
Pernah mendengar istilah kultur jaringan? Jika Anda penggemar tanaman anggrek, kemungkinan Anda tidak asing dengan istilah tersebut. Kultur jaringan merupakan sebuah cara atau metode untuk memperbanyak jenis tanaman tertentu secara vegetatif atau tak kawin. Teknik memperbanyak tanaman dengan cara kultur jaringan ini dengan cara mengisolasi bagian tanaman tertentu misalnya, mata tunas, daun, kemudian menumbuhkan bagian-bagian tanaman tersebut dalam media buatan yang aseptik yang kaya akan nutrisi dan zat-zat pengatur tumbuh tumbuhan, serta disimpan dalam wadah tertutup yang tembus cahaya.
Teknik kultur
jaringan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Salah satu
pelaksanaan pemanfaatan teknik ini adalah untuk perbanyakan tanaman
anggrek untuk kepentingan komersil. Perlu kita ketahui, Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati berupa bunga anggrek yang luar biasa.
Sekitar 5.000 spesies anggrek tersebar di seluruh hutan Indonesia.
Dengan adanya potensi tersebut, maka teknik kultur jaringan merupakan
langkah tepat yang dapat diterapkan untuk pengembangan anggrek jenis
tertentu yang jarang ditemui atau untuk melakukan persilangan jenis
anggrek jenis tertentu sehingga akan didapat anggrek jenis baru yang
bernilai jual tinggi.
Dengan menghasilkan anggrek
melalui teknik kultur jaringan, maka dapat diperoleh tanaman anggrek
haploid (n kromosom) dengan ukurannya yang lebih kecil dari anggrek
diploid (2n kromosom) melalui kultur anther. Kultur tipe ini
memungkinkan dihasilkannya anggrek mini dan dapat memunculkan peluang
sifat resesif unggul yang pada keadaan normal akan dapat tertutupi oleh
sifat dominan. Kebalikannya, dengan teknik poliploid yang dapat
dilakukan pada kultur jaringan maka dapat dihasilkan jenis anggrek besar
atau Giant Orchid. Namun karena cara pelaksanaannya yang rumit dan
membutuhkan dana yang tidak sedikit, kultur jaringan umumnya dilakukan
hanya pada tanaman dengan nilai ekonomi tinggi, kepentingan penelitian
atau untuk memperbanyak tanaman yang telah langka sehingga terhindar
dari kepunahan.
Apa itu Kultur Jaringan?
Dalam
bahasa asing, kultur jaringan disebut juga tissue culture. Nama kultur
jaringan sendiri berasal dari kata kultur yang berarti budidaya,
sedangkan jaringan sendiri memiliki arti, sekelompok sel yang memiliki
bentuk dan fungsi yang sama. Sehinnga kultur jaringan sendiri dapat
diartikan sebuah teknik membudidayakan suatu tanaman tertentu, dimana
jaringan tanaman tersebut menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat sama
dengan induknya. Teknik dalam kultur jaringan sendiri memanfaatkan
salah satu sifat tanaman yakni sifat totipotensial (sifat tanaman yang
dapat tumbuh kembali setelah dipotong).
Sifat
totipotensi sendiri terutama terdapat pada bagian tumbuhan yang masih
muda. Dimana jaringan muda disini disebut juga jaringan meristem.
Jaringan meristem ini merupakan jaringan pada tanaman yang selalu aktif
membelah. Dengan adanya hal tersebut, banyak orang memanfaatkan jaringan
meristem ini sebagai bahan dalam kultur jaringan. Hal tersebut
dikarenakan sifat jaringan meristem yang aktif membelah ini,
memungkinkan jaringan ini mengandung zat hormon pengatur pertumbuhan.
Oleh sebab itu, presentase keberhasilan dalam kultur jaringan ini juga
besar.
Prinsip utama yang diterapkan dalam kultur
jaringan sendiri adalah sebagai media memperbanyak jenis tanaman
tertuntu atau sebagai sarana budidaya tanaman jenis tertentu, secara
vegetatif yang dikembangkan dalam sebuah media buatan yang dibuat pada
tempat yang steril. Teknik kultur jaringan sendiri terutama dilakukan
pada tumbuhan yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
Cara untuk Mengkultur Suatu Tanaman
Kultur
jaringan memerlukan pelaksanaan beberapa tahap yang harus dilakukan
secara tepat dan teliti sehingga dihasilkan tanaman yang berkualitas
baik. Berikut ini merupakan urut-urutan langkah dalam melakukan kultur
jaringan.
1. Pembuatan Media
Media
yang digunakan dalam teknik kultur jaringan ini biasanya terdiri dari
vitamin, hormon, dan garam mineral. Selain bahan-bahan tersebut,
diperlukan pula bahan tambahan sebagai pendukung seperti gula,
agar-agar, dan bahan-bahan lain sebagai pendukung. Selain itu, zat
pengatur pertumbuhan (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik
dari segi jenis hormon maupun jumlah hormon yang akan diberikan,
tergantung pada tujuan kultur jaringan itu sendiri. Kemudian, media yang
sudah jadi tersebut ditempatkan pada botol-botol kaca atau tabung
reaksi. Media yang digunakan pun harus disterilkan dahulu dengan cara
memanaskannya dengan sebuah alat yang disebut autoklaf.
2.
Inisiasi merupakan pengambilan eksplan yang berasal dari bagian tanaman
tertentu yang akan dikulturkan. Bagian tanaman itu sendiri yang sering
dimanfaatkan adalah bagian tumbuhan yang muda yaitu tunas.
3.
Sterilisasi ini merupakan segala kegiatan kultur jaringan harus
ditempatkan pada tempat yang steril yaitu laminar flow, serta menggunkan
peralatan yang streril juga. Sterilisasi terhadap peralatan ini,
dilakukan dengan cara menyemprotkan etanol secara merata pada alat yang
akan digunakan. Dengan kata lain, dari segi kegiatan dan alat yang
digunakan pada kultur jaringan harus steril.
4.
Multiplikasi merupakan kegiatan memperbanyak calon tanaman, dengan cara
menanam eksplan pada media tanaman. Kegiatan ini dilakukan di lamiar
flow, hal tersebut bertujuan untuk menghindari kontaminasi, sehingga
dapat memperkecil adanya kegagalan . Setelah itu, tabung reaksi yang
sudah terisi eksplan tersebut, ditaruh pada rak-rak yang diletakkan pada
tempat yang steril dan memiliki suhu kamar.
5.
Pengakaran merupakan tahap lanjutan dimana pada fase ini terlihat
pengakaran pada eksplan yang menandai bahwa kultur jaringan mulai
berjalan dengan baik. Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan akar serta
kontaminasi akar oleh jamur atau bakteri harus dilakukan setiap hari.
Apabila dalam pengamatan eksplan terdapat gejala seperti berwarna putih
atau biru berarti eksplan tersebut terkontaminasi oleh jamur, atau
mengalami pembusukan yang disebabkan kontaminasi dengan bakteri.
6.
Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruang
aseptik dipindahkan ke bedeng. Kegiatan ini dilakukan secara hati-hati
serta eksplan harus diberi sungkup atau pelindung. Sungkup sendiri
digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan hama penyakit,
karena bibit hasil kultur jaringan ini sangat rentan terserang hama
penyakit yang ada pada udara luar. Setelah itu, apabila bibit sudah bisa
beradaptasi dengan lingkungan barunya, sungkup akan dilepas secara
perlahan-lahan. Selanjutnya, pemeliharaan bibit sama dengan pemeliharaan
bibit tanaman generatif.
Faktor yang harus Diperhatikan dalam Kultur Jaringan
Selain
ketelitian dan ketepatan perlakuan pada setiap langkah pengkulturan,
ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk menghasilkan tanaman
yang dapat tumbuh dengan baik. Salah satunya adalah pemilihan eksplan
dari jenis tanaman tertentu yang digunakan sebagai bahan dasar
pembentukan kalus. Eksplan hendaknya diambil dari tanaman yang memiliki
sifat unggul yang diinginkan, dalam kondisi sehat dan memiliki kondisi
pertumbuhan yang bagus. Hal ini penting karena kualitas suatu tanaman
asal akan menentukan sifat eksplan tersebut ketika tumbuh menjadi
tumbuhan baru. Untuk mengurangi tingkat kegagalan, sebaiknya gunakan
bagian tumbuhan yang masih muda dan mudah tumbuh, yakni bagian meristem
yang sel-selnya masih aktif membelah. Bagian tersebut biasanya terdapat
pada, ujung batang, ujung akar, daun dan keping biji.
Faktor
kedua yang harus diperhatikan adalah pemilihan dan penggunaan medium
yang cocok. Media dalam teknik kultur jaringan merupakan faktor penting
serta penentu dalam perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan.
Komposisi zat yang terkandung pada media yang digunakan dalam kultur
jaringan ini bergantung pada jenis tanaman yang akan diperbanyak dalam
suatu kultur jaringan.
Kita perlu memperhatikan
kesterilan semua bahan dan alat yang kita gunakan, termasuk ruangan
tempat dilakukannya kultur jaringan karena eksplan dan hasil pertumbuhan
kultur yang masih muda sangat mudah terkontaminasi. Suhu yang mendukung
dan pengaturan udara yang baik, terutama pada kultur cair juga perlu
diperhatikan.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Kultur Jaringan
Kultur
jaringan memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan perbanyakan
tanaman dengan cara konvensional. Misalnya, dengan kultur jaringan
dapat dilakukan perbanyakan massal pada tanaman yang sifat dan
morfologinya yang identik satu sama lain dengan sifat-sifat yang
dikehendaki, dapat dihasilkan individu tanaman dalam jumlah yang besar
dalam waktu yang relatif singkat. Dan metabolit sekunder pada tanaman
dapat segera diperoleh tanpa harus menunggu tanaman dewasa terlebih
dahulu. Selain itu, kondisi aseptik atau steril dalam pembuatan kultur
suatu tanaman dapat menghasilkan bibit tanaman yang bebas dari patogen.
Karena tidak tergantung pada ketersediaan biji atau tunas alami, maka
dengan kultur jaringan kita dapat memproduksi tanaman sepanjang tahun.
Kultur
jaringan dapat membantu pengadaan bibit kualitas unggul pada tanaman
langka sehingga bermanfaat untuk pelestarian plasma nutfah. Tanaman yang
secara alami sulit diperbanyak, melalui teknik penanaman kultur
jaringan, dapat dilakukan manipulasi pada lingkungan kultur seperti pada
suhu, perilaku hormone dan cahaya atau dapat pula menggunakan bahan
eksplan yang memiliki daya meristematis yang tinggi sehingga tumbuhan
tersebut dapat dibiakkan dan terhindar dari kepunahan.
Meski
kultur jaringan memiliki banyak kelebihan, namun kultur jaringan tidak
bebas dari kekurangan antara lain bagi sebagian orang, teknik kultur
jaringan ini dinilai cukup sulit dan mahal karena untuk melakukannya
dibutuhkan pembangunan laboratorium khusus, harus menggunakan peralatan
dan perlengkapan yang harganya tidak murah dan pelaku kultur juga harus
merupakan tenaga terlatih. Kekurangan pada produk hasil kultur yang
paling mengganggu sampai saat ini adalah mengenai kondisi akar pada
produk kultur jaringan umumnya kurang kokoh.
No comments:
Post a Comment