1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara
Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian
penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh pemerintah
untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional diantaranya adalah dengan
peningkatan kehidupan ekonomi yang dilakukan melalui pembangunan
pertanian (Hernanto, 1995).
Pembangunan
pertanian Indonesia telah dilaksanakan secara bertahap dan
berkelanjutan dengan harapan dapat meningkatkan produksi pertanian
semaksimal mungkin sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dalam
mencapai kesejahteraan, Peningkatan produksi pangan, peningkatan
pendapatan dan keesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan
pembangunan pertanian (Sastraadmadja, 1985).
Potensi
sosial ekonomi yang merupakan kekuatan sekaligus modal dasar bagi
pengembangan produksi padi di Indonesia antara lain adalah: (i) beras
merupakan bahan pangan pokok bagi 95 persen penduduk Indonesia, (ii)
usahatani padi sudah merupakan bagian hidup dari petani di Indonesia
sehingga menciptakan lapangan kerja yang besar, dan (iii) kontribusi
dari usahatani padi terhadap pendapatan rumah tangga petani cukup besar.
Sebagai bahan makanan pokok, beras akan terus mempunyai
permintaan pasar yang meningkat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
Dari sisi petani, selama ada cukup air, petani di Indonesia hampir bisa
dipastikan menanam padi. Karena bertanam padi sudah menjadi bagian
hidupnya selain karena untuk ketahanan pangan keluarga, juga sebagai
sumber pendapatan rumah tangga. Karena itu, usahatani padi akan terus
dilakukan petani.
Dari
aspek sosial ekonomi, peluang eksternal yang mendukung upaya
peningkatan produksi padi antara lain adalah: (i) peningkatan permintaan
beras merupakan jaminan pasar bagi petani padi, (ii) sistem pemasaran
beras yang stabil dan efisien sehingga persentase marjin pemasaran cukup
kecil, dan (iii) subsidi sarana produksi (pupuk dan benih) sehingga
dapat memperkecil biaya produksi. Ketiga faktor di atas merupakan
peluang yang dapat dimanfaatkan guna meningkatkan keuntungan usahatani
padi dan meningkatkan daya saing usahatani padi. Semua peluang ini dapat
meningkatkan motivasi petani dalam menanam padi (Irawan, 2003).
Desa Bukit Pariaman merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki luas wilayah 12.061 km2 dengan populasi penduduk pada tahun 2009 sebesar 6.024 jiwa dan jumlah KK sebesar 1.951 KK, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang mengusahakan padi sawah, di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat 826 petani yang mengusahakan padi (Oryza sativa
L.) sawah yang tergabung dalam 24 kelompok tani. Desa Bukit Pariaman
merupakan salah satu desa di Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten
Kutai Kartanegara, yang cukup berhasil dalam mengembangkan sektor
pertanian dan sangat potensial untuk menjadi daerah agribisnis.
Pembinaan
usahatani melalui kelompok tani tidak lain adalah sebagai upaya
percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di
pedesaan yang luas, sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan
timbulnya cakrawala dan wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra
usahatani sekarang menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap
tegar. Adapun tujuan dibentuknya kelompok tani adalah untuk lebih
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan petani dan keluarganya sebagai
subjek pembangunan pertanian melalui pendekatan kelompok agar lebih
berperan dalam pembangunan. Kelompok tani merupakan suatu bentuk
perkumpulan petani yang berfungsi sebagai media penyuluhan yang
diharapkan lebih terarah dalam perubahan aktivitas usahatani yang lebih
baik lagi. Aktivitas usahatani yang lebih baik dapat dilihat dari adanya
peningkatan-peningkatan dalam produktivitas usahatani yang pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani sehingga akan mendukung
terciptanya kesejahteraan yang lebih baik bagi petani dan keluarganya
(BPLPP, 1990).
Berdasarkan gambaran diatas maka penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang “ Peranan Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani Padi (Oryza sativa L.) Sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Berapa besar peranan kelompok tani dalam usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara ?
2. Berapa besarnya pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara ?
3. Bagaimana hubungan antara peranan kelompok tani terhadap pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui peranan kelompok tani dalam usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.
3. Untuk mengetahui hubungan antara peranan kelompok tani terhadap pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai
bahan informasi bagi kelompok tani di Desa Bukit Pariaman dalam upaya
peningkatan pendapatan dan perbaikan taraf hidup petani.
2. Sebagai
bahan informasi dan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah kelompok tani dalam
rangka pembinaan dan pengembangan kelompok tani di pedesaan.
3. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti lain yang akan melanjutkan penelitian ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.I Fungsi dan Peranan Kelompok Tani
2.1.1 Pengertian Kelompok Tani
Kelompok
tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan di
bentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban dan keserasian, serta mempunyai
pimpinan untuk mencapai tujuan bersama (Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
2002).
Kelompok
tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang berfungsi sebagai
media penyuluhan. Kelompok tani sebagai media penyuluhan bertujuan untuk
mencapai petani tangguh yang memiliki keterampilan dalam menerapkan
inovasi, mampu memperoleh tingkat pendapatan guna meningkatakan kualitas
hidup sejajar dengan profesi yang lain, mampu menghadapi resiko usaha,
mampu memanfaatkan asas skala usaha ekonomi, memiliki kekuatan mandiri
dalam menghadapi pihak-pihak lain dalam dunia usaha sebagai salah satu
komponen untuk membangun pertanian maju, efisien dan tangguh sebagaimana
dimaksud dalam GBHN Tahun 1993.
2.1.2 Fungsi Kelompok Tani
Menurut
Kartosapoetra (1994), kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran,
jadi tidak secara terpaksa. Kelompok tani ini menghendaki terwujudnya
pertanian yang baik, usahatani yang optimal dan keluarga tani yang
sejahtera dalam perkembangan kehidupannya. Para anggota terbina agar
berpandangan sama, berminat yang sama dan atas dasar kekeluargaan.
Dari
uraian diatas, dapatlah dikatakan bahwa kelompok tani berfungsi sebagai
wadah terpeliharanya dan berkembangnya pengertian, pengetahuan dan
keterampilan serta gotongroyongan berusahatani para anggotanya. Fungsi
tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pengadaan sarana produksi murah dengan cara melakukan pembelian secara bersama.
2. Pengadaan bibit yang resisten untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.
3. Mengusahakan kegiatan pemberantasan atau pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.
4. Guna kepentingan bersama berusaha memperbaiki prasarana-prasarana yang menunjang usahataninya.
5. Guna
memantapkan cara bertani dengan menyelenggarakan demonstrasi cara
bercocok tanam, pembibitan dan cara mengatasi hama yang dilakukan
bersama penyuluh.
6. Mengadakan
pengolahan hasil secara bersama agar terwujudnya kualitas yang baik,
beragam dan mengusahakan pemasaran secara bersama agar terwujudnya harga
yang seragam.
Fungsi penyuluh pertanian dengan kontak tani dalam kelompok tani adalah sebagai berikut:
1. Penyuluh pertanian berfungsi sebagai pengarah, pembimbing dan penasehat serta memberi materi guna kegiatan kelompok.
2. Kelompok tani berfungsi sebagai motor penggerak kelompok tersebut dengan mengembangkan pengaruhnya.
Ada tiga peranan penting dalam kelompok tani, yaitu sebagai berikut:
1. Media sosial atau media penyuluh yang hidup, wajar dan dinamis.
2. Alat untuk mencapai perubahan sesuai dengan tujuan penyuluh pertanian.
3. Tempat atau wadah pernyataan aspirasi yang murni dan sehat sesuai dengan keinginan petani sendiri.
Selanjutnya
dijelaskan bahwa perlunya penyuluhan sehingga dapat memperbesar
kemampuan dan peranan kelompok tani dalam berbagai hal, yaitu menyangkut
perbaikan usahatani serta tingkat kesejahteraan. Kemampuan setiap
petani pada kelompok biasanya ada perbedaan baik keterampilan,
pengetahuan maupun permodalan. Oleh karena itu atas perbedaan
karakteristik petani, maka perlu adanya kerjasama dalam kelompok tani.
2.1.3 Kemampuan dan Ciri-ciri Kelompok Tani
Berdasarkan
tingkat kemampuan kelompok tani, dikenal empat kelas kemampuan kelompok
tani dengan ciri-ciri untuk setiap kelompok (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, 2002) adalah sebagai berikut:
1. Kelompok Pemula:
a. Kontak tani masih belum aktif.
b. Taraf pembentukan kelompok masih awal.
c. Pimpinan formal.
d. Kegiatan kelompok bersifat informatif.
2. Kelompok Lanjut:
a. Kelompok ini menyelenggarakan kegiatan-kegiatan terbatas.
b. Kegiatan kelompok dalam perencanaan.
c. Pimpinan formal aktif.
d. Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama kelompok tani.
3. Kelompok Madya:
a. Kelompok tani menyelenggarakan kegiatan kerjasama usaha.
b. Pimpinan formal kurang menonjol.
c. Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pimpinan kerjasama usahatani.
d. Berlatih mengembangkan program sendiri.
4. Kelompok Utama:
a. Hubungan melembaga dengan koperasi/ KUD.
b. Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan.
c. Program usahatani terpadu.
d. Program diusahakan dengan usaha koperasi/ KUD.
e. Pemupukan modal dan pemilikan atau pengunaan benda modal.
2.2 Produksi dan Biaya Produksi
2.2.1 Produksi
Produksi
merupakan sesuatu yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya faktor
produksi (input) secara sekaligus yaitu tanah, modal, tenaga kerja dan
manajemen (Mubyarto, 1994).
Produksi
yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan
kekuatan-kekuatan (input, faktor produksi, sumber daya atau jasa-jasa
produksi) dalam pengelolaan suatau barang atau jasa (output atau produk)
(Beattie dan Taylor, 1996). Ditambahkan oleh Daniel (2002), bahwa
produksi adalah sejumlah hasil dalam satu lokasi dan waktu tertentu.
Produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna
barang (Rosyidi, 2001). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produksi
yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil produksi yang
maksimal dengan menggunakan faktor produksi untuk memperbesar nilai.
Sedangkan
menurut Sudarman (1992), produksi adalah semua aktifitas untuk
menciptakan barang dan jasa. Ditambahkan Mubyarto (1994), bahwa fungsi
produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil
produksi fisik (Output) dengan faktor produksi (Input).
2.2.2 Biaya Produksi
Biaya
produksi adalah semua faktor produksi yang digunakan baik dalam bentuk
benda ataupun jasa selama produksi berlangsung (Soekartawi, 1991).
Menurut
Daniel (2002), menyatakan bahwa biaya produksi adalah sebagai
kompensasi yang diterima pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya yang
dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun
tidak tunai. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa yang berupa uang,
sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan
dengan besarnya produksi, misalnya bibit, pupuk, obat-obatan dan
sebagainya.
2.3 Penerimaan dan Pendapatan
2.3.1. Penerimaan
Penerimaan
adalah hasil penjualan dari sejumlah barang tertentu yang diterima atas
penyerahan sejumlah barang kepada pihak lain. Jumlah penerimaan
didefinisikan sebagai penerimaan dari penjualan barang tertentu yang
diperoleh dari jumlah barang yang terjual dikalikan dengan harga
penjualan setiap satuan (Soedarsono, 1995).
Menurut
Mosher (2002), bahwa penerimaan di bidang pertanian adalah produksi
yang dinyatakan dalam bentuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani. Ditambahkan Mubyarto (1994)
Penerimaan dibidang pertanian adalah hasil yang diharapkan akan diterima
petani pada saat panen.
2.3.2. Pendapatan
Pendapatan
adalah hasil bersih dari kegiatan suatu usahatani yang diperoleh dari
hasil bruto (kotor) dikurangi biaya yang digunakan dalam proses produksi
dan biaya pemasaran (Mubyarto, 1994).
Menurut Soekartawi (2004), bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Pendapatan Kotor (Penerimaan) usahatani
Adalah
nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang
dijual, dikonsumsi oleh rumah tangga petani, dan disimpan digudang pada
akhir tahun.
2. Pendapatan bersih usahatani
Adalah
selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi seperti
upah buruh, pembelian bibit, obat-obatan dan pupuk yang digunakan oleh
usahatani.
2.4 Tinjauan Umum Tanaman Padi (Oryza sativa L.) sawah
Padi
merupakan tanaman yang cocok ditanam di lahan tergenang, akan tetapi
padi juga baik ditanam di lahan tanpa genangan, asal kebutuhan airnya
tercukupi. Oleh karena itu, padi dapat tumbuh baik di daerah tropis
maupun subtropis dengan dua jenis lahan utama, yaitu lahan basah (sawah)
dan lahan kering (ladang). Tanaman padi termasuk golongan
rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut: (Wikipedia
Indonesia, 2008) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Famili : Graminaceae
Sub family : Oryzidae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
Padi
termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang
biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali
berproduksi dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman
padi berakar serabut, batang yang beruas-ruas dengan tinggi 1-1,5 m
tergantung pada jenisnya. Ruas batang padi berongga dan bulat, diantara
ruas batang padi terdapat buku, pada tiap- tiap buku terdapat sehelai
daun. Bunga padi merupakan bunga telanjang dan berkelamin dua, bentuk
bulir padi panjang dan ramping (Wikipedia Indonesia, 2008).
Menurut
AAK (2003), iklim merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman
padi. Tanaman padi tumbuh baik di daerah berhawa panas dan tempatnya
terbuka serta banyak sinar matahari, terutama padi pada masa berbunga.
Temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah antara
20-30 C. padi memerlukan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau lebih.
Curah hujan yang cocok untuk padi bisa tumbuh dengan baik adalah
1500-2000 mm/tahun. Tanah yang baik untuk tanaman padi sawah adalah
berstruktur lemah dan mengandung liat. Tanah lapisan atas antara 15-30
cm harus merupakan lumpur yaitu suatu struktur butir tanah yang serba
sama dan dapat menahan air.
Menurut
Suparyono dan Agus (1997), agar dapat meningkatkan produktivitas
usahatani khususnya padi sawah maka tahapan-tahapan dalam penanaman padi
harus dilakukan dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
1. Persiapan Benih
Benih
termasuk faktor penentu keberhasilan pembudiyaan tanaman. Penggunaan
benih yang bermutu tinggi akan dapat mengurangi resiko kegagalan
usahatani (Sutopo, 2004). Dalam memproduksi benih, perlu diperhatikan
kualitas benih antara lain kemurnian, daya kecambah, kotoran, bebas dari
hama dan penyakit, serta kadar air.
2. Persemaian
Persemaian
harus terlebih dahulu dilakukan sebelum tanaman padi ditanam.
Penyemaian dilakukan setelah benih mengalami proses perendaman dan pemeraman
selama masing-masing 48 jam. Perendaman bertujuan untuk mendapatkan
benih yang baik dan gabah yang menyerap air yang cukup untuk kepeluan
perkecambahan. Pemeraman bertujuan agar benih dapat berkecambah. Benih
yang sudah berkecambah kemudian disebar di atas lahan persemaian yang
sebelumnya telah dipupuk dengan pupuk kandang dan disemprot dengan
insektisida sebanyak 2 kali.
3. Pengolahan Tanah dan Pemupukan Dasar
Pengolahan
tanah dapat dilakukan dengan cara dibajak atau dicangkul. Pengolahan
tanah dapat mematikan gulma yang kemudian akan membusuk menjadi humus
dan aerasi tanah menjadi lebih baik (Pitijo, 2006). Dalam pengolahan
tanah, dilakukan pemupukan dasar berupa pupuk Urea sebanyak 1/3
dosis/ha, sedangkan pupuk TSP dan KCl diberikan seluruh dosis. Jadi bila
dalam satu hektar sawah akan dipupuk dengan dosis 300 kg Urea, 100 kg
TSP, dan 100 kg KCl maka pupuk dasar yang diberikan 100 kg Urea, 100 kg
TSP, dan 100 kg KCl.
4. Penanaman
Penanaman
padi didahului dengan pencabutan bibit dipersemaian. Bibit yang siap
ditanam adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari dan berdaun 5-7
helai. Menurut Sugeng (1989), penanaman bibit padi sawah dilakukan
dengan cara bagian pangkal batang dibenamkan kira-kira 3 atau 4 cm ke
dalam lumpur. Penanaman padi yang baik menggunakan jarak tanam 20 cm x
20 cm atau 30 cm x 15 cm.
5. Pemeliharaan
Setelah
penanaman, tanaman padi perlu diperhatikan secara cermat dan rutin.
Pemeliharaan terhadap tanaman padi antara lain meliputi (Sugeng, 1989) :
a. Pengairan
Air
merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Saat
pengairan tanaman padi di sawah dalamnya air harus diperhatikan dan
disesuaikan dengan umur tanaman.
b. Penyulaman dan penyiangan
Penyulaman
bertujuan agar populasi tanaman per satuan luas tanam tidak berkurang
dengan mengganti rumpun-rumpun yang mati dan dilakukan 5-7 hari setelah
tanam. Penyiangan dilakukan agar tanaman utama bebas dari gulma.
Penyiangan biasanya dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan
setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua dilakukan setelah padi
berumur 6 minggu. Penyiangan tidak hanya dilakukan dengan mencabut gulma
saja melainkan sekaligus menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat
berkembang dengan baik.
c. Pemupukan
Pemupukan
bermaksud untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan menambah zat-zat dan
unsur hara makanan yang dibutuhkan tanaman di dalam tanah. Pemupukan
sebaiknya dilakukan dua kali. Pemupukan pertama pada umur 3-4 minggu
setelah penyiangan. Pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 1/3
dari sisa 2/3 dosis yang diberikan sebelum tanam. Pemupukan kedua
dilakukan pada umur 6-8 minggu setelah penyiangan dengan dosis yang sama
pada saat pemupukan pertama.
d. Pengendalian hama dan penyakit
Tanaman
padi sering dirugikan karena adanya gangguan hama dan penyakit. Hama
yang sering menyerang tanaman padi adalah wereng, penggerek batang,
walang sangit, ulat grayak, kepik hijau, tikus sawah, dan burung.
Penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah penyakit yang umumnya
disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan nematoda. Pengendalian hama
dan penyakit dapat dilakukan dengan menerapkan pengendalian hama dan
penyakit secara terpadu. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara
penggunaan varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit,
melakukan penanaman serempak, melakukan pergiliran tanaman, dan
penyemprotan dengan pestisida yang efektif dan bijaksana.
6. Panen dan Pasca panen
Panen
merupakan tahapan akhir penanaman padi sawah. Menurut Pitijo (2006),
waktu panen berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah dan mutu
beras yang akan dihasilkan. Menurut AAK (2003), proses pemasakan butir
padi ada empat stadia yaitu stadia masak susu, stadia masak kuning,
stadia masak penuh, stadia masak mati. Panen dapat dilakukan pada stadia
masak kuning yaitu pada saat butir padi 95% telah menguning atau
sekitar 33-36 hari setelah berbunga dan bagian bawah malai masih
terdapat sedikit gabah hijau.
Panen
dapat dilakukan dengan menggunakan sabit. Caranya dengan memotong
batang kira-kira 20 cm di atas permukaan tanah. Setelah panen,
selanjutnya gabah dirontokkan. Perontokan dapat dilakukan dengan cara
manual maupun dengan menggunakan alat. Cara manual, gabah dipukul atau
dihempaskan pada bambu atau kayu. Alat perontok yang dapat digunakan
antara lain pedal dan power thresher. Pembersihan dilakukan
setelah gabah dirontokkan. Pembersihan dimaksudkan untuk menghilangkan
benda asing, butir hampa, dan kotoran lainnya. Cara yang biasa digunakan
adalah menggunakan ayak atau menampih (AAK, 2003).
Pengeringan
dilakukan untuk menurunkan kadar air gabah yang pada waktu panen
berkisar 23-27% menjadi 13-14% agar dalam penyimpanan gabah dapat tahan
lama serta meringankan pengangkutan sebab berat gabah telah berkurang
(AAK, 2003). Pengemasan barang dimaksudkan untuk mempertahankan mutu dan
memudahkan penyimpanan serta pengangkutan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Pembangunan
pertanian tidak terlepas dari peran serta masyarakat tani. Dengan peran
yang sangat penting sebagai pemutar roda perekonomian negara, maka
perlu pemberdayaan masyarakat tani, sehingga petani mempunyai power yang
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Salah satu usaha
pemerintah bersama petani dalam rangka membangun upaya kemandiriannya
telah dibentuk kelompok-kelompok tani di pedesaan. Kelompok tani dapat
dikelompokkan berdasarkan jenjang kelas kemampuan kelompok yang terdiri
dari kelas pemula, kelas lanjut, kelas madya dan kelas utama.
Tujuan
pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi tanaman pangan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif sebagai upaya mencapai swasembada
pangan. Selain itu diharapkan dengan peningkatan produksi dapat
memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani dan
perluasan kesempatan kerja sesuai dengan tujuan pembangunan pertanian
yang tangguh, maju dan efisien yang dicirikan oleh kemampuan dalam
mensejahterakan keluarganya.
Peranan kelompok tani dapat
dimainkan setiap waktu oleh pemimpin kelompok maupun oleh anggota
lainnya. Pemimpin kelompok tani dengan kata lain pengurus dalam kelompok
memiliki peran sebagai koordinator dimana mereka yang menjelaskan atau menunjukan hubungan antara berbagai pendapat dan saran, yang mencoba mempersatukan pendapat dan saran-saran atau mencoba mengkoordinir kegiatan anggota atau sub kelompok.
Desa
Bukit Pariaman merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, yang sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang mengusahakan padi
sawah. Di Desa Bukit Pariaman terdapat 826 orang petani yang
mengusahakan padi sawah, yang tergabung dalam 24 kelompok tani. Melalui
peranan kelompok tani yang ada di Desa Bukit Pariaman diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan petani padi sawah, pengukuran
peranan kelompok tani terhadap peningkatan pendapatan usahatani padi
sawah menggunakan 5 indikator, yaitu : daya serap informasi, proses
perencanaan, kerjasama dalam melaksanakan rencana, kegiatan belajar,
hubungan melembaga dengan koperasi/ KUD. Untuk lebih jelasnya silahkan
lihat bagan kerangka pemikiran pada Gambar 1.
Peranan
Kelompok Tani
|
Usahatani padi sawah di Bukit Pariaman
|
Produksi
|
Penerimaan
|
Indikator :
1. Daya serap informasi
2. Proses perencanaan
3. Kerjasama dalam melaksanakan rencana
4. Kegiatan belajar
5. Hubungan melembaga dengan koperasi/ KUD
|
Pendapatan
|
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran peranan kelompok tani dalam meningkatkan
Pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah.
3.2 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Peranan kelompok tani dalam usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara tinggi.
2. Terdapat hubungan yang erat antara peranan kelompok tani dengan pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan kurang lebih tiga bulan yaitu mulai bulan
Februari 2011 sampai dengan bulan April 2011, dengan lokasi penelitian
di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara.
4.2 Definisi Operasional
Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai apa yang diteliti sehubungan dengan konsep yang telah dikemukakan, maka secara operasional dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Responden adalah anggota kelompok tani yang menanam padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Tingkat
peranan kelompok tani adalah tingkat kemampuan petani yang tergabung
dalam kelompok tani yang dihitung dengan memberikan skor berdasarkan
bobot masing-masing indikator yang telah ditentukan, yaitu sebagai
berikut:
a. Daya serap informasi.
b. Proses perencanaan.
c. Kerjasama dalam melaksanakan rencana.
d. Kegiatan belajar mengajar.
e. Hubungan melembaga dengan koperasi/ KUD.
3. Biaya produksi yang dikeluarkan meliputi:
a. Biaya sarana produksi, terdiri dari biaya pupuk dan pestisida (Rp mt-1).
b. Biaya penyusutan alat, dihitung dengan membagi harga alat dengan umur teknis alat tersebut (Rp mt-1).
c. Harga jual padi sawah yang berlaku adalah harga yang disepakati bersama antara petani (Rp per ton).
4. Penerimaan dihitung dari berdasarkan jumlah padi sawah yang dijual dikalikan dengan harga per ton (Rp mt-1).
5. Pendapatan dihitung dari selisih antara total penerimaan hasil produksi dengan total pengeluaran selama proses produksi (Rp mt-).
4.3 Metode Pengambilan Data
Data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasi
penelitian dan mengadakan wawancara langsung dengan responden dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun susuai dengan tujuan
penelitian. Sedangkan data sekunder diperlukan untuk menunjang data
primer yang diperoleh dari PPL, studi kepustakaan, lembaga-lembaga atau
instansi- instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) yang mendukung penelitian ini.
4.4 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Di Desa Bukit Pariaman terdapat 826 petani yang mengusahakan padi (Oryza sativa
L.) sawah, salah satu cara untuk menentukan besarnya sampel dalam suatu
penelitian agar data refresentatif adalah dengan menggunakan tingkat
kesalahan baku yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan, tenaga, biaya,
dan waktu yang tersedia, sehingga peneliti menetapkan untuk menggunakan
tingkat presisi sebesar 15%.
Menurut Rakhmat (1995), cara pengambilan sampel dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah Populasi
d : Tingkat Presisi (15%)
Di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat 24 kelompok tani, yang terdiri dari kelompok tani kelas pemula,
lanjut, dan madya. Masing-masing kelas tersebut diambil 1 kelompok tani
yang memiliki anggota kelompok terbanyak dan setiap kelompok yang
terpilih masing-masing diambil 14 orang, sehingga jumlah keseluruhan
responden sebanyak 42 orang.
4.5 Metode Analisis Data
Tingkat
peranan kelompok tani diukur dengan menggunakan 5 indikator yang
diperoleh dari tingkat kemampuan kelompok tani untuk pembinaan kelompok
tani. Tingkat kemampuan kelompok diukur dengan 5 tolak ukur/ jurus
kemampuan (Dirjen Pertanian Tanaman Pangan, 1992), yaitu:
a. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani.
b. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain.
c. Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara rasional.
d. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok tani dengan koperasi/ KUD.
e. Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerjasama kelompok.
Penggunaan
kelima indikator kemampuan untuk mengukur tingkat peranan kelompok tani
tersebut menggunakan metode Likert, yaitu menjabarkan kelima indikator
tersebut menjadi beberapa item pertanyaan yang telah disusun dalam
kuisioner dan setiap item pertanyaan diberikan skor sesuai dengan
pilihan responden (James dan Dean, 1992).
Adapun rincian skor tingkat peranan kelompok tani tersebut diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Skor penilaian tingkat peranan kelompok tani.
No
|
Indikator
|
Skor Minimum
|
Skor Maksimum
|
1
|
Daya serap informasi
|
5
|
25
|
2
|
Proses perencanaan
|
5
|
25
|
3
|
Kerjasama dalam melaksanakan rencana
|
5
|
25
|
4
|
Kegiatan belajar mengajar
|
5
|
25
|
5
|
Hubungan melembaga dengan koperasi/ KUD
|
4
|
20
|
|
Total Skor
|
24
|
120
|
Sumber : Dirjen Pertanian Tanaman Pangan, 1992
Menurut
Suparman (1990) untuk mengetahui banyaknya interval kelas yang
diperlukan maka tingkat peranan kelompok tani dibedakan menjadi tiga
kelas (rendah, sedang dan tinggi) dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus yaitu:
C =
|
Xn – Xi
|
=
|
120 - 24
|
= 32
|
K
|
3
|
Keterangan :
C = Interval Kelas
K = Jumlah Kelas
Xn = Skor maksimum
Xi = Skor minimum
Hasil perhitungan diatas dapat dipergunakan untuk membuat kategori tingkat peranan kelompok tani.
Tabel 2. Kategori tingkat peranan kelompok tani
No
|
Interval Kelas
|
Tingkat Peranan Kelompok Tani
|
1
|
24,00-56,00
|
Rendah
|
2
|
57,00-89,00
|
Sedang
|
3
|
90,00-120,00
|
Tinggi
|
Sedangkan menurut Mubyarto (1994) untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani padi sawah digunakan rumus sebagai berikut :
I = TR - TC
Keterangan :
I = Income (pendapatan)
TR = Total revenue (total penerimaan)
TC = Total cost (total biaya, terdiri dari biaya tetap dan tidak tetap)
TC = TFC + TVC
Dari rumus diatas, dapat diperoleh rumus sebagai berikut :
I = (P. Q) – (TFC + TVC)
Keterangan :
P = Price (harga)
Q = Quantity (jumlah produksi)
TFC = Total Fixed Cost (jumlah biaya tetap)
TVC = Total Variabel Cost ( jumlah biaya tidak tetap)
Sedangkan untuk mengetahui hubungan peranan kelompok tani terhadap tingkat pendapatan usahatani padi sawah, digunakan analisis Chi-Square (χ2) dengan rumus Siegel (1990) yaitu :
Keterangan :
Oij = Jumlah observasi untuk kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j
Eij = Banyaknya kasus yang diharapkan dibawah Ho untuk dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j
Berdasarkan rumus diatas dibuat tabel Chi-Square untuk menentukan banyaknya frekuensi tingkat peranan kelompok tani dan tingkat pendapatan seperti yang tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Hubungan Peranan Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani Padi (Oryza sativa L.) sawah di Desa Bukit Pariaman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.
Peranan Kelompok Tani
|
Tingkat Pendapatan
|
Jumlah
| ||||||
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
| ||||||
O11
|
O12
|
O13
|
0
| |||||
Tinggi
| | | | | ||||
E11
|
E12
|
E13
|
E1
| |||||
O21
|
O22
|
O23
|
0
| | ||||
Sedang
| | |||||||
E21
|
E22
|
E23
|
E2
| |||||
O31
|
O32
|
O33
|
0
| | ||||
Rendah
|
E31
|
E32
|
E33
|
E3
| ||||
Jumlah
|
EA
|
EB
|
Ec
|
E
|
Setelah χ2 hitung didapat, kemudian dibandingkan dengan χ2 tabel (db ; α = 0,05) dengan kaidah keputusan :
- Jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel,
maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak terdapat hubungan antara
peranan kelompok tani terhadap pendapatan usahatani padi sawah.
- Jika χ2 hitung ≥ χ2
tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti terdapat hubungan antara
peranan kelompok tani terhadap pendapatan usahatani padi sawah
Selanjutnya
untuk mengetahui hubungan antara peranan kelompok tani terhadap tingkat
pendapatan diukur dengan menggunakan koefisien korelasi Rank-Spearman
(Siegel, 1990). Koefisien korelasi Rank Spearman digunakan untuk
mengukur derajat erat tidaknya hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya.
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi Rank Spearman, yaitu :
Keterangan :
Rs = Koefisien Rank-korelasi (Spearman)
n = Menunjukkan jumlah pasangan observasi antara satu variabel terhadap variabel lain
D = Merupakan perbedaan ranking yang diperoleh pada tiap pasangan observasi
Sehingga untuk menghitung t hitung dengan n > 10 digunakan uji statistik menggunakan rumus :
Dengan menggunakan derajat bebas (db) = N – 2 dan α = 0,05 dengan kaidah keputusan ( Hipotesisnya) :
Jika t hitung ≤ t tabel (α = 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak,
Sehingga dengan kaidah keputusan tidak terdapat hubungan yang erat antara peranan kelompok tani dengan pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah.
Jika t hitung ≥ t tabel (α = 0,05), maka Ho ditolak Ha diterima,
Dengan kaidah keputusan terdapat hubungan yang erat antara peranan kelompok tani dengan pendapatan usahatani padi (Oryza sativa L.) sawah.
No comments:
Post a Comment