetahuan, dari perasaan
seseorang terhadap objek.
Sikap juga dapat dipandang
sebagai kecenderungan seseorang
untuk berperilaku ( predisposisi ). Hasil belajar sikap nampak dalam
bentuk mkemauan, minat, perhatian,
perubahan perasaan, dan
lain – lain. Sikap dapat
dipelajari dan diubah melalui proses belajar.
3.
Aspek Pembelajaran
Menurut Syaiful
Bahri dan Azwan
Zain ( 2010
: 41 ) komponen
pembelajaran meliputi :
tujuan, bahan pelajaran,
kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.
a) Tujuan
Tujuan adalah suatu
cita – cita yang
ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
b) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah
substansi / pokok
bahasan yang akan
disampaiakan dalam proses balajar mengajar.
Kagiatan belajar mengajar
c) Kegiatan belajar – mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan.
Segala sesuatu yang telah diprogram
akan dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar.
d) Metode
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
e) Alat
Alat adalah segala
sesuatu yang dapat
digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
f) Sumber palajaran
Sumber bahan dalam belajar adalah sesuatu yang dapat digunakan
sebagai tempat dimana bahan pengajaran didapat atau asal – usul
untuk belajar seseorang.
g) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu
tindakan atau suatu
proses untuk menilai
sesuatu
4.
Kurikulum
a.
Pengertian Kurikulum
Menurut
PP 19 tahun 2005 bab 1 pasa 13, kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan tertentu.menurut kamus besar bahasa Indonesia ( 2005 : 617
)kurikulum adalah sebagai perangkat pelajaran yang diajarkan pada lembaga
pendidikan dan sebagai perangkat mata kuliah mengenai tujuan keahlian khusus.
Cakupan
kurikulum yang berisikan rencana bidang studi,yang terdiri atas beberapa macam
mata pelajaran yang disajikan secara berkaitan antara satu dengan yang lain.
Inti kurikulum, kurikulum yang perangsangan belajarnya disusun dalam bentuk
masalah inti tertentu.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
b. KTSP
Pada SMAN 1 Arso kurikulum yang
digunakan yaitu KTSP KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah / daerah,
karakteristik sekolah / daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik.sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan
komite madrasah, mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum
dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten / kota yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan di SD,
SLTP, SLTA dan SMK serta departemen yang menangani urusan pemerintaahan
dibidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
Secara umum tujuan diterapkanya KTSP
adalah untuk mendirikan dan memberdayakan suatu pendidikan melalui pemberian
kewenangan ( otonomi ) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipasi dalam pengembangn kurikulum.
Menurut
E. Mulyasa (2010 : 22 ) Secara khusus tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk :
1.
Meningkatkan mutu pendidikan melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memperdayakan sumberdaya yang tersedia.
2.
Meningkatkan kepedulian warga sekolah
dan masyarakat dalam mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan
bersama.
3.
Meningkatkan kompetisi yangsehat antar
satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai
BAB III
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
A.
Deskripsi Singkat
SMA Negeri 1 Arso
1.
Sejara Singkat
Sekolah
SMAN 1 Arso berdiri
pada tahun 1988 dan merupakan salah satu sekolah tertua di Kabupaten Keerom,
peningkatan mutu dan out put yang
berkualitas merupakan kebutuhan dan tuntutan bagi lembaga pendidikan. Seiring
dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang.
SMAN 1 Arso sebagai salah satu sekolah menengah atas di Kabupaten Keerom,
diharapkan mampu menciptakan siswa / siswi yang mampu bersaing dan memiliki SDM
yang baik.
Pada awalnya
kegiatan penerimaan siswa baru sangat sulit dilakukan hal ini di sebabkan
karena kurangnya siswa yang mendaftar selain itu juga bangunan gedung yang
hanya berjumlah sedikit serta tenaga pengajar juga masih sangat minim.
Namun seiring waktu
SMAN 1 Arso mulai diminati oleh siswa / siswi yang baru lulus dari SMP, selain
itu tenaga pengajar juga sudah mulai bertambah. Karena SMAN 1 Arso hanya
memiliki jumlah bangunan yang sedikit sehingga pihak sekolah mulai menambah
jumlah bangunan yang ada hal ini bertujuan untuk memperlancar proses KBM
sehingga sekarang SMAN 1 Arso memiliki jumlah siwa / siswi yang sangat banyak
hal ini tak luput dari peran pihak sekolah serta masyarakat yang turut
membantu.
Berdasarkan
deskripsi singkat tentang sejarah berdirinya SMAN 1 Arso, tentu merupakan
gambaran upaya terbaik dan kerja keras dari para pendiri sekolah yang sangat
peduli dengan dunia pendidikan di Kabupaten Keerom khususnya pada saat itu
Arso. Sehingga sekolah ini pada saat sekarang menjadi salah satu sekolah
terbaik di Kabupaten Keerom.
2.
Visi dan Misi
Visi
SMA Negeri 88 Jakarta lembaga pendidikan, pembelajaran dan
pelatihan siswa untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas, berkualitas
dan memiliki kecakapan hidup
Indikator :
1.
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.
Berbudi pekerti luhur
dan berkepribadian tinggi
3.
Mandiri dan tangguh
dalam menghadapi tantangan
4.
Setia kawan, tebal rasa kebangsaan dan cinta tanah air
5.
Cerdas dan terampil
sesuai kompetensi
6.
Berdisiplin untuk mencapai prestasi
Misi
Membangun nurani, membuka cakrawala berpikir, dan
memberdayakan potensi diri .
Indikator :
1.
Kegiatan keagamaan yang komprehensif
2.
Perilaku sosial yang kondusif
3.
Persaingan belajar
yang kompetitif
4.
Perikehidupan, berbangsa dan bernegara yang normative
5.
Kekarsaan dan
kekaryaan yang inovatif
6.
Perekayasaan yang tertib dan positif.
3.
Letak Geografis
Sekolah
SMAN 1 Arso
terletak dilingkungan strategis yang mudah di jangkau oleh masyarakat dari semua desa yang ada di Kabupaten
keerom karena berada pada daerah yang strategis dan mudah di jangkau dengan
menggunakan kendaraan bermotor ataupun dengan bersepeda, karena SMAN 1 Arso
terletak pada kampung Swakarsa serta dekat dengan lokasi terminal Kabupaten
Keerom yang sebentar lagi akan di pungsikan sehingga hal ini semakin
mempermudahkan siswa / siswi menjangkau sekolah ini.
Sekolah ini
memiliki batas – batas wilaya sebagai berikut :
1.
Sebelah barat berbatasan dengan arso 10
2.
Sebelah timur berbatasan dengan jalan trans irian
3.
Sebelah utara berbatasan dengan arso 6
4.
Sebelah selatan berbatasan dengan arso 2
B.
Sarana Dan
Prasarana
SMAN 1 Arso
memiliki sejumlah sarana dan prasarana untuk menunjang kegitan belajar mengajar yang
cukup memadai, karena pihak sekolah berupaya meningkatkan mutu pembelajaran
pada sekolah ini sehingga sarana dan prasarana penunjang selalu di prioritaskan
untuk meningkatkan SDM siswa / siswi di sekolah ini.
Untuk lebih
jelasnya berikut data sarana dan prasarana SMAN 1 Arso :
1.
Bangunan Kelas
Hingga bulan januari 2013, jumlah
ruang belajar di SMAN 1 Arso sebanyak 21 ruang kelas yakni kelas 1 sebanyak 7
ruang kelas kelas 2 sebanyak 5 ruangan yang terdiri dari 3 ruang IPS dan 2
ruang IPA, dan kelas 3 sebanyak 8 ruangan yang terdiri dari 3 ruang IPS dan 5
uang IPA
2.
Laboratorium
a.
Laboratorium kimia kondisi baik
b.
Laboratorium fisika kondisi baik
c.
Laboratorium biologi kondisi baik
d.
Laboratorium bahasa kondisi kurang baik
e.
Laboratorium komputer multi media kondisi baik
3.
Fasilitas lain yang mendukung
a.
Ruang pusat sumber belajar kondisi baik
b.
Ruang perpustakaan kondisi baik
c.
Ruang bimbingan konseling kondisi baik
d.
1 ruang kepala sekolah kondisi baik
e.
1 ruang wakil kepala sekolah kondisi baik
f.
1 ruang guru kondisi baik
g.
2 ruang staf tata usaha kondisi baik
h.
1 ruang koperasi kondisi baik
i.
Musholla kondisi baik
j.
2 WC guru dan 4 WC siswa , dan 2 lapangan olaraga.
k.
2 lapangan olaraga
C.
Data Guru dan
Karyawan
Untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar, perlu
didukung guru yang memadai sesuai dengan kebutuhan sekolah. Adapun jumlah guru
yang terdapat di SMAN 1 Arso berjumlah 44
orang . Rincian lebih lanjut tentang data guru dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel. 2.1
Data Guru SMAN 1
Arso
No
|
Nama
|
Jenis kelamin
|
Pendidikan
|
Jabatan
|
1
|
Drs. Viktor
Maulete
|
L
|
S3
|
Kepala Sekolah
|
2
|
Hansyah,S.Pd
|
L
|
S1
|
Sejarah
|
3
|
Elisabeth S.
sippan,S.Sos,MM
|
P
|
S2
|
Sosiologi
|
4
|
Barselina
Agustina Danya,S.Sos
|
P
|
S1
|
Sosiologi/Mulok
|
5
|
Drs. Maximus
Jelai
|
L
|
S3
|
Sosiologi/pkn
|
6
|
Nelli Yaru,S.Sos
|
P
|
S1
|
Sosiologi/keterampilan
|
7
|
Dra.Ani
Supriyatini,M.MPd
|
P
|
S2
|
Matematika
|
8
|
Eli Nuraini
|
P
|
S1
|
Matematika
|
9
|
Muh. Qumaruddin,
S.Pd
|
L
|
S1
|
Matematika
|
10
|
Sugihartini,S.Pd
|
P
|
S1
|
Matematika/mulok
|
11
|
Suandi,M.Si
|
L
|
S2
|
Matematika
|
12
|
Sudarsono,S.Pd
|
L
|
S1
|
Bhs.Inggris
|
13
|
Dra. Surti
hutapea
|
P
|
S2
|
Bhs.Inggris
|
14
|
Kastutik,S.Pd
|
P
|
S1
|
Bhs. Inggris
|
15
|
Dra.Rivani
Maleke,M.MPd
|
P
|
S2
|
Ekonomi
|
16
|
Wa Impiami,S.E
|
P
|
S1
|
Ekonomi/keterampilan
|
17
|
Siti
mutmaina,S.Pd
|
P
|
S1
|
Kimia
|
18
|
Warsak,S.Pd
|
L
|
S1
|
Kimia
|
19
|
Eka Irmawati,S.Pd
|
P
|
S1
|
Kimia/ Seni
Budaya
|
20
|
Dra.Elisabet
Rombe
|
P
|
S1
|
Pkn
|
21
|
Anton A.
lokobal,S.Ag
|
L
|
S1
|
Agama Katolik
|
22
|
Bernadeta
Marieta,S.Fil
|
P
|
S1
|
Agama Katolik
|
23
|
Arkilaus Wetipo
|
L
|
S1
|
Agama Protestan
|
24
|
Yan Willem
Patai,A.Md
|
L
|
D3
|
Agama Protestan
|
25
|
Fransina
Resiaman,S.Th
|
L
|
S1
|
Agama Protestan
|
26
|
Siti
Rokhayati,S.Ag,MMPd
|
P
|
S2
|
Agama Islam
|
27
|
Jamaluddin, S.Pdi
|
L
|
S1
|
Agama Islam
|
28
|
Rohmad, S.Pd,MMPd
|
L
|
S2
|
Bhs. Indonesia
|
29
|
Rosfine
W.N.Patty,S.Pd,MMPd
|
P
|
S2
|
Bhs. Indonesia
|
30
|
Titik
Nurhayati,S.Pd
|
P
|
S1
|
Bhs. Indonesia
|
31
|
Halim,S.Pd
|
L
|
S1
|
Penjaskes
|
32
|
Torang
P.Sidabutar,S.Pd
|
L
|
S1
|
Penjaskes
|
33
|
Vincentia Retno
A,S.Pd
|
p
|
S1
|
Fisika
|
34
|
Jumiati,S.Pd,MMPd
|
P
|
S2
|
Fisika
|
35
|
Drs. Ery Dianto
|
L
|
S1
|
BK
|
36
|
Rima Eka pratiwi
|
P
|
S1
|
BK
|
37
|
Drs, Saban
|
L
|
S1
|
Biologi/mulok
|
38
|
Bintang
Butar-Butar,S.Pd
|
P
|
S1
|
Biologi
|
39
|
Marlina
Abidondifu,S.Pd
|
P
|
S1
|
Biologi/mulok
|
40
|
Jumiati, S.Pd,
MMPd
|
P
|
S2
|
Geografi
|
41
|
Muh.
Syaifulloh,A.Md.T
|
L
|
D3
|
TIK
|
42
|
Monika
Nainggolan,S.kom
|
P
|
S1
|
TIK
|
43
|
Ketut Karuna,S.Pd
|
P
|
S1
|
Agama
Hindu/keterampilan
|
44
|
Yosafat M
Kumandel,S.Sn
|
L
|
S1
|
Seni Budaya
|
( sumber data : Dokumen SMA Negeri 1 Arso Tahun 2012/2013 )
Proses pembelajaran
mulai tahun 2002/2003 SMA Negeri 1 Arso menggunakan kurikulum KTSP untuk
mendukung program tersebut, kepalah sekolah membagi tugas kepada beberapa guru
sebagai wakil kepala sekolah dan sebagai wali kelas untuk tahun pelajaran
2012/2013 dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Tabel 2.2
Data Pembagian Tugas Guru Wali
Kelas
No
|
Nama
|
Kelas
|
Keterangan
|
1
|
Hansyah,S.Pd
|
XI IPA 3
|
|
2
|
Barselina
Agustina Danya,S.Sos
|
X 6
|
|
3
|
Dra.Ani
Supriyatini,M.MPd
|
XII IPA 3
|
|
4
|
Eli Nuraini
|
X 4
|
|
5
|
Muh. Qumaruddin,
S.Pd
|
XI IPA 2
|
|
6
|
Sudarsono,S.Pd
|
XI IPS 1
|
|
7
|
Dra. Surti
hutapea
|
XII IPS 2
|
|
8
|
Kastutik,S.Pd
|
X 3
|
|
9
|
Wa Impiami,S.E
|
XI IPS 2
|
|
10
|
Siti
mutmaina,S.Pd
|
XII IPA 4
|
|
11
|
Warsak,S.Pd
|
X 5
|
|
12
|
Arkilaus Wetipo
|
XI IPA 1
|
|
13
|
Jamaluddin, S.Pdi
|
XII IPS 3
|
|
14
|
Rohmad, S.Pd,MMPd
|
XII IPS 2
|
|
15
|
Rosfine
W.N.Patty,S.Pd,MMPd
|
XII A2/koord
|
|
16
|
Vincentia Retno
A,S.Pd
|
XIIA5/koord
|
|
17
|
Drs, Saban
|
XI IPA 4
|
|
18
|
Marlina
Abidondifu,S.Pd
|
X1
|
|
19
|
Jumiati
,S.Pd,MMPd
|
X7
|
|
20
|
Ketut Karuna S.Pd
|
X2/koord
|
( sumber data : Dokumen SMA Negeri 1 Arso Tahun 2012/2013 )
D.
Data Siswa
Siswa – Siswi SMA Negeri 1 Arso terbagi menjadi 3 tingkatan yang terbagi
menjadi 3 jurusan untuk kelas XI dan XII, yaitu jurusan Bahasa, Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial, sedangkan untuk kelas X masih
program umum. Jumlah pembagiannya sebagai berikut :
1.
Kelas X terdiri dari X-1 – X-7 = 7 kelas
2.
Kelas XI IPA1 - XI IPA2, XI IPA3- XI IPA4, XI IPS1 – XI IPS2
= 6 kelas
3.
Kelas XII IPA 1, XII IPA2 – XII IPA3, XII IPA4 – XII IPA5,
XII IPS1, XII IPS2, XII IPS 3, = 8kelas
Data jumlah siswa per desember 2013 adalah 597 Siswa dengan perincian
seperti pada table berikut :
Tabel 2.4
Data Jumlah Siswa SMA N 1 Arso
No
|
Kelas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
|
X 1
|
13
|
17
|
30
|
2
|
X2
|
15
|
19
|
34
|
3
|
X3
|
17
|
12
|
29
|
4
|
X4
|
16
|
16
|
32
|
5
|
X5
|
9
|
21
|
30
|
6
|
X6
|
14
|
17
|
31
|
7
|
X7
|
13
|
16
|
29
|
8
|
XI IPA 1
|
15
|
13
|
28
|
9
|
XI IPA 2
|
6
|
24
|
30
|
10
|
XI IPA 3
|
12
|
19
|
31
|
11
|
XI IPA 4
|
14
|
18
|
32
|
12
|
XI IPS 1
|
14
|
12
|
26
|
13
|
XI IPS 2
|
17
|
9
|
26
|
14
|
XII IPA 1
|
13
|
14
|
27
|
15
|
XII IPA 2
|
11
|
20
|
31
|
16
|
XII IPA 3
|
8
|
19
|
27
|
17
|
XII IPA 4
|
7
|
19
|
26
|
18
|
XII IPA 5
|
8
|
11
|
29
|
19
|
XII IPS 1
|
17
|
9
|
26
|
20
|
XII IPS 2
|
14
|
12
|
26
|
21
|
XII IPS 3
|
19
|
8
|
27
|
JUMLAH
|
272
|
325
|
597
|
( sumber data :
Dokumen SMA Negeri 1 Arso Tahun 2012/2013 )
Kurikulum dan Sistem Belajar
Mengajar
Sejak Tahun
pembelajaran 2006-2007 di SMAN 1 Arso menerapkankurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) / Kurikilum SMAN 1 Arso yang disusun berdasarkan kebutuhan
peserta didik .
Struktur kurikulum
SMAN 1 Arso meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Struktur
kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi
mata pelajaran.
Pengorganisasian
kelas-kelas pada SMAN 1 Ar dibagi pada dua kelompok, yaitu kelas X merupakan
program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII
merupakan program penjurusan yang terdiri atas program
IPA dan Program IPS.
Untuk jam pembelajaran sendiri,
setiap mata pelajaran dialokasikan waktu 1 jam pembelajaran 40-45 menit, dengan
jumlah pertemuan sebanyak 42 jam perminggu, sehingga minggu efektif dalam satu
tahun pelajaran (dua semester)
adalah 36-38 minggu.
Adapun mengenai sistem belajar mengajar yang diterapkan
adalah system klasikal, artinya dalam penyampaian pelajaran sebagian besar
dilakukan di dalam kelas dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
YANG MAU LEBIH LENGKAP TINGGAL CONTAK AJHA
DI NO 085 230 575 123
BIAYA PENGETIKAN 500RB
SEBAGAI
BUKTI PROPOSAL AKAN SAYA KIRIM KE ALAMAT EMAIL PEMESAN DAN BILA BIAYA
PENGETIKAN SUDAH DI BAYAR MAKA SAYA AKAN MENGIRIMKAN FILE LENGKAPNYA
MAKASIH SEBELUMNYA.
No comments:
Post a Comment