KUMBANG TANDUK DAN CARA PENGENDALIANNYA

Siklus Hidup
Siklus hidup kumbang tanduk bervariasi tergantung pada habitat dan kondisi
lingkungannya. Musim kemarau yang panjang dengan jumlah makanan yang sedikit
akan memperlambat perkembangan larva serta ukuran dewasa yang lebih kecil dari
ukuran normal. Suhu perkembangan larva yang sesuai adalah 27oC-29oC
dengan kelembapan relatif 85-95% (Bedford, 1980). Satu siklus hidup hama ini
dari telur sampai dewasa sekitar 6-9 bulan.
Kumbang ini mempunyai telur yang berwarna putih kekuningan dengan diameter
3 mm. Bentuk telur biasanya oval kemudian mulai membengkak sekitar satu minggu
setelah peletakan dan menetas pada umur 8-12 hari. Stadia larva terdiri atas 3
instar, dan berlangsung dalam waktu 82-207 hari. Larva
berwarna putih kekuningan, berbentuk silinder, gemuk dan berkerut-kerut,
melengkung membentuk setengah lingkaran dengan panjang sekitar 60-100 mm atau
lebih (Ooi, 1988). Prepupa terlihat menyerupai
larva, hanya saja lebih kecil dari larva instar terakhir dan menjadi berkerut
serta aktif bergerak ketika diganggu. Lama stadia prepupa berlangsung 8-13
hari. Pupa berwarna cokelat kekuningan, berukuran sampai 50 mm dengan waktu
17-28 hari. Kumbang berwarna cokelat gelap sampai hitam, mengkilap, panjang
35-50 mm dan lebar 20-23 mm dengan satu tanduk yang menonjol pada bagian kepala
(Wood, 1968). Jantan memiliki tanduk yang lebih panjang dari betina sedangkan
betina mempunyai banyak rambut pada ujung ruas terakhir abdomen dan jantan
tidak (Wood, 1968). Umur betina lebih panjang dari umur jantan.
Biologi dan Ekologi
Kumbang akan meletakkan telur pada sisa-sisa bahan organik yang telah
melapuk. Misalnya batang kelapa sawit yang masih berdiri dan telah melapuk,
rumpukan batang kelapa sawit, batang kelapa sawit yang telah dicacah, serbuk
gergaji, tunggul-tunggul karet serta tumpukan tandan kosong kelapa sawit
(Dhileepan, 1988). Adanya tanaman kacangan penutup tanah akan menghalangi
pergerakan kumbang dalam menemukan tempat berkembang biak. Liew dan Sulaiman
(1993) mengamati bahwa tanaman penutup tanah setinggi 0,6-0,8 m mengurangi
perkembangbiakan kumbang tanduk.
Batang kelapa sawit yang diracun dan masih berdiri sampai pembusukan pada
sistem underplanting merupakan tempat berkembangbiak yang paling baik
bagi kumbang tanduk. Selama lebih dari 2 tahun masa dekomposisi, batang yang
masih berdiri memberikan perkembangbiakan 39.000 larva perhektar dibandingkan
dengan batang yang telah dicacah dan dibakar (500 larva perhektar) (Samsudin et
al., 1993).
Kerusakan Dan
Pengaruhnya Di Lapangan
Kumbang O. rhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru
ditanam di lapangan sampai berumur 2,5 tahun. Kumbang ini jarang sekali
dijumpai menyerang kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM). Namun demikian, dengan
dilakukannya pemberian mulsa tandan kosong kelapa sawit (TKS) yang lebih dari
satu lapis, maka masalah hama ini sekarang juga dijumpai pada areal TM.
Pada areal replanting kelapa sawit, serangan kumbang dapat
mengakibatkan tertundanya masa berproduksi sampai satu tahun, dan tanaman yang
mati dapat mencapai 25%. Masalah kumbang tanduk saat ini semakin bertambah
dengan adanya aplikasi tandan kosong kelapa sawit pada gawangan maupun pada
sistem lubang tanam besar. Aplikasi mulsa tandan kosong sawit (TKS) yang kurang
tepat dapat mengakibatkan timbulnya masalah kumbang tanduk di areal kelapa
sawit tua.
Kumbang terbang dari tempat persembunyiannya menjelang senja sampai agak
malam (sampai dengan jam 21.00 WIB), dan jarang dijumpai pada waktu larut malam.
Dari pengalaman diketahui bahwa kumbang banyak menyerang kelapa pada malam
sebelum turun hujan.
Makanan kumbang dewasa adalah tajuk tanaman, dengan menggerek melalui
pangkal batang sampai pada titik tumbuh. Daun yang telah membuka memperlihatkan
bentuk seperti huruf V terbalik atau karakteristik potongan serrate
(Sadakhatula dan Ramachandran, 1990). Serangan yang berkali-kali pada tanaman
dapat menyebabkan kematian dan menjadi rentan masuknya kumbang Rhyncophorus
bilineatus (Coleoptera: Curculionidae) (Sivapragasam et al., 1990),
juga bakteri ataupun jamur, sehingga terjadi pembusukan yang berkelanjutan.
Dalam keadaan seperti ini tanaman mungkin menjadi mati atau terus hidup dengan
gejala pertumbuhan yang tidak normal. Tanaman dapat mengalami gerekan beberapa
kali, sehingga walaupun dapat bertahan hidup, pertumbuhannya terhambat dan
mengakibatkan saat berproduksi menjadi terlambat.
Pengendalian
Pengendalian Biologi
Pengendalian kumbang tanduk O. rhinoceros secara biologi menggunakan
beberapa agensia hayati diantaranya jamur Metarhizium anisopliae dan
Baculovirus oryctes. Jamur M. anisopliae merupakan jamur parasit
yang telah lama digunakan untuk mengendalikan hama O. rhinoceros. Jamur
ini efektif menyebabkan kematian pada stadia larva dengan gejala mumifikasi
yang tampak 2-4 minggu setelah aplikasi. Jamur diaplikasikan dengan menaburkan
20 g/m2 (dalam medium jagung) pada tumpukan tandan kosong kelapa
sawit dan 1 kg/batang kelapa sawit yang telah ditumbang. Baculovirus oryctes
juga efektif mengendalikan larva maupun kumbang O. rhinoceros.
No comments:
Post a Comment