JAGUNG
( Zea mays L. )
1.
PELUANG AGRIBISNIS
Jagung
merupakan komoditas pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras, sangat
penting untuk ketahanan pangan. Jagung juga berperan penting dalam industri pakan ternak
dan industri pangan. Dalam kurun lima tahun terakhir, kebutuhan jagung nasional
untuk bahan industri pakan, makanan dan minuman meningkat ±10%-15%/tahun.
Pengembangan
jagung diarahkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi produsen jagung yang
tangguh dan mandiri pada tahun 2025 dengan ciri-ciri produksi yang cukup dan
efisien, kualitas dan nilai tambah yang berdaya saing, penguasaan pasar yang
luas, meluasnya peran stakeholder, serta adanya dukungan pemerintah yang
kondusif. Dalam periode 2005-2025, produksi jagung nasional diproyeksikan
rata-rata tumbuh sebesar 4,26%.
Kondisi di atas
menggambarkan bahwa komoditi jagung mempunyai peluang yang sangat besar untuk
dikembangkan melalui agribisnis.
Jagung banyak
diolah dalam bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan baku
pakan ternak. Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan
manusia baik langsung maupun tidak langsung. Sejalan dengan perkembangan
industri pengolah jagung dan perkembangan sektor peternakan,
permintaan akan jagung cenderung semakin meningkat.
Sebagai daerah
yang paling dengan pusat pelayanan (ibu kota Propinsi Jawa Barat), pengembangan
jagung di Kabupaten Sumedang memiliki keunggulan komparatif dibanding daerah
lain karena proses produksi dan distribusi hasil dapat dikembangkan lebih
efisien.
3.
LINGKUNGAN BUDIDAYA
3.1. Iklim
- Iklim sedang hingga daerah beriklim
basah.
- Pada lahan tidak beririgasi, curah
hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata.
- Sinar matahari cukup dan tidak
ternaungi
- Suhu 21-340C, optimum 23-270C.
Perkecambahan benih memerlukan suhu ± 300C.
3.2. Media
Tanam
- Tanah gembur, subur dan kaya humus.
- Jenis tanah: andosol, latosol,
grumosol, dan tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah
yang baik. Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu.
- Aerasi dan ketersediaan air dalam
kondisi baik.
- Kemiringan ≤ 8%, lahan miring > 8%,
perlu di teras.
- Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl,
optimum 0-600 m dpl.
4. WILAYAH
PENGEMBANGAN
Wilayah
pengembangan jagung di Kabupaten Sumedang: adalah Kecamatan Cibugel, Wado,
Tanjungsari, Rancakalong, Cimanggung, Jatinangor, Buahdua, Tanjungmedar dan
Pamulihan
5.
TEKNOLOGI BUDIDAYA
5.1. Penyiapan
Benih
- Bermutu tinggi, baik mutu genetik,
fisik maupun fisiologinya.
- Berasal dari varietas unggul (daya
tumbuh besar, murni, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan
penyakit). Benih yang terjamin adalah benih bersertifikat.
Jagung hibrida
berpotensi produksi tinggi, namun mempunyai kelemahan yaitu harga benih lebih
mahal, dapat digunakan maksimal 2 kali turunan. Beberapa varietas unggul jagung
seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Contoh Varietas
Jagung Hibrida
Varietas
|
Umur
|
Potensi Hasil
(Ton/ha)
|
Rata- rata
Hasil (Ton/ha)
|
C6
|
98-105
|
-
|
10-10,3
|
C7
|
95-105
|
10-12,4
|
8,1
|
Pioneer
13
|
90-115
|
10-11
|
8,027
|
Pioneer
14
|
89-112
|
10-11
|
7,578
|
CPI
-1
|
97
|
-
|
6,2
|
CPI-
2
|
97
|
8-9
|
6,2
|
IPB
4
|
100-105
|
-
|
6,6
|
Semar
2
|
91
|
-
|
5,0-6,1
|
Semar
3
|
94
|
8-9
|
5,3
|
2) Penyiapan Benih;
- Benih
jagung komposit dapat diperoleh dari penanaman sendiri, dari jagung yang tumbuh
sehat.
- Dari
tanaman terpilih, diambil jagung yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan
penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.
- Tongkol
dipetik setelah lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji mengeras dan sebagian
besar daun menguning.
- Tongkol
dikupas dan dikeringkan, bila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah
dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan di tempat kering.
- Dari
tongkol kering, diambil biji bagian tengah. Biji di bagian ujung dan pangkal
tidak digunakan sebagai benih.
- Daya
tumbuh benih lebih dari 90%. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-30 kg/ha.
3) Perlakuan Benih
Sebelum benih ditanam, sebaiknya
dicampur dengan fungisida, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur.
Bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih
dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan
sistemik.
5.2. Pengolahan
Media Tanam
Pengolahan
tanah bekas pertanaman padi dilaksanakan setelah membabad jermi. Jerami dapat
digunakan sebagai mulsa/penutup tanah setelah jagung ditanam. Kegunaan mulsa
yaitu mengurangi penguapan tanah, menghambat pertumbuhan gulma, menahan pukulan
air hujan dan lama kelamaan mulsa menjadi pupuk hijau. Pengolahan tanah pada
lahan kering cukup sampai dengan kedalaman 10 cm dan semua limbah digunakan
sebagai mulsa.
Pada saat
pengolahan tanah setiap 3 m perlu disiapkan saluran air sedalam 20 cm dan lebar
30 cm yang berfungsi untuk memasukkan air pada saat kekurangan air dan
pembuangan air pada saat air berlebih.
Tanah dengan pH
kurang dari 5,0, harus dikapur 1 bulan sebelum tanam. Jumlah kapur yang
diberikan 1-3 ton/ha untuk 2-3 tahun disebar merata atau pada barisan tanaman,
Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada
barisan tanaman atau menggunakan mineral zeolit dengan dosis sesuai dengan
petunjuk produsen.
1). Minimum
Tillage
Pada
lahan-lahan yang peka terhadap erosi, budidaya jagung perlu diikuti dengan
usaha-usaha konservasi seperti penggunaan mulsa dan sedikit mungkin pengolahan
tanah. Bila waktu tanam mendesak, pengolahan tanah dapat dilakukan hanya pada
barisan tanaman saja, selebar 60 cm dengan kedalaman 15 – 20 cm
2). Zero
Tillage (tanpa pengolahan tanah)
Pemberantasan
gulma menggunakan herbisida 2-3 lt/ha. Tanah dicangkul hanya untuk lubang
tanaman.
5.3. Teknik
Penanaman
1) Penentuan
Pola Tanaman
- Tumpang sari (Intercropping);
Penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda).
- Tumpang gilir (Multiple Cropping),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor
lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
- Tanaman bersisipan (Relay Cropping):
dengan cara menyisipkan satu/beberapa jenis tanaman selain jagung. Misalnya waktu jagung menjelang panen
disisipkan kacang panjang.
- Tanaman Campuran (Mixed Cropping):
penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam
maupun larikannya. Pada pola ini lahan efisien, tetapi riskan terhadap hama
dan penyakit.
2)
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam
dibuat dengan tugal sedalam 3-5 cm, tiap lubang diisi 1 butir benih. Jarak
tanam disesuaikan dengan umur panen. Jagung berumur ≥ 100 hari jarak tanam 40 x 100 cm (2
tanaman /lubang). jagung.berumur 80-100 hari, jarak tanamnya 25 x 75 cm (1
tanaman/lubang). Sedangkan jagung. berumur < 80 hari, jarak tanam 20 x 50 cm (1
tanaman/lubang).
Tabel 2. Jarak tanam dan Populasi
Jagung Per Hektar
Varietas
|
Jarak tanam
(cm x cm)
|
Populasi
(Tanaman/Ha)
|
Umur dalam
(>100 hari)
|
100 x (40-50)
|
40.000 – 50.000
|
Umur tengah
(90-100 hari)
|
75 x (40-50)
|
53.000 - 66.000
|
Umur genjah
(80-90 hari)
|
50 x (20-25)
|
80.000 – 100.000
|
3) Cara Penanaman
Saat tanam tanah dalam keadaan
lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi, kecuali bila
diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Jumlah benih per lubang tergantung
keinginan, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3
biji/lubang, bila dikehendaki 1 tanaman/lubang, maka benih yang dimasukkan 2
biji/lubang.
Jumlah kebutuhan benih per hektar
dengan beberapa alternatif jarak tanam dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Jarak Tanam dan Kebutuhan
Benih Jagung
Jarak tanam
(cm)
|
Non Hibrida
(kg/ha)
|
Hibrida
(kg/ha)
|
100 x 40
|
22,5
|
-
|
75 x 25
|
32
|
20
|
75 x 40
|
-
|
30 – 40
|
75 x 20
|
40
|
-
|
50 x 20
|
60
|
-
|
4) Lain-lain
Di lahan irigasi jagung ditanam pada
musim kemarau. Di sawah tadah hujan ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan
kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.
5.4. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman
dan hanya dikehendaki 2 atau 1, tanaman yang tumbuh paling tidak baik, dipotong
dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan
tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman
lain.
Benih yang tidak tumbuh/mati perlu
disulam, kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman menggunakan
benih dari jenis yang sama.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu
sekali. Penyiangan pada tanaman muda menggunakan tangan, cangkul kecil, garpu.
Penyiangan harus hati-hati agar tidak mengganggu perakaran yang belum kuat
mencengkeram tanah.
3) Pembumbunan
Pembumbunan bersamaan dengan
penyiangan dan pemupukan pada umur 6 minggu. Tanah di kanan dan kiri barisan
jagung diurug dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman, membentuk
guludan memanjang. Pembubunan juga dilakukan bersamaan penyiangan kedua.
4) Pemupukan
Pemupukan perlu memperhatikan jenis,
dosis, waktu dan cara pemberian pupuk. Pada umumnya varietas unggul lebih
banyak memerlukan pupuk dibandingkan dengan varietas lokal. Pemupukan pada
tanaman jagung disajikan pada tabel 4.
Tabel 4 Dosis dan Waktu Pemberian
Pupuk pada Tanaman Jagung
No
|
Jenis
|
Dosis
(kg/ha)
|
Waktu
pemberian
|
||
Dasar
|
21
HST
|
35
HST
|
|||
(kg/ha)
|
(kg/ha)
|
(kg/ha)
|
|||
1
|
Non Hibrida
|
||||
- Urea
|
200
|
83,33
|
166,67
|
-
|
|
- TSP/SP-36
|
75-100
|
75-100
|
-
|
-
|
|
- KCL
|
50
|
50
|
-
|
-
|
|
2
|
Hibrida
|
-
|
-
|
||
- Urea
|
300
|
100
|
100
|
100
|
|
- TSP/SP-36
|
100
|
100
|
-
|
-
|
|
- KCL
|
50
|
50
|
-
|
-
|
Pertanaman jagung perlu dipupuk
dengan pupuk organik 15.000-20.000kg/ha disebar merata saat pengolahan tanah
atau disebar dalam larikan dengan dosis 300 kg/ha.
Pupuk buatan diberikan secara
tugal/larikan sedalam ± 10 cm pada kedua sisi tanaman dengan jarak 7 cm. Pada
jarak tanam yang rapat pupuk dapat diberikan di dalam larikan yang dibuat di
kiri kanan barisan tanaman
5) Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan
penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan diperlukan
pada saat pembentukan malai dan tongkol. Pemberian air pada pertanaman jagung
cukup sampai tingkat kapasitas lapang atau tidak sampai tergenang.
Pertanaman jagung yang terlalu
kering dapat diairi melalui saluran pemasukan air. Air yang diberikan cukup
hanya menggenangi selokan yang ada, dibiarkan satu malam dan pada pagi harinya
sisa air dibuang.
6. HAMA DAN
PENYAKIT
6.1. Hama
a) Lalat
bibit (Atherigona exigua Stein):
Gejala: daun
kekuning-kuningan; di sekitar bagian terserang terjadi pembusukan, akhirnya
tanaman layu, pertumbuhan kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan
ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dan bergaris,
warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat
3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan pergiliran tanaman; (2)
tanaman terserang dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3)
kebersihan areal dijaga dan diperhatikan terutama dari tanaman inang; (4)
pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida efektif.
b) Ulat
pemotong
Gejala: tanaman
terserang terpotong beberapa sentimeter di atas permukaan tanah ditandai dengan
bekas gigitan pada batang, akibatnya tanaman jagung muda roboh di atas tanah.
Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong:Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera
litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek
buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) tanam
serentak pada areal yang luas dan pergiliran tanaman; (2) mencari dan membunuh
ulat yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung,
disemprot dengan insektisida.
6.2. Penyakit
a) Penyakit
bulai (Downy mildew):
Penyebab:
cendawan Peronosclerospora maydis dan P. spora
javanicaserta P. spora philippinensis. merajalela pada
suhu diatas 270C dan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur
2-3 minggu, daun runcing, kecil, kaku dan pertumbuhan terhambat, warna
menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2)
pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman terserang mengalami gangguan
pertumbuhan, daun berubah warna dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol
berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis
kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman awal musim hujan; (2)
pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) tanaman
terserang, kemudian dimusnahkan.
b) Penyakit bercak daun (Leaf bligh).
Penyebab: cendawan Helminthosporium
turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur
berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari
ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah
warna menjadi coklat kekuning- kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua.
Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran
tanaman guna menekan meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengatur kelembaban
lahan agar kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan fungisida.
c) Penyakit karat (Rust) ;
Penyebab:
cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora
Underw.Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat
titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat
serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan kemudian berkembang dan
memanjang, akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk.
Pengendalian: (1) mengatur kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas tahan;
(3) melakukan sanitasi (4) kimiawi menggunakan pestisida seperti pada penyakit
bulai dan bercak daun.
d) Penyakit
gosong bengkak (Corn smut/boil smut);
Penyebab:
cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw)
Ung,Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: pada
tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi
pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan
pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus
dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal pertanaman
jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanaman
kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara
merata.
e) Penyakit
busuk tongkol dan busuk biji;
Penyebab:
cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae
(Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella
moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus
tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian
berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung
varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan
benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan gejala serangan.
7. PANEN
7.1. Ciri dan
Umur Panen
Umur panen
jagung tergantung pada varietas yang ditanam, tetapi biasanya 2 bulan setelah
50% keluar rambut. Ciri tanaman jagung yang siap dipanen adalah:
- Klobot kering berwarna kuning
- Bila dikupas biji mengkilap.
- Bila biji ditekan dengan kuku tidak
berbekas.
- Terdapat bintik hitam pada bagian biji
yang melekat pada tongkol
7.2. Cara Panen
- Sebelum dipanen dapat dilakukan
pemangkasan batang bagian atas untuk menurunkan kadar air tonggol disertai
dengan pengupasan klobot sebagian atau seluruhnya
- Cara panen dengan memutar tongkol
berikut kelobotnya, atau dengan mematahkan tangkai buah. Pada lahan yang luas dan rata bisa
menggunakan alat mesin pemetikan.
8. PASCAPANEN
8.1. Pengupasan
Jagung dikupas
pada saat masih menempel di batang atau setelah di petik. Pengupasan dilakukan
untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban
di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan atau mengakibatkan tumbuhnya
cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama
proses pengeringan.
8.2.
Pengeringan
Pengeringan
jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung
dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air 9–11%. Penjemuran memakan waktu
± 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu
atau dengan cara diikat dan digantung.
Pengeringan
buatan pada musim hujan dilakukan dengan mesin pengering, Suhu pengeringan
38-430 C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13%. Penundaan
waktu pengeringan selama 2 hari dapat meningkatkan kontaminasiAspergilus
flavus yang dapat meningkatkan alfa toxin yang dapat
meracuni manusia dan hewan.dari 14 pbb menjadi 94 pbb (ambang batas Aspergilus
flavusmenurut FAO 30 (pbb).
8.3. Pemipilan
Setelah dijemur
sampai kering jagung dipipil menggunakan tangan atau alat pemipil bila jumlah
produksi cukup besar. Untuk memudahkan pekerjaan pemipilan dilakukan
pada tongkol kering dan kadar air bji 18%-20%.
8.4. Penyimpanan
a) Tempat Penyimpanan
- Letak
gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat ke timur sehingga luas
dinding yang tertimpa sinar dapat dikurangi dan gudang tetap dalam kondisi
dingin.
- Guna
menghindari serangan hama, gudang dibersihkan. Kontruksi gudang perlu
diperhatikan dari kemungkinan kebocoran, sirkulasi udara yang cukup dan
keamanan.
- Ventilasi
gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil dan merata.
- Tempat
penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan tinggi minimal 15 cm,
sehingga jagung tidak kontak langsung dengan lantai.
- Hindari celah
pada dinding yang dapat dijadikan persembunyian hama.
- Sekeliling
gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan tikus untuk memanjat, dan
gudang tidak lembab.
b) Penyimpanan untuk benih :
- Bentuk
tongkol berkelobot, jagung di gantung di para-para dengan pengasapan tiap hari.
- Bentuk
pipilan, setelah dicampur dengan abu kering, biji bungkus rapat-rapat dengan
plastik kedap udara, kemudian simpan dalam wadah dan ditutup. Wadah dapat
berupa semacam silo kayu atau drum. Jika kadar air biji 10%, maka campuran abu
tidak diperlukan.
c) Penyimpanan untuk konsumsi :
Untuk bentuk pipilan dengan kadar
air 12%, jagung dibungkus secara rapat dengan plastik kedap udara atau kaleng,
atau dibungkus dengan plastik dilapisi karung dan disimpan dalam tempat bersih
dan kering.
8.5. Pewadahan
a) Tujuan
- Memudahkan
penanganan (pemindahan dan penyimpanan)
- Perlindungan
dari cuaca diharapkan pengemasan dapat melindungi biji jagung dari cuaca luar
yang merugikan misalnya kelembaban udara yang tinggi, bocoran hujan dll
- Perlindungan
dari gangguan hama selama penyimpanan
- Perlindungan
dari gangguan cendawan
b) Bahan kemasan yang dapat
digunakan; kantung plastik, kertas, karung, atau wadah yang kaku.
c) Persyaratan bahan
- Bahan
pengemasan sebaiknya dapat ditembus udara sehingga kebutuhan udara biji dapat
dipenuhi dan kelebihan asam dapat dibuang
- Mudah
didapat dan relatif murah
- Dapat
digunakan berulang ulang
- Dapat
menghemat ruangan
8.6. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah dipipil, biji jagung
dipisahkan dari sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dan
kotoran Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari/menekan serangan jamur
dan hama selama dalam penyimpanan.
Bahan benih membutuhkan keseragaman
bentuk dan ukuran biji, sehingga pemisahan sangat penting. Ada berbagai cara
membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran namun demikian
pemisahan dengan cara ditampi akan mendapatkan hasil yang baik.
9. STANDAR PRODUKSI
9.1.Ruang Lingkup
Standar produksi tanaman jagung
meliputi: standar klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.
9.2.Diskripsi
Standar mutu
jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI
01-03920-1995.
9.3.Klasifikasi
dan Standar Mutu
Berdasarkan
warnanya, jagung kering dibedakan menjadi :
- Jagung kuning adalah jagung yang
sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning),
- Jagung putih adalah jagung yang
sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna putih
- Jagung campuran adalah jagung yang
tidak memenuhi kedua syarat tersebut.
a) Syarat
Umum
- Bebas hama dan penyakit.
- Bebas bau busuk, asam, atau bau
asing lainnya.
- Bebas dari bahan kimia, seperti:
insektisida dan fungisida.
- Memiliki suhu normal.
b) Syarat
Khusus
Jagung
berkualitas harus memenuhi syarat khusus seperti terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. Standar Mutu Jagung
Komponen mutu
|
Mutu
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
Kadar air maksimum (%)
|
14
|
14
|
15
|
17
|
Butir rusak maksimum (%)
|
2
|
4
|
6
|
8
|
Butir warna
lain maksimum (%)
|
1
|
3
|
7
|
10
|
Butir pecah maksimum (%)
|
1
|
2
|
3
|
3
|
Kotoran
maksimum (%)
|
1
|
1
|
2
|
2
|
Untuk mendapatkan standar mutu yang
disyaratkan maka dilakukan beberapa pengujian diantaranya:
- Penentuan adanya hama dan penyakit,
dilakukan secara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan
indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang
diperbolehkan.
- Penentuan adanya butir rusak, warna
lain, kotoran dan butir pecah dilakukan secara manual dengan pinset. Contoh uji
100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran
ditetapkan berdasarkan berat tiap komponen dibandingkan berat contoh analisa x
100 %
- Penentuan kadar air biji ditentukan
dengan Moisture Tester Electronic atau ”Air Oven Methode” (ISO/r939-1969E atau
OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin adalah racun hasil metabolisme cendawan Aspergilus
flavus, Aflatoxin disini adalah jumlah semua jenis aflatoxin yang
terkandung dalam biji-biji kacang tanah.
9.4.Pengambilan
Contoh
Contoh diambil
secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung
dari tiap partai barang, dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500
gram. Contoh tersebut dicampur hingga rata, kemudian dibagi empat dan dua
bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai
contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa,
berat contoh analisa 100 gram.
9.5 Pengemasan
Pengemasan
dengan karung bersih dijahit bagian atasnya, berat netto maksimum 75 kg.
dan tahan mengalami “handling” waktu pemuatan dan pembongkaran. Di bagian luar
karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak
luntur dan jelas terbaca antara lain: a) Produce of Indonesia, b) Daerah asal
produksi, c) Nama dan mutu barang, d) Nama perusahaan/pengekspor, e) Berat
bruto, f) Berat netto, g) Nomor karung, h) Tujuan.
No comments:
Post a Comment