Pemerintah
harus mempertanggungjawabkan program swasembada lima komoditas pangan di tahun
2014 yang diprediksi gagal. Kegagalan tersebut disebabkan pemerintah dianggap
tidak berpihak kepada petani. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Fadli Zon mengatakan,
ketidakberpihakan pemerintah menyebabkan sektor pangan Indonesia mengalami
kemunduran. “Pemerintah harus segera menentukan posisi dan sikap untuk mengerem
kemunduran sektor pangan,” ujar dia di selasela diskusi pangan di Jakarta
kemarin.
Pemerintah
melalui Kementerian Pertanian menargetkan program swasembada lima komoditas
yakni beras, jagung, kedelai, daging dan gula pada 2014. Namun, kelima sektor
tersebut diyakini tidak berkembang dan sebaliknya justru malah keran impor
semakin terbuka. “Jangankan swasembada, yang ada impor malah makin banyak. Ini
sebetulnya program, janji, atau kampanye? Pemerintah harus
mempertanggungjawabkan kepada rakyat,” tandasnya.
Tidak
adanya kebijakan ketahanan pangan nasional yang terintegrasi dan kacaunya
koordinasi antarkementerian/lembaga terkait menyebabkan pangan nasional karut
marut. Di sisi lain, data produksi pangan yang simpang siur bisa menyebabkan
kesalahan dalam perhitungan antara produksi dan kebutuhan pangan.
Padahal,
selama ini keputusan impor pangan juga didasarkan selisih antara ketersediaan
dan kebutuhan di dalam negeri. “Artinya, bilamana kurang ya tinggal impor.
Kebijakan yang terlalu menyederhanakan persoalan ini tidak akan membangun
ketahanan dan kemandirian pangan,” tegasnya.
Anggota
Komisi IV DPR Viva Yoga Mauladi menilai, program swasembada pangan hanya target
politik semata. Dia juga pesimistia swasembada pangan 2014 bisa terwujud. Salah
satu penyebabnya adalah politik anggaran pemerintah yang tidak memihak sektor
pertanian. Hal ini tercermin dari minimnya alokasi anggaran Kementerian
Pertanian (Kementan).
Menurutnya,
Kementan tidak masuk dalam 10 prioritas yang mendapat anggaran besar. Tahun
2014 anggaran Kementan bahkan dipangkas menjadi Rp15,5 triliun dari sebelumnya
Rp16,5 triliun atau berkurang hampir Rp1 triliun. “Anggaran Kementan hanya 1,5%
dari dana APBN,” sebutnya.
No comments:
Post a Comment