Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu komoditas andalan
perkebunan yang memberikan devisa cukup besar, sumber pendapatan, penciptaan
lapangan pekerjaan, mendorong pengembangan agribisnis dan agro industri serta
pengembangan pengelolaan sumber daya alam wilayah.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu fakkor penting yang
menghambat pencapaian sasaran produksi dan kualitas hasil pertanian termasuk
tanaman perkebunan seperti kakao. Akibat ganguan OPT produksi menurun dapat
sampai pada tingkat yang tidak menguntungkan. Diperkirakan rata-rata 30 %
pengurangan hasil dan produk potensial suatu komoditi disebabkan oleh adanya
serangan OPT.
Gangguan OPT dapat juga menurunkan kualitas hasil sehingga mempengaruhi
harga produk menjadi rendah. Banyak kasus menunjukkan bahwa karena kualitas
produk sedemikian rendah dengan masih adanya sisa-sisa serangan OPT mnyebabkan
produk perkebunan sulit memasuki passer ekspor.
Penanggulangan kerugian tersebut dapat ditekan dan diantisipasi sejak awal
apabila ciri-ciri dan tanda-tanda serangan serta kemampuan mengidentifikasi
hama dimiliki oleh petani. Selain itu petani juga harus memiliki kemampuan
untuk melakukan pengamatan sederhana secara mingguan.
Salah-satu hama pada buah kakao yang dapat memberikan kerugian hingga lebih
dari 75 % adalah Penggerek Buah Kakao (PBK) atau “fruit borer of cacao”.
Penggerek Buah Kakao atau Conopomorpha cramerella termasuk dalam family
Gracillardae dan ordo Lepidoptera yaitu termasuk dalam jenis serangga.
Daur hidup Penggerek Buah Kakao secara singkat adalah dimulai dari telur.
Telur PBK berwarna jingga berbentuk bulat panjang 0,5 mm x 0,2 mm, diletakkan
satu per satu pada permukaan kulit buah. Telur menetas setelah 6 – 7 hari
setelah diletakkan. Ulat atau larva berwarna putih kuning atau hijau muda.
Panjangnya sekitar 11 mm dan delama 15 -18 hari larva hidup di dalam buah.
Larva kemudian menggerek ke dalam buah, dengan lubang berada tepat di bawah
tempat peletakan telur. Setelah ulat keluar dari dalam buah, kemudian
berkepompong/pupa pada permukaan buah, daun, serasah, karung atau keranjang
tempat buah. Stadium pupa 6 hari dengan perkembangan telur sampai imago 27 – 33
hari.
Siklus Hidup Imago Conopomorpha Cramerella
Serangga ini aktif pada malam hari pukul 18.00 – 20.30. Pada siang hari
berlindung di tempat lembab dan tidak terkena sinar matahari. Daya terbangnya
pun tidak terlalu tinggi namun mudah terbawa angin. Serangga dewasa ini sendiri
hanya berumur 5 – 7 hari, jadi setelah bertelur akan mati.
Gejala serangan
ditunjukkan dengan gerekan buah kakao sehingga daging buah menjadi busuk.
Setelah buah ditinggalkan oleh larva, pertumbuhan biji terganggu, saling
menumpuk sehingga akhirnya menjadi hitam dan keriput. Bila buah yang telah
ditinggalkan larva dibelah terlihat sejumlah lubang gerek berwarna coklat pada
bagian dalam kullit buah dan daging buah. Tanaman yang dapat menjadi inang,
diantaranya adalah rambutan (Nephelium lappoceum) dan nam nam (Cynometra
cauliflora).
Salah satu metode pengendalian hama PBK adalah dengan cara pembungkusan
atau sarungisasi. Teknologi pengendalian ini sebenarnya sudah lama diketahui
oleh sebagian besar petani, akan tetapi kenyataannya para petani kakao jarang
melakukannya. Alasannya adalah masih kurang efisiennya biaya dan waktu yang
harus dikeluarkan.
Petani masih
membayangkan besanya biaya dan tenaga kerja yang harus mereka keluarkan apabila
dengan luasan areal perkebunan lebih dari 1 hektar. Padahal, banyak yang belum
mengetahui bahwa sarungisasi merupakan teknologi Indonesia dalam ranngka
meningkatkan mutu biji kering kakao dengan cara mencegah imago PBK meletakkan
telur pada buah kakao. Cara membungkus buah kakao dengan kantong plastik dapat
dilakkukan satu persatu denngan mudah dan dapat dilakukan siapa saja.
Sarungisasi buah kakao ini dinilai tepat karena serangan hama itu
penularannya dilakukan melalui udara atau menjalar dari satu daerah ke daerah
yang lain, bahkan melalui lalu lintas perdagangan antar daerah. Masalahnya
sarungisasi harus dilakukan secara serentak dalam satu kawasan, antar kawasan
sampai dengan antar pulau.
Direktorat
Perlindungan Perkebunan Departmen Pertanian merekomendasikan aplikasi
penyarungan, karena di Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Maluku berhasil
menekan serangan PBK dari sekitar menjadi 80 % menjadi kurang dari 1 % shingga
meningkatkan produksi biji kering sampai 300 %.
Teknologi penyarungan buah kakao ini terbukti efektif untuk mencegah
serangan PBK pada saat populasi PBK tinggi yang biasanya terjadi pada saat
musim buah sedikit. Untuk itu, penyarungan buah sebaiknya dilaksanakan 3 bulan
sebelum musim buah sedikit. Pola panen dan pola pertumbuhan pentil atau bakal
buah di setiap daerah harus diketahu dengan baik agar pelaksanaan penyarungan
dapat dilaksanakan tepat pada waktunya.
Pembungkusan buah kakao dengan plastik dapat dilakukan pada pagi hari dan
sore hari dengan menggunakan kantong plastik berwarna gelap dan ukuran
plastiknya disesuaikan dengan ukuran buah kakao yang akan disarungi.
Prinsipnya, besaran kantong untuk sarung harus lebih besar dari ukuran buah,
sehingga memudahkan dalam penyarungan.
Penyarungan buah relatif mudah dilaksanakan, demikian juga alat untuk
penyarungan relatif mudah di dapatkan. Alat yang digunakan adalah kantong
plastik hitam atau pun transparn, karet gelang, potongan bambu berdiameter + 8
cm dengan panjang 1 -1,5 meter dan tongkat pendorong yang dipasang paku pada
bagian ujungnya.
Cara penyarungan
buah kakao adalah sebagai berikut :
Ø Kantong plastik yang telah disiapkan harus dalam keadaan terbuka pada kedua
ujungnya.
Ø Masukkan kantong plastik tersebut ke dalam tongkat bambu, kemudian ikat
ujung bagian atas dengan karet gelang.
Ø Lipat ujung atas plastik sampai menutupi karet gelang.
Ø Dorong atau geser kantong plastik tersebut ke bagian bawah bambu.
Ø Ulangi langkah-langkah di atas sampai jumlah sarung plastik pada bambu
mencapai+ 25 lembar tersusun dari bawah ke atas.
Ø Posisikan tongkat bambu sedemikian rupa hingga bakal buah kakao yang akan
disarungi masuk ke dalam tongkat buah.
Ø Kait dan dorong karet gelang ke bagian atas menggunakan tongkat yang telah
disiapkan hingga menyelubungi bakal buah dan karet gelang mengikat ujung sarung
pada tangkai
Ø Lepaskan tongkat bambu dari bakal buah yang telah disarungi.
Ø Ulangi langkah-langkah di atas pada bakal buah yang lain.
Memperhatikan perkembangan permintaan kakao baik di pasar dunia maupun di
pasar domestik menunjukkan bahwa agribisnis kakao sangat menjanjikan. Namun
demikian, untuk memperoleh hasil yang lebih optimal masih diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut :
- Perbaikan mutu tanaman melalui berbagai teknologi budidaya yang telah direkomendasikan.
- Pengendalian serangan OPT semaksimal mungkin sehingga kualitas dan mutu biji kakao lebih baik.
- Meningkatkan upaya penyuluhan kepada petani kakao, dalam memperbaiki berbagai aspek yang berkaitan dengan produktivitas tanaman kakao.
No comments:
Post a Comment