Tingginya tingkat produktivitas pertanian di Tanah Air, membuat Myanmar memutuskan belajar bertani dari Indonesia.
"Sekarang ini satu hektare lahan di Myanmar bisa menghasilkan 2-3 ton per hektare, kalau Indonesia 5,1 ton per hektare. Di sana lebih rendah karena masih gunakan cara tradisional," ungkap Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan saat berbincang dengan Liputan6.com di kantornya, seperti ditulis Rabu (4/9/2013).
Saat ini, lanjut dia, pemerintah tengah melakukan uji coba penanaman padi dengan menggunakan metode yang diterapkan di Indonesia. Dalam uji coba tersebut, pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah juga berasal dari PT Pupuk Indonesia.
Namun, untuk bibit padi masih menggunakan varietas asli Myanmar karena bedanya iklim Indonesia dengan negeri tersebut.
"Saya sudah ke Myamnar dalam rangka tanam perdana bersama 200 petani di sana. Tiga bulan lagi sudah bisa panen," terang Rusman.
Jika metode ini berhasil diterapkan, Rusman berpendapat, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh Indonesia. Salah satunya, peluang PT Pupuk Indonesia menjadi pemasok pupuk di sana.
"Nanti kalau mereka jatuh cinta, akan ada pasar yang besar. Satu juta ton pupuk dari PT Pupuk Indonesia bisa diserap Myanmar setiap tahunnya," ujar Rusman.
Tak hanya itu, lanjut dia, Indonesia juga kemungkinan akan membuka lahan pertanian dan menanam padi di Myanmar. "Kalau hasil bagus, beras yang dihasilkan bisa dibawa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sini," - See more at: http://bisnis.liputan6.com/read/682961/myanmar-belajar-nanam-padi-dari-indonesia#sthash.OFAJ0KA7.dpuf
"Sekarang ini satu hektare lahan di Myanmar bisa menghasilkan 2-3 ton per hektare, kalau Indonesia 5,1 ton per hektare. Di sana lebih rendah karena masih gunakan cara tradisional," ungkap Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan saat berbincang dengan Liputan6.com di kantornya, seperti ditulis Rabu (4/9/2013).
Saat ini, lanjut dia, pemerintah tengah melakukan uji coba penanaman padi dengan menggunakan metode yang diterapkan di Indonesia. Dalam uji coba tersebut, pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah juga berasal dari PT Pupuk Indonesia.
Namun, untuk bibit padi masih menggunakan varietas asli Myanmar karena bedanya iklim Indonesia dengan negeri tersebut.
"Saya sudah ke Myamnar dalam rangka tanam perdana bersama 200 petani di sana. Tiga bulan lagi sudah bisa panen," terang Rusman.
Jika metode ini berhasil diterapkan, Rusman berpendapat, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh Indonesia. Salah satunya, peluang PT Pupuk Indonesia menjadi pemasok pupuk di sana.
"Nanti kalau mereka jatuh cinta, akan ada pasar yang besar. Satu juta ton pupuk dari PT Pupuk Indonesia bisa diserap Myanmar setiap tahunnya," ujar Rusman.
Tak hanya itu, lanjut dia, Indonesia juga kemungkinan akan membuka lahan pertanian dan menanam padi di Myanmar. "Kalau hasil bagus, beras yang dihasilkan bisa dibawa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sini," - See more at: http://bisnis.liputan6.com/read/682961/myanmar-belajar-nanam-padi-dari-indonesia#sthash.OFAJ0KA7.dpuf
Tingginya tingkat produktivitas pertanian di Tanah Air, membuat Myanmar memutuskan belajar bertani dari Indonesia.
"Sekarang ini satu hektare lahan di Myanmar bisa menghasilkan 2-3 ton per hektare, kalau Indonesia 5,1 ton per hektare. Di sana lebih rendah karena masih gunakan cara tradisional," ungkap Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan saat berbincang dengan Liputan6.com di kantornya, seperti ditulis Rabu (4/9/2013).
Saat ini, lanjut dia, pemerintah tengah melakukan uji coba penanaman padi dengan menggunakan metode yang diterapkan di Indonesia. Dalam uji coba tersebut, pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah juga berasal dari PT Pupuk Indonesia.
Namun, untuk bibit padi masih menggunakan varietas asli Myanmar karena bedanya iklim Indonesia dengan negeri tersebut.
"Saya sudah ke Myamnar dalam rangka tanam perdana bersama 200 petani di sana. Tiga bulan lagi sudah bisa panen," terang Rusman.
Jika metode ini berhasil diterapkan, Rusman berpendapat, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh Indonesia. Salah satunya, peluang PT Pupuk Indonesia menjadi pemasok pupuk di sana.
"Nanti kalau mereka jatuh cinta, akan ada pasar yang besar. Satu juta ton pupuk dari PT Pupuk Indonesia bisa diserap Myanmar setiap tahunnya," ujar Rusman.
Tak hanya itu, lanjut dia, Indonesia juga kemungkinan akan membuka lahan pertanian dan menanam padi di Myanmar. "Kalau hasil bagus, beras yang dihasilkan bisa dibawa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sini," - See more at: http://bisnis.liputan6.com/read/682961/myanmar-belajar-nanam-padi-dari-indonesia#sthash.OFAJ0KA7.dpuf
"Sekarang ini satu hektare lahan di Myanmar bisa menghasilkan 2-3 ton per hektare, kalau Indonesia 5,1 ton per hektare. Di sana lebih rendah karena masih gunakan cara tradisional," ungkap Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan saat berbincang dengan Liputan6.com di kantornya, seperti ditulis Rabu (4/9/2013).
Saat ini, lanjut dia, pemerintah tengah melakukan uji coba penanaman padi dengan menggunakan metode yang diterapkan di Indonesia. Dalam uji coba tersebut, pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah juga berasal dari PT Pupuk Indonesia.
Namun, untuk bibit padi masih menggunakan varietas asli Myanmar karena bedanya iklim Indonesia dengan negeri tersebut.
"Saya sudah ke Myamnar dalam rangka tanam perdana bersama 200 petani di sana. Tiga bulan lagi sudah bisa panen," terang Rusman.
Jika metode ini berhasil diterapkan, Rusman berpendapat, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh Indonesia. Salah satunya, peluang PT Pupuk Indonesia menjadi pemasok pupuk di sana.
"Nanti kalau mereka jatuh cinta, akan ada pasar yang besar. Satu juta ton pupuk dari PT Pupuk Indonesia bisa diserap Myanmar setiap tahunnya," ujar Rusman.
Tak hanya itu, lanjut dia, Indonesia juga kemungkinan akan membuka lahan pertanian dan menanam padi di Myanmar. "Kalau hasil bagus, beras yang dihasilkan bisa dibawa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sini," - See more at: http://bisnis.liputan6.com/read/682961/myanmar-belajar-nanam-padi-dari-indonesia#sthash.OFAJ0KA7.dpuf
Tingginya tingkat produktivitas pertanian di Tanah Air, membuat Myanmar
memutuskan belajar bertani dari Indonesia.
"Sekarang ini satu hektare lahan di Myanmar bisa menghasilkan 2-3 ton
per hektare, kalau Indonesia 5,1 ton per hektare. Di sana lebih rendah karena
masih gunakan cara tradisional," ungkap Wakil Menteri Pertanian Rusman
Heriawan (4/9/2013).
Saat ini, lanjut dia, pemerintah tengah melakukan uji coba penanaman padi dengan menggunakan metode yang diterapkan di Indonesia. Dalam uji coba tersebut, pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah juga berasal dari PT Pupuk Indonesia.
Namun, untuk bibit padi masih menggunakan varietas asli Myanmar karena bedanya iklim Indonesia dengan negeri tersebut.
Saat ini, lanjut dia, pemerintah tengah melakukan uji coba penanaman padi dengan menggunakan metode yang diterapkan di Indonesia. Dalam uji coba tersebut, pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah juga berasal dari PT Pupuk Indonesia.
Namun, untuk bibit padi masih menggunakan varietas asli Myanmar karena bedanya iklim Indonesia dengan negeri tersebut.
"Saya sudah ke Myamnar dalam rangka tanam perdana bersama 200 petani
di sana. Tiga bulan lagi sudah bisa panen," terang Rusman.
Jika metode ini berhasil diterapkan, Rusman berpendapat, ada banyak manfaat
yang bisa diperoleh Indonesia. Salah satunya, peluang PT Pupuk Indonesia
menjadi pemasok pupuk di sana.
"Nanti kalau mereka jatuh cinta, akan ada pasar yang besar. Satu juta ton pupuk dari PT Pupuk Indonesia bisa diserap Myanmar setiap tahunnya," ujar Rusman.
"Nanti kalau mereka jatuh cinta, akan ada pasar yang besar. Satu juta ton pupuk dari PT Pupuk Indonesia bisa diserap Myanmar setiap tahunnya," ujar Rusman.
Tak hanya itu, lanjut dia, Indonesia juga kemungkinan akan membuka
lahan pertanian dan menanam padi di Myanmar. "Kalau hasil bagus, beras
yang dihasilkan bisa dibawa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
sini,"
Tingginya tingkat produktivitas pertanian di Tanah Air, membuat Myanmar memutuskan belajar bertani dari Indonesia.
"Sekarang ini satu hektare lahan di Myanmar bisa menghasilkan 2-3 ton per hektare, kalau Indonesia 5,1 ton per hektare. Di sana lebih rendah karena masih gunakan cara tradisional," ungkap Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan saat berbincang dengan Liputan6.com di kantornya, seperti ditulis Rabu (4/9/2013).
Saat ini, lanjut dia, pemerintah tengah melakukan uji coba penanaman padi dengan menggunakan metode yang diterapkan di Indonesia. Dalam uji coba tersebut, pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah juga berasal dari PT Pupuk Indonesia.
Namun, untuk bibit padi masih menggunakan varietas asli Myanmar karena bedanya iklim Indonesia dengan negeri tersebut.
"Saya sudah ke Myamnar dalam rangka tanam perdana bersama 200 petani di sana. Tiga bulan lagi sudah bisa panen," terang Rusman.
Jika metode ini berhasil diterapkan, Rusman berpendapat, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh Indonesia. Salah satunya, peluang PT Pupuk Indonesia menjadi pemasok pupuk di sana.
"Nanti kalau mereka jatuh cinta, akan ada pasar yang besar. Satu juta ton pupuk dari PT Pupuk Indonesia bisa diserap Myanmar setiap tahunnya," ujar Rusman.
Tak hanya itu, lanjut dia, Indonesia juga kemungkinan akan membuka lahan pertanian dan menanam padi di Myanmar. "Kalau hasil bagus, beras yang dihasilkan bisa dibawa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sini," - See more at: http://bisnis.liputan6.com/read/682961/myanmar-belajar-nanam-padi-dari-indonesia#sthash.OFAJ0KA7.dpuf
"Sekarang ini satu hektare lahan di Myanmar bisa menghasilkan 2-3 ton per hektare, kalau Indonesia 5,1 ton per hektare. Di sana lebih rendah karena masih gunakan cara tradisional," ungkap Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan saat berbincang dengan Liputan6.com di kantornya, seperti ditulis Rabu (4/9/2013).
Saat ini, lanjut dia, pemerintah tengah melakukan uji coba penanaman padi dengan menggunakan metode yang diterapkan di Indonesia. Dalam uji coba tersebut, pupuk yang digunakan untuk menyuburkan tanah juga berasal dari PT Pupuk Indonesia.
Namun, untuk bibit padi masih menggunakan varietas asli Myanmar karena bedanya iklim Indonesia dengan negeri tersebut.
"Saya sudah ke Myamnar dalam rangka tanam perdana bersama 200 petani di sana. Tiga bulan lagi sudah bisa panen," terang Rusman.
Jika metode ini berhasil diterapkan, Rusman berpendapat, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh Indonesia. Salah satunya, peluang PT Pupuk Indonesia menjadi pemasok pupuk di sana.
"Nanti kalau mereka jatuh cinta, akan ada pasar yang besar. Satu juta ton pupuk dari PT Pupuk Indonesia bisa diserap Myanmar setiap tahunnya," ujar Rusman.
Tak hanya itu, lanjut dia, Indonesia juga kemungkinan akan membuka lahan pertanian dan menanam padi di Myanmar. "Kalau hasil bagus, beras yang dihasilkan bisa dibawa ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sini," - See more at: http://bisnis.liputan6.com/read/682961/myanmar-belajar-nanam-padi-dari-indonesia#sthash.OFAJ0KA7.dpuf
No comments:
Post a Comment