ULAT API DAN CARA PENGENDALIANNYA

Siklus Hidup
Siklus hidup masing-masing spesies ulat api berbeda. S. asigna mempunyai
siklus hidup 106-138 hari (Hartley, 1979). Telur berwarna kuning kehijauan,
berbentuk oval, sangat tipis dan transparan. Telur diletakkan berderet 3-4
baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun
ke 6-17. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina
mampu menghasilkan telur 300-400 butir. Telur menetes 4-8 hari setelah
diletakkan. Ulat berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas di
bagian punggungnya. Selain itu di bagian punggung juga dijumpai duri-duri yang
kokoh. Ulat instar terakhir (instar ke-9) berukuran panjang 36 mm dan lebar
14,5 mm. Stadia ulat ini berlangsung selama 49-50,3 hari. Ulat berkepompong
pada permukaan tanah yang relatif gembur di sekitar piringan atau pangkal
batang kelapa sawit. Kepompong diselubungi oleh kokon yang terbuat dari air
liur ulat, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap. Kokon jantan
dan betina masing-masing berukuran 16 x 13 mm dan 20 x 16,5 mm. Stadia
kepompong berlangsung selama ± 39,7 hari. Serangga dewasa (ngengat) jantan dan betina masing-masing lebar
rentangan sayapnya 41 mm dan 51 mm. Sayap depan berwarna coklat tua dengan
garis transparan dan bintik-bintik gelap, sedangkan sayap belakang berwarna
coklat muda.
Setora nitens memiliki siklus hidup yang lebih pendek
dari S. asigna yaitu 42 hari (Hartley, 1979). Telur hampir sama
dengan telur S. asigna hanya saja peletakan telur antara satu sama
lain tidak saling tindih. Telur menetas setelah 4-7 hari. Ulat mula-mula
berwarna hijau kekuningan kemudian hijau dan biasanya berubah menjadi kemerahan
menjelang masa kepompong. Ulat ini dicirikan dengan adanya satu garis membujur
di tengah punggung yang berwarna biru keunguan. Stadia ulat dan kepompong
masing-masing berlangsung sekitar 50 hari dan 17-27 hari. Ngengat mempunyai
lebar rentangan sayap sekitar 35 mm. Sayap depan berwarna coklat dengan
garis-garis yang berwarna lebih gelap.
Ulat api Darna trima mempunyai siklus hidup sekitar 60 hari
(Hartley, 1979). Telur bulat kecil, berukuran sekitar 1,4 mm, berwarna kuning
kehijauan dan diletakkan secara individual di permukaan bawah helaian daun
kelapa sawit. Seekor ngengat dapat meletakkan telur sebanyak 90-300 butir.
Telur menetas dalam waktu 3-4 hari. Ulat yang baru menetas berwarna putih
kekuningan kemudian menjadi coklat muda dengan bercak-bercak jingga, dan pada
akhir perkembangannya bagian punggung ulat berwarna coklat tua. Stadia ulat
berlangsung selama 26-33 hari. Menjelang berkepompong ulat membentuk kokon dari
air liurnya dan berkepompong di dalam kokon tersebut. Kokon berwarna coklat
tua, berbentuk oval, berukuran sekitar panjang 5 mm dan lebar 3 mm. Lama stadia
kepompong sekitar 10-14 hari. Ngengat berwarna coklat gelap dengan lebar
rentangan sayap sekitar 18 mm. Sayap depan berwarna coklat gelap, dengan
sebuah bintik kuning dan empat garis hitam. Sayap belakang berwarna abu-abu
tua.
Biologi dan Ekologi
Ulat yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis daging daun dari
permukaan bawah dan meninggalkan epidermis bagian atas permukaan daun. Pada
instar 2-3 ulat memakan daun mulai dari ujung ke arah bagian pangkal daun.
Untuk S. asigna, selama perkembangannya, ulat berganti kulit 7-8 kali
dan mampu menghabiskan helaian daun seluas 400 cm². Perilaku S. nitens sama dengan S. asigna. Untuk D.
trima, ulat mengikis daging daun dari permukaan bawah dan menyisakan
epidermis daun bagian atas, sehingga akhirnya daun yang terserang berat akan
mati kering seperti bekas terbakar. Ulat menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi
apabila daun-daun tua sudah habis ulat juga memakan daun-daun muda. Ngengat
aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di
pelepah-pelepah daun tua dengan posisi terbalik (kepala di bawah). Pada D.
trima, di waktu siang hari, ngengat suka hinggap di daun-daun yang sudah
kering dengan posisi kepala di bawah dan sepintas seperti ulat kantong.
Perbedaan perilaku yang tampak antara ketiga jenis ulat api yang paling
merugikan tersebut juga berbeda. S. nitens dan S. asigna berpupa
pada permukaan tanah tetapi D. trima hanya di ketiak daun atau pelepah
daun. Pengetahuan mengenai biologi dan perilaku sangat penting ketika akan
menerapkan tindakan pengendalian hama sehingga efektif. Kokon dapat dijumpai
menempel pada helaian daun, di ketiak pelepah daun atau di permukaan tanah
sekitar pangkal batang dan piringan.
Kerusakan dan
Pengaruhnya di Lapangan
Eksplosi hama ulat api telah dilaporkan pertama
pada tahun 1976. Di Malaysia, antara tahun 1981 dan 1990, terdapat
49 kali eksplosi hama ulat api, sehingga rata-rata 5 kali setahun (Norman dan
Basri, 1992). Semua stadia tanaman rentan terhadap serangan ulat api seperti
halnya ulat kantong.
No comments:
Post a Comment