Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Berkelanjutan Suatu Konsep Pemikiran Masa Depan.
Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini, saat
yang akan datang dan selamanya. Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi
semuanya dan tidak menimbulkan bencana bagi semuanya.
Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat
ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu
kita.
Menurut Gips, suatu sistem pertanian itu bisa disebut
berkelanjutan jika memiliki sifat-sifat sbb:
Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi
pertanian itu sendiri
Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang
layak bagi pelaksana pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi.
Masing-masing pihak mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya
Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan
hak-haknya tanpa dibatasi dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain
Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
dimana harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi termasuk budaya yang telah
ada
Luwes yang berarri mampu menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi saat ini, dengan demikian pertanian berkelanjutan tidak statis tetapi
dinamis bisa mengakomodir keinginan konsumen maupun produsen.
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah
pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan
sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources), untuk proses
produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal
mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas
dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang
berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah
terhadap lingkungan.
Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan
pertanian berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem
pertanian, seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan
tanaman dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan
sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan
produktivitas tanah. The International Federation of Organic Agriculture
Movements (IFOAM) menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk:
a) menghasilkan
produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai,
b) membudidayakan
tanaman secara alami,
c) mendorong dan
meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian,
d) memelihara dan
meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang,
e) menghindarkan
seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik pertanian,
f) memelihara
keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, serta
g)
mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem
usaha tani.
Beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang dan
memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan harmonisasai produktivitas
pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta
meningkatkan kualitas hidup masyarakat tani adalah sebagai berikut: (1)
pengendalian hama terpadu, (2) aplikasi sistem rotasi dan budidaya rumput, (3)
konservasi lahan, (4) menjaga kualitas air/lahan basah, (5) aplikasi tanaman
pelindung, (6) diversifikasi lahan dan tanaman, (7) pengelolaan nutrisi
tanaman, (8) agroforestri (wana tani), (9) manajemen pemasaran, dan (10) audit
dan evaluasi manajemen pertanian secara terpadu dan holistik.
Berdasarkan penjabaran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa pertanian organik merupakan salah satu teknologi
alternatif pertanian yang memberikan berbagai hal positif, yang dapat
diterapkan pada usaha tani, sehingga produk-produk hasil pertanian dapat
bernilai komersial tinggi, menjamin pemenuhan kebutuhan pangan dan keamanan
pangan, dan dapat memberikan kesadaran masyarakat dan petani khususnya dalam
melestarikan ekosistem lingkungan. Oleh karena itu, untuk menerapkan sistem pertanian
ramah lingkungan yang harmonis dan berkelanjutan, perlu dilakukan upaya antara
lain : (1) sosialisasi pemasyarakatan mengenai pentingnya pertanian yang ramah
lingkungan, (2) penggalakkan konsumsi produk hasil pertanian organik, (3)
diperlukan lebih banyak kajian/penelitian untuk mendapatkan produk organik yang
berkualitas tinggi. Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa usaha tani yang
berorientasi pasar global perlu menekankan aspek kualitas, keamanan, kuantitas
dan harga yang bersaing.
Salah satu alasan mengapa harus berlanjut adalah pengalaman
selama ini dimana input tinggi telah menyebabkan degradasi lahan secara nyata.
Sebagai contoh penggunaan pestisida yang berlebihan menyebabkan resurgensi,
resistensi dan munculnya hama penyakit sekunder.
Penggunaan pupuk yang berlebihan malah menyebabkan
pertemubuhan vegetatif yang tak diinginkan dan di daerah hilir menyebabkan
eutrifikasi (suburnya perairan akibat akumulai hara oleh aliran air). Lahan
sebagai penopang utama telah rusak, maka akan sangat mahal biaya yang harus
dikeluarkan dan dimasa yang akan datang anak cucu hanya ditinggali barang sisa
kurang bermutu. Pada hal harapakn kita semua generasi yang akan datang harus
lebih baik daripada generasi saat ini.
Langkah yang bisa ditempuh adalah pertama meningkatkan
kesadaran pertanian berkelanjutan. Kedua setiap pihak yang berkait dengan
pertanian melaksanakan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan. Ketiga dukungan
konsumen yang tidak mengkonsumsi produk pertanian yang tidak ramah lingkungan.
Langkah operasional yang bisa dilaksanakan adalah :
melaksanakan pengolahan tanam minimal, sebanyak mungkin menggunakan pupuk
organik, melaksanakan pengendalian hama penyakit dengan bahan yang ramah
lingkungan.
Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi
komponen-komponen fisik, biologi dan sosioekonomi, yang direpresentasikan
dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia
dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan
pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan
bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan
nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.
Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input
minimal (low input) secara khusus ditulis oleh Franklin H. King dalam bukunya
Farmers of Forty Centuries. King membandingkan penggunaan input minimal dan
pendekatan berkelanjutan pada pertanian daratan Timur (oriental) dengan apa
yang dia lihat sebagai kesalahan metoda yang digunakan petani Amerika. Gagasan
King adalah bahwa sistem pertanian memiliki kapasitas internal yang besar untuk
melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal.
Baru-baru ini, Undang-undang Produktivitas Pertanian Amerika,
yang merupakan bagian dari Undang-undang Keamanan Pangan 1985, menyediakan
kewenangan untuk melaksanakan program riset dan pendidikan pada sistem
pertanian alternatif -yang kemudian dikenal sebagai pertanian berkelanjutan
dengan input minimal (Low Input Sustainable Agriculture (LISA)). Pada bulan
Desember 1987, Kongres Amerika menyetujui US $ 3,9 juta untuk memulai pekerjaan
tersebut atas dasar undang-undang Keamanan Pangan. Undang-undang tersebut
memberikan mandat untuk melakukan investigasi ilmiah pada a) peningkatan
produktivitas pertanian, b) produktivitas lahan sentra produksi, c) mengurangi
erosi tanah, kehilangan air dan nutrisi, dan d) melakukan konservasi sumberdaya
natural dan energi.
Petani Amerika saat ini sedang mencari sumberdaya yang
efisien, biaya lebih rendah, dan sistem-sistem produksi yang lebih
menguntungkan. Siapapun yang bergerak di bidang pertanian seharusnya berbagi
kepedulian yang lebih luas pada masyarakat dalam mendukung lingkungan yang
bersih dan nyaman. Selama sepuluh tahun terakhir, telah terjadi paradigma yang
mengangkat masyarakat pertanian dari kondisi yang mengharuskan produktivitas
lebih tinggi menuju suatu kondisi masyarakat yang peduli pada keberlanjutan.
Hal ini dirasakan sebagai suatu kesalahan bahwa produktivitas yang tinggi dari
kegiatan pertanian konvensional telah menimbulkan biaya kerusakan yang cukup
siginifikan terhadap lingkungan alam dan disrupsi masalah sosial.
Dalam usaha mengalihkan konsekuensi-konsekuensi negatif
pertanian konvensional, beberapa format sistem pertanian berkelanjutan yang
berbeda telah direkomendasikan sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai
tujuan sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan
aman secara lingkungan. Kepentingan dalam sistem pertanian alternatif ini
sering dimotivasi dengan suatu keinginan untuk menurunkan tingkat kesehatan
lingkungan dan kerusakan lingkungan dan sebuah komitmen terhadap manajemen
sumberdaya alam yang berkeadilan. Tetapi kriteria yang paling penting untuk
kebanyakan petani dalam mempertimbangkan suatu perubahan usaha tani adalah
keingingan memperoleh hasil yang layak secara ekonomi. Adopsi terhadap metode
pertanian alternatif yang lebih lebar ini membutuhkan bahwa metode tersebut
sedikitnya sama kualitasnya dalam memperoleh keuntungan dengan metode
konvensional atau memiliki keuntungan-keuntungan non-keuangan yang signifikan,
seperti sebagai usaha menjaga penurunan kualitas sumberdaya air dan tanah
secara cepat.
Riset dan pendidikan bergerak terbatas diantara para peneliti
atau mahasiswa. Sebagaimana seorang mahasiswa menjadi lebih baik diberikan
pendidikan mengenai pengetahuan praktis pertanian berkelanjutan, lebih memiliki
minat dan dana akan ditingkatkan untuk mendukung riset selanjutnya. Jaminan
peneliti dan ketersediaan dana penelitian ini akan lebih memberikan harapan
untuk meningkatkan minat pada pendidikan yang memandu riset selanjutnya secara
umum. Pooling pendapat yang dilakukan mahasiswa di sejumlah fakultas seluruh
Amerika menunjukkan ketertarikan pada pertanian berkelanjutan. Kebanyakan
mereka mempertanyakan masalah-masalah pertanian berkelanjutan sebagai sebuah
pemikiran yang tidak dapat diadopsi dalam program agroekologi. Mereka
memberikan komentar bahwa penurunan dampak lingkungan akibat usaha pertanian
berkelanjutan sebagai sebuah keuntungan yang besar dari meninggalkan usaha
pertanian konvensional. Lebih banyak riset yang dilakukan pada pertanian
berkelanjutan ini, program-program pendidikan yang lebih baik akan dapat
dilaksanakan di wilayah ini.
Ketika perubahan dari kegiatan pertanian konvensional ke
pertanian berkelanjutan dilaksanakan, perubahan sosial dan struktur ekonomi
juga akan terjadi. Pada saat input menurun, terdapat hubungan yang menurun pula
pada hubungan kerja terhadap mereka yang selama ini terlibat dan mendapatkan
manfaat dari pertanian konvensional. Hasilnya adalah terdapat banyak
kemungkinan yang dapat ditemukan yaitu meningkatnya kualitas hidup, dan
peningkatan kegiatan pertanian mereka. Dalam mengadopsi input minimal (low
input) sistem-sistem berkelanjutan dapat menunjukkan penurunan potensial
fungsi-fungsi eksternal atau konsekuensi-konsekuensi negatif dari jebakan
sosial pada masyarakat. Petani sering terperangkap dalam perangkap sosial
tersebut sebab insentif-insentif yang mereka terima dari kegiatan produksi saat
ini.
Pertanian organik semakin mendapat perhatian dari sebagian
besar masyarakat, baik di negara maju maupun negara berkembang, khususnya
mereka yang sangat memperhatikan kualitas kesehatan, baik kesehatan manusia
maupun lingkungan. Produk pertanian organik diyakini dapat menjamin kesehatan
manusia dan lingkungan karena dihasilkan melalui proses produksi yang
berwawasan lingkungan. Trend masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to
nature) telah menyebabkan permintaan produk pertanian organik di seluruh dunia
tumbuh pesat sekitar 20 – 30 % per tahun. Berdasarkan hal tersebut,
diperkirakan pada tahun 2010 ini, pangsa pasar dunia terhadap produk pertanian
organik akan mencapai U$ 100 milyar.
DAFTAR PUSTAKA
Anon. 1991. Toward sustainability. Soil and water research
priorities for developing countries. National Academy press. Washington ,D.C. x
+65h.
Brown, L.R. 1995. Nature’s limits. Dalam : State of the
World. W.W. Narton & Company New York. H 3-20
Gardner, G. 1996. Presserving agricultural resources. Dalam :
State of the World. W.W narton & Company. New York. H 78-94
Browse > Home / Daulat Pangan / Refleksi Pengembangan
Kapasitas Petani Melalui Penerapan Sistem Pertanian Berkelanjutan
No comments:
Post a Comment