1.
Tikus
Gejala
serangan :
Tikus
menyerang berbagai tumbuhan.
Menyerang
di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan.
Bagian
tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan
muda.
Tikus
membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak –
semak.
Pengendaliannya :
Membongkar
dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
Menggunakan
musuh alami tikus, yaitu ular.
Menanam
tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula
sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah
tanaman dipanen.
Menggunakan
rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan
ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus.
Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji.
Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan
ternak dan manusia.
2.
Wereng
Gejala
serangan :
Menyebabkan
daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang.
Daun
dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.
Pengendaliannya :
Pengaturan
pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan
pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup
wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2
bulan.
b.
Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba
– laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan
Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata,
dan Synarmonia octomaculata.
Pengandalian
kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak
mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa
sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
3.
Walang Sangit
Gejala
serangan :
Menghisap
butir – butir padi yang masih cair.
Biji
yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
Kulit
biji iu akan berwarna kehitam – hitaman.
Walang
sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan
dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.
Walang
sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
Faktor
– faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain
sebagai berikut.
Sawah
sangat dekat dengat perhutanan.
Populasigulma di sekitar sawah cukup tinggi.
Penanaman
tidak serentak
Pengendaliannya :
Menanam
tanaman secara serentak.
Membersihkan
sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi
tempat berkembang biak bagi walang sangit.
Menangkap
walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
Penangkapan
menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
Melakukan
pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba
dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
Melakukan
pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.
4.
Ulat
Gejala
serangan :
Aktif
memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.
Daun
yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Pengendaliannya :
Membuang
telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
Menggenangi
tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke
atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
Apabila
kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pertisida.
5.
Tungau
Gejala
serangan :
Tungau
(kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun
tersebut.
Pada
daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan
menjadi kuning lalu gugur.
Pengendaliannya :
Hama
ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada
suatu tempat dan dibakar.
6.
Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)
Gejala
serangan :
Lalat
bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
Telur
menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning
kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu
menjadi imago yang siap kawin.
Hama
ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.
Pengendaliannya :
Pengendaliannya
diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.
7.
Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African
Gejala
serangan :
Hidup
dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.
Memakan
hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari
pada manfaatnya sebagai predator.
Nimfa
muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah,
yang jantan dapat mengerik di senja hari.
Pengendaliannya
:
Pengendaliannya
diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.
8.
Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)
Gejala
serangan :
Uret
yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis
rorida, Phyllophaga helleri
Perkembangan
hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur – larva (uret) – pupa – imago
(kumbang).
Kumbang
hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.
Pengendaliannya
:
Pengendalian
diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.
9.
Ganjur (Orseolia oryzae)
Gejala
serangan :
Hama
ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur
hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan
menetas setelah 3 hari.
Larva
makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi
tidak normal.
Pucuk
tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 – 12 hari. Siklus
hidup keseluruhan 19 – 26 hari.
Pengendaliannya
:
Pengendalian
diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal pertanaman
sesudah panen agar pupanya mati.
10.
Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu
(Cnaphalocrosis medinalis)
Gejala
serangan :
Pengorok
daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak
dipesemaian hingga dilapang.
Daun
padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.
Larva
bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
Larva
membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva
berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 – 20 hari. Stadia pupa 4 –
7 hari.
Pengendaliannya
:
Meniadakan
genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air sebagai
sumber oksigen.
Lalat
Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.
11.
Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)
Gejala
serangan :
Menyebabkan
batang jagung retak dan patah.
Kupu
sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam
hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam
tersebut. Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga.
Telut berwarna putih kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara
berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu-bulu.
Setelah
4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10
hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya
ulat menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah
habis digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari
Gejala
serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas
gigitan.
Serangan
berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya tepung
gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati.
Tanaman
inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea
lacera.
Pengendaliannya
:
Dengan
cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya.
Tanaman
yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan
ternak.
Menghilangkan
tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam.
Membersihkan
rumput-rumputan
Cara
kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa
jenis insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC,
Hostation 40 EC, Karvos 20 EC
12.
Kutu daun persik (Myzus persicae)
Gejala
serangan :
Kutu
daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan
daun muda tanaman cabai.
Mengisap
cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun
jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati.
Melalui
angin kutu ini menyebar ke areal kebun.
Efek
dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil.
Kutu
ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi
cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga
ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendaliannya
:
Pengendalian
dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai
seperti jagung.
Pengendalian
dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation
40 EC, Orthene 75 SP.
13.
Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Gejala
serangan :
Daun
yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.
Thrips
sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus.
sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.
Pengendaliannya
:
Dengan
pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips.
Memasang
perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung
dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.
Pengendalian
dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dilih antara lain Agrimec 18
EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50
SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis
penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.
14.
Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala
serangan :
Daun
bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tanaman bisa
gundul atau tinggal tulang daun saja.
Ia
juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe tidak laku dijual.
Pengendaliannya
:
Dengan
cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya.
Menjaga
kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian
hama dan pergiliran tanaman.
Pasang
perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air
mineral ½ liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan.
Karena UGRATAS adalah zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan
sangat efektif untuk dijadikan perangkap.
Jika
terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC,
Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara
bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada hama.
15.
Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)
Gejala
serangan :
Lalat
ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas
tusukan lalat buah untuk memasukkan telur.
Buah
yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan
berlobang.
Setelah
telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok
dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi
lalat muda.
Pengendaliannya
:
Lakukan
pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat.
Kumpulkan
semua buah cabai yang terserang dan musnahkan.
Kendalikan
dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan metil
eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak
goreng, atau diberi air. Gantungkan perangkap di pingir kebun.
Pengendalian
secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron,
Curacron 500 EC.
16.
Belalang
Gejala
serangan :
Gejala
penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng.
Pengendaliannya
:
Hama
ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.
Tangkap
belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya
belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.
17.
Kutu perisai
Gejala
serangan :
Hama
ini menyerang bagian daun.
Kutu
ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun.
Pengendaliannya
:
Dapat
diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.
18.
Spider mite
Gejala
serangan :
Spider
mite mengisap cairan pada tanaman.
Serangan
hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada
bagian yang diisap cairannya.
Serangan
Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider
mite lebih kebal terhadap insektisida.
Pengendaliannya
:
Disarankan
menggunakan akarisida.
19.
Fungus gnats
Gejala
serangan :
Adalah
serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam.
Larvanya
yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan akar
halus tanaman.
Fungus
gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala serangan munculnya
bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pengendaliannya
:
Pada
fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan dengan menaburkan
Nematisida seperti Furadan G ke media tanam.
Sedangkan
pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.
20.
Cacing liang (Radhopolus Similis)
Gejala
serangan :
Menghisap
cairan pada akar tanaman.
Tanaman
yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta
menghasilkan bunga yang kecil.
Pengendaliannya
:
Untuk
mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media
tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.
Aplikasi
pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak
negatif yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan
berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan
serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.
21.
Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.)
Gejala
serangan :
Penyakit
ini menyerang pada tembakau.
Pada
umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk
seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh.
Penyakit
biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase
buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 – 8,5.
Pengendaliannya
:
Penyakit
ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan.
Disinfeksi
tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan.
Pencelupan
bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 – 3
g/liter air), Benomil 2 – 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l
air.
22.
Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan)
Gejala
serangan :
Penyakit
ini menyerang pada tembakau.
Tanaman
yang daunnya masih hijau mendadak
terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk
berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat.
Daunnya
terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati.
Bergejala
nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya
lebih coklat dibanding daun normal.
Pengendaliannya
:
Melakukan
sanitasi pengolahan tanah yang matang, memperbaiki drainase, penggunaan pupuk
kandang yang telah masak.
Rotasi
tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker
206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33.
Dengan
penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida
Mankozeb 2 – 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida
1 – 2 ml air dan bubur bordo 1 – 2 %.
23.
Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).
Gejala
serangan :
Penyakit
ini menyerang pada tembakau.
Daun
terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun
menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar.
Pengendaliannya
:
Memberantas
vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau
imedakloprid.
24.
Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)
Gejala
serangan :
Kutu
ini merusak tanaman tembakau.
Menghisap
cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga
pertumbuhan tanaman terhambat.
Kutu
ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi
cendawan berwarna hitam.
Kutu
daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan
mengurangi mutu dan harga.
Secara
Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan
maningkatkan total nitrogen daun.
Kutu
daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan
kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured.
Pengendaliannya
:
Mengurangi
pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar
dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor
kutu).
Pestisida
yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.
25.
Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Gejala
serangan :
Buah
kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu
belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar
larva.
Pada
saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak
berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang
tidak berbunyi.
Pengendaliannya
:
Karantina;
yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK
Pemangkasan
bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan
saat pengendalian dan panen
Mengatur
cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu
buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam
Menyelubungan
buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini
dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah
serangan hama helopeltis dan tikus
Cara
kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok
25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.
26.
Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)
Gejala
serangan :
Buah
kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman
dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung
buah.
Serangan
pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus,
permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.
Bila
serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting
layu mengering dan meranggas.
Pengendaliannya
:
Pengendalian
yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang
terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan
>15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh.
Dikendalikan
secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao
kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.
27.
Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)
Gejala
serangan :
Buah
kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung
atau pangkal buah.
Disebarkan
melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit
ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan
kondisi lembab.
Pengendaliannya
:
Sanitasi
kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30
cm.
Kultur
teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada
tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun.
Cara
kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox,
dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan
klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.
28.
Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici)
Gejala
serangan :
Menyerang
pada tanaman cabe
Adanya
bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair.
Lama–kelamaan
busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris.
Dalam
waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan
membusuk.
Ledakan
penyakit ini sangat cepat pada musim hujan.
Penyebarannya
tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa karena
percikan air, angin, maupun melalui vektor.
Pengendaliannya
:
Dengan
kultur teknis yang baik.
Dapat
juga dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang
agar tidak menyebar.
Selain
dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara
selektif
Disarankan
agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek.
Secara
kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan fungisida bersifat
sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak
berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan
aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.
No comments:
Post a Comment